Makan daging sapi memang hal yang eksklusif. Karena bila dibanding dengan jenis panganan lainnya, daging sapi memang cukup mahal. Coba bandingkan dengan harga daging ayam, ikan laut, atau ikan budidaya, harga daging sapi memang berada di urutan atas. Walau bukan termasuk bahan makanan harian, daging sapi tetap menjadi hal yang dicari ketika momen spesial.
Saya sekeluarga termasuk penggemar daging sapi. Walau bukan dalam kategori penggemar berat. Daging yang kami makan juga bukan jenis daging kualitas nomor satu. Daging yang kami konsumsi biasanya daging dengan lemak alias tetelan.
Karena harga daging tetelan inilah yang masih terjangkau. Ya, tentu tekstur dan rasanya berbeda dengan bagian daging has (Primary Cut) . Dan, daging jenis(tetelan) inilah yang paling mudah ditemukan di pasar tradisional di wilayah kami tinggal.
Dengan uang Rp20.000,00, kami bisa membeli seperempat kilogram. Biasanya kami campurkan sebagian yang berlemak sebagai campuran sayur sop. Sedangkan sebagian lagi kami masak menjadi rendang. Lucu juga sih memasak rendang dengan kualitas daging yang kurang tepat. Tapi mau gimana lagi, anak-anak sukanya makan rendang. Saya dan istri kadang geli juga melihat anak-anak makan rendang tapi lebih banyak lemak ketimbang dagingnya.
Momen Ramadhan, Momen Daging Sapi Melonjak
Sebenarnya, ketika momen Ramadhan datang bukan cuma daging sapi yang naik. Hampir seluruh jenis bahan makanan ikut terdongkrak naik. Baik jenis nabati atau hewani, telur, gula, minyak sayur, wortel, kembang kol, bawang merah juga sudah merangkak naik sebelum masuk Ramadhan.
Nah, bahan makanan menjadi pendongkrak inflasi dalam bulan Ramadhan. Angka yang disumbang bahan makanan ini menembus hingga 0,05% dari total inflasi nasional. Jadi bila melihat fenomena tahunan, demand dan supply menjadi dua komponen pengerek angka harga pasar.
Bukankah dalam ilmu ekonomi modern, pergerakan harga ditentukan dua komponen ini. Permintaan terhadap daging sapi menanjak naik sedang persedian terbatas. Hasilnya bisa ditebak harga melambung naik.
Dua pedagang daging ini akan menaikkan jumlah daging yang dijual pada bulan Ramadhan. Para pembelinya juga naik dua kali lipat. Semakin dekat hari lebaran, permintaan semakin tinggi namun jumlah daging yang dijual tidak sebanding dengan permintaan pembeli. Hasilnya terjadi kelangkaan daging sapi dan harga berubah tidak rasional.