Satu hal yang saya catat, baik dari penilaian juri maupun jawaban pak Qohar atas beberapa pertanyaan. Pak Qohar memiliki keinginan untuk belajar yang kuat. Hanya saja, pesan saya untuk pak Qohar, jangan merokok untuk mencari ide menulis. Biasakan mencari ide melalui hal yang positif dan menyehatkan. Saya rasa bisa kok mencari ide atau ilham atau mood dengan cara lain yang lebih keren . Misalnya sambil mengepel rumah, atau membersihkan kendaraan bermotor. Kalaupun ide tak kunjung datang minimal rumah dan kendaraan jadi bersih. Betul tidak ?
Ibu Dini yang Mampu 'Merasai'Â
Peserta kedua, seorang ibu berhijab yang tampil percaya diri. Namanya Sumber A Utami biasa disapa ibu Dini. Bertugas di bagian humas Transmisi Jawa-Bali bagian barat di kantornya di wilayah Gandul.
Selama magang ibu Dini berhasil membuat lima artikel yang menarik. Dari pemaparannya selama sepuluh menit. Ibu Dini menampilkan keterampilan berbicara yang cukup baik. Mungkin, memang sudah terbiasa di humas.
Untuk soal tulis menulis, ibu Dini sudah memiliki bekal yang cukup baik. Penggunaan kata dan kalimat cukup beragam dengan alur yang mengalir , enak dibaca. Story telling terasa sekali pada tulisan ‘Belajar & Berkarya di Akademi Menulis PLN –Kompasiana’.
Tiap paragraf saling mengisi seperti jalinan, sehingga satu paragraf tidak menumpuk. Ide pokok disebar dalam beberapa paragraf berikutnya. Sehingga tiap paragraf bisa saling menjelaskan dalam membangun satu tema tulisan.
Dalam tulisan feature berjudul ‘Pantang Pulang sebelum Nyala’ . Ibu Dini mengungkap isi tulisan dari sisi manusiawi. Bagaimana ibu Dini ingin memberikan pesan, ada orang yang begitu berjasa, bekerja keras sehingga sebuah pekerjaan lapangan tuntas dikerjakan dengan baik.
Peristiwa terbakarnya, Gardu Induk Isolasi atau Gas Insulated Substation (GIS) Kembangan pada September 2015 . Tokoh yang ingin diangkat adalah sosok Fevri . Ibu Dini sukses menggambarkan bagaimana perjuangan Fevri yang harus menjadi penanggung jawab lapangan dan pengawas di GIS Kembangan. Fevri harus bertugas selama 24 jam penuh meninggalkan keluarga untuk menuntaskan keadaan darurat agar GIS kembangan bisa kembali berfungsi normal.
Kewajiban tugas yang ada di pundaknya menjadi taruhan. Keberhasilan pemulihan menjadi target yang tak boleh ditawar. Harus selesai, dengan waktu yang paling cepat. Apa yang ditulis Ibu Dini menceritakan bagaimana konflik batin seorang pekerja lapangan, di satu sisi ia dituntut untuk menyelesaikan tugas dan di satu sisi sang anak sakit keras di rumah. Mana yang harus didahulukan? Fevri lebih memilih terus bekerja untuk  menyelesaikan tugasnya.
Pengetahuan teknis yang dimiliki Ibu Dini juga terlihat mumpuni. Saya yang mencoba  menanyakan hal tentang peraturan menteri ESDM terbaru juga mampu dijawab dengan baik. Catatan saya, ibu Dini sudah memiliki bekal yang baik dalam dunia menulis, kepekaan dan kejeliannya cukup membantu tugas kehumasan yang dilakukannya sehari hari.