[caption caption="sumber : Rushan Novaly"][/caption]Bagi orang yang tak mengenal dengan baik dunia pertanian mungkin tidak sependapat dengan judul artikel ini. Apalagi orang yang menganggap pertanian adalah bidang remeh-temeh yang diisi orang desa (pedalaman) yang setiap hari kotor terkena lumpur.
Pertanian, memang hampir terpinggirkan. Tak kemilau. Tak sewangi bidang pekerjaan lain. Bila ada dua orang pemuda yang akan melamar seorang gadis, satu orang berprofesi sebagai pegawai bank, sedangkan yang satunya seorang petani bawang merah yang sukses, rasio penerimaan sang calon mertua akan jauh lebih besar menerima pemuda yang berprofesi sebagai pegawai bank. Profesi petani memang  tak gemerlap sehingga lihat saja pemuda zaman modial saat ini yang tak lagi bercita-cita menjadi petani. Emoh.
Profesi petani memang telah terhapus dari catatan cita-cita anak muda saat ini. Pekerjaan kasar yang bersentuhan dengan lumpur, panas terik, pestisida, alat kerja primitif, tak ada jaminan uang melimpah. Pemuda zaman digital saat ini lebih memilih pekerjaan kantoran dengan seragam keren, ruangan ber-AC, menggenggam gadget, waktu kerja yang jelas dan penghasilan yang pasti diterima setiap bulan.
Mungkin gambaran yang saya jabarkan di atas terlalu naif. Terkesan penuh sikap pesimis dan men-down grade bidang pertanian. Tapi tunggu dulu, saya akan menuliskan pengalaman pribadi saya yang telah tiga tahun menggeluti bidang ini. Saya akan memberikan testimoni, walau hasilnya mungkin tak banyak punya pengaruh tapi paling tidak saya sudah menuliskan sebuah pengalaman hidup. Sebuah perjalanan yang telah menjadi sejarah. Perjalanan yang mungkin secuil, tapi saya nikmat menjalaninya.
Pertanian adalah Pekerjaan Tanpa Sekat
Pertanian adalah pekerjaan yang bisa dilakukan siapa saja. Tak memerlukan keterampilan khusus selain kemauan kuat dan niat baja. Tak diperlukan ijazah, gelar dan embel-embel akademis (walaupun untuk pekerjaan penyuluh pertanian disyaratkan lulusan perguruan tinggi bidang pertanian).
Pekerjaan pertanian membutuhkan orang yang mau belajar dan mempratikkan ilmu yang didapatnya. Mudah dan simpel itu yang tergambar dalam bidang pertanian. Jangan bayangkan ilmu pertanian itu njelimet bikin kepala mumet. Ilmu pertanian terbilang mudah dipraktikkan karena semuanya contoh  pernah dicoba orang lain. Sudah pernah diteliti sebelumnya.
Hanya saja bidang pertanian bukan pekerjaan instan yang memberikan return dalam waktu pendek. Paling tidak diperlukan proses yang harus dilalui. Ada waktu yang harus dilewati, ada masa tunggu, ada tantangan, ada ‘ketidakpastian’, ada pengaruh faktor alam.
Pertanian memang banyak dipengaruhi banyak faktor luar. Bahkan ketika  hasil sudah di depan mata, ketika tanaman siap untuk dipanen, harga bisa tiba-tiba saja anjlok. Harga jual di bawah harga produksi. Kalau sudah bigini, petani bersiap untuk merugi.
Itu baru faktor harga jual, belum faktor hama, musibah seperti banjir, kebakaran, tanah longso . Ada banyak faktor yang membuat petani terjerembab dalam kerugian.
Tapi semua itu tak akan mematahkan semangat petani bermental petarung. Petani cerdas tak pernah kehilangan akal. Ada banyak cara yang bisa ditempuh untuk menyiasati. Ada cara yang bisa ditempuh petani yang mau berhasil.