Beruntung penulis dapat berkunjung ke wilayah Banten lama. Awalnya hanya berniat melihat dari dekat situs Kraton Kaibon yang merupakan wilayah cagar budaya yang dilindungi negara. Bersama teman teman blogger Banten penulis menyambangi situs bersejarah ini.
Walaupun langit mencurahkan airnya sejak pagi hari tak menghalangi niat penulis dan teman blogger Banten untuk bergerak dari titik berkumpul di Teras Kota, Tangerang selatan menuju wilayah Kasemen, di kota Serang.
Sebagai Informasi , wilayah yang disebut Banten Lama adalah sebuah kawasan situs bersejarah bekas kesultanan Banten. Di kawasan yang terletak seluas kurang lebih lima belas hektar ini terdapat berbagai macam peninggalan bersejarah , diantaranya selain Keraton Kaibon:
• Keraton Surosowan, seperti keraton Keibon . Istana kraton Surosowan sendiri adalah istana pertama kesultanan Banten. Terletak hanya berjarak kurang lebih 2 Km dari Kraton Kaibon. Hanya saja keadaan situs Keraton Surosowan lebih mengenaskan karena hanya bersisa pondasi bangunannya saja. Keraton Surosowan memiliki luas kurang lebih 4 hektar. Dibangun sejak sultan Maulana Hasanudin dan dihancurkan pihak kolonial Belanda pada tahun 1680. Keadaan keraton Surosowan juga miris dan memprihatinkan. Disekeliling keraton nampak kotor dan sering digunakan untuk bermain bola.
• Masjid Agung Banten, Masjid ini berdiri bersamaan dengan pembangunan keraton Surosowan pada tahun 1552. Letaknya juga berada satu kompleks dengan keraton Surosowan dan alun alun. Konsep kota kesultanan di Jawa juga diterapkan di kompleks kesultanan ini. Bentuk Masjid mengikuti gaya pagoda China dengan atap bangunan utama bertumpuk lima. Hal ini bisa terjadi karena arsitek pembangunan Masjid Agung Banten berasal dari China bernama Tjek Ban Tjut. Disisi serambi masjid terdapat makam para sultan Banten dan keluarga. Tempat inilah yang menjadi tempat berziarah. Para peziarah datang bukan saja dari wilayah Banten tapi dari orang yang berasal dari luar banten bahkan dari luar negeri seperti Malyasia, Singapura bahkan dari Eropa dan Afrika Selatan.
[caption caption="Masjid Agung Banten (Foto:Rushan Novaly)"]
• Benteng Spellwijk. Benteng ini dibangun sekitar tahun 1585 tapi menurut versi lain dibangun pada tahun 1685. Mana yang lebih tepat penulis tak dapat memastikan. Benteng ini juga bagian dari komplek Keraton Surosowan karena berada tak jauh dari Masjid agung Banten. Benteng ini dibangun dalam mempertahankan komplek keraton dan pusat pemerintahan sultan Banten. Didalam benteng terdapat beberapa meriam dan dulunya terdapat menara pemantau.Keadaanya benteng Spellwijk saat ini juga tinggal pondasinya saja. Keadaanya juga cukup menyedihkan karena terlihat kurang terawat.
• Vihara Avalokitesvara. Adanya vihara dilingkungan kompleks kota lama Banten merupakan bukti toleransi antar pemeluk agama. Letak antara Masjid Agung dan Vihara hanya selemparan batu. Kedua bangunan ini masih aktif sebagai bangunan ibadah. Vihara ini pernah mengalami beberapa renovasi hingga saat ini. Keadaanya cukup baik karena dirawat dan dipugar.
[caption caption="Vihara bukti toleransi agama di Kesultanan Banten | Foto:Rushan Novaly"]
• Museum Kepurbalakaan Banten Lama. Museum ini menjadi tempat menyimpan benda benda bersejarah yang masih berhubungan dengan kesultanan Banten. Sebagai tempat melestarikan kebendaan situs kesultanan Banten terdapat benda arkeologi, mata uang masa lampau, senjata tradisonal Banten, senjata pihak Belanda hingga benda benda keramik dan gerabah lokal.
Sebagai kawasan bersejarah. Wilayah Banten lama khususnya Masjid Agung Banten jauh lebih populer. Setiap hari ada saja rombongan dari berbagai wilayah melakukan ziarah ke makam makam para sultan Banten dan keluarganya. Tak heran bila kawasan Masjid Agung jauh lebih ramai. Selain peziarah banyak juga masyarakat berjualan disekitar masjid agung.