Film ketiga berjudul “Nilep”. Masih bercerita didunia anak anak. Film ini menjadikan empat orang anak untuk menjadi pemain utama. Berkisah tentang dua anak yang suka memasang lotre yang berhadiah mainan pada seorang pria penjaja mainan keliling. Ketika dua anak sedang asyik memasang lotre dua anak lainnya ternyata diam diam mengutil (nilep) sebuah mainan berupa gigi drakula.
Mengetahui dua temannya mengutil dua anak lainnya meminta dua temannya ini mengembalikan mainan hasil ‘nilep’ itu kepada sipemiliknya. Terjadilah dialog panjang nan seru antar keempat bocah ini . Dialog khas anak anak yang polos ini menjadi titik terbaik film ini. Kepolosan keempatnya memancing tawa penonton. Walau menggunakan bahasa jawa sebagai pengantar ,film ini berhasil memancing ke-gerr-an yang cukup seru.
[caption caption="Para pemenang Kategori Umum/Mahasiswa | Foto : Rushan Novaly"]
Dialog panjang nan seru itu berakhir dengan tidak beraninya dua anak yang mengutil dan memilih pulang kerumah karena takut di ‘gebuki’ di pemilik mainan. Ending film ini dimulai dengan datangnya seorang tukang pos ke rumah sipenjual mainan yang membawa sebuah paket yang ternyata berisi sebuah ‘gigi drakula’ dengan secarik kertas berisi permintaan maaf karena telah mengutil. Sipenjual mainan hanya tertawa geli membaca surat yang menurutnya lucu.
Film “Nilep” memiliki pesan moral yang baik tentang kejujuran tapi film ini lupa bahwa memasang lotre juga bagian awal dari memulai permainan judi. Walau ada pesan moral karena hadiah lotre berbentuk permen menyerupai rokok (udut) ditentang salah satu anak tentang ketidak sukaannya terhadap rokok yang berbahaya bagi kesehatan. Dan bisa membiasakan anak terhadap benda berbentuk rokok. Film ini memang belum beruntung pada ajang FFPI 2015 tapi melihat ide cerita dan karakter pemain termasuk dialog antar pemain yang cukup berhasil , film ini keren untuk ditonton.
Pada film keempat dengan judul “Bubar jalan” . Film ini berkisah tentang upacara siswa sebuah sekolah dasar di hari senin pagi. Sang pemimpin upacara yang sedang sakit perut ini terpaksa menunaikan tugasnya sambil menahan sakit. Banyak kejadian lucu yang terjadi pada saat upacara. Mulai kisah pengerek bendera yang salah menarik ujung kain bendera.
Kejadian yang paling seru adalah ketika sang pemimpin upacara ketiduran ketika sedang menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera telah naik di ujung tiang dan lagu kebangsaan Indonesia Raya telah usai dinyanyikan tetapi sang pemimpin upacara tidak mengucapkan perintah “siap, gerak” . Begitu bangun dari tidurnya ia malah berteriak “Bubar jalan” alhasil upacara pagi itu menjadi kacau balau.
Ending yang sangat sempurna. Dengan mimik yang sangat natural dari para siswa siswi SD tersebut. Sementara para petugas upacara yang merasa bersalah berupaya meminta teman teman yang lain tetap dilapangan upacara. Semua pemain yang terlibat dalam film “Bubar jalan” bermain sesuai skenario dengan mimik wajah yang paling pas.
Pada film kelima dengan judul “Opor operan” . Film ini bercerita tentang kisah kebiasaan saling meng-oper makanan yang telah matang ke para tetangga dekat. Dengan setting di wilayah tatar sunda. Masakan yang menjadi oper operan adalah opor ayam.
Ide ceritanya cukup asyik dengan filosopi yang dalam. Bagaimana orang yang ternyata tidak memasak merasa punya gengsi dengan membagikan (oper) makanan yang ia dapat dari tetangga sebelumnya. Masakan opor ayam ternyata terus saja berputar dari satu pintu rumah ke pintu rumah yang lain. Walau ada juga seorang ibu yang mengabil satu ekor ayam karena ingin menikmati makanan opor ayam.
Ending film ini akhirnya kembalinya opor ayam kepada si pengirim pertama yang memang memasak masakan opor ayam. Dengan wajah sumringah dan bangga kedua ibu menyodorkan masakan opor ayam yang telah dioper oper keliling .