Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kafe BCA : Menggugah Asa Anak Muda Menjadi Pelaku Usaha Tangguh

14 Januari 2016   08:28 Diperbarui: 14 Januari 2016   08:52 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Narasumber Takshow Kafe BCA Perdana | Foto : Rushan Novaly"][/caption]

Rabu (13/1) ada yang berbeda di lantai 22 Menara BCA, Thamrin Jakarta. Hujan lebat dan udara dingin Jakarta siang itu tak mempengaruhi semangat peserta Talkshow Kafe BCA perdana yang mengambil tema : Potensi dan Tantangan Generasi Muda sebagai Pelaku Usaha.

Diiringi live performance lima vokalis yang diiringi gitar akustic menambah suasana menjadi hangat. Puluhan mahasiswa penerima Beasiswa BCA dari Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) nampak memenuhi tempat duduk mengenakan seragam jaket almamater .

Hadir sebagai narasumber dalam acara Talkshow Kafe BCA, Yenny Wahid selaku Direktur Wahid Institute, Yasa Pramita Singgih pemilik usaha Men’s Republic, Elihu Nugraha penemu sekaligus pelaku usaha Valo cuci mobil hemat air, Yudan Hermawan ketua karang taruna pengelola tempat wisata Goa Pindul di Gunung Kidul Yogyakarta.

Presiden Drektur BCA , Jahja Setiaatmadja berkenan memberikan open speech dan juga ikut serta dalam acara Talkshow. Dalam kata pembuka Jahja Setiatmadja yang juga lulusan Fakultas Ekonomi UI angkatan 75 ini memberikan fakta bahwa masyarakat Indonesia punya kultur yang baik dalam hal kekeluargaan namun tidak memilki kultur yang tangguh dalam berusaha sebagai pebisnis. Karena adanya sikap tidak membedakan mana uang pribadi dan mana uang usaha. Semua tercampur menjadi satu sehingga sulit mengetahui secara pasti keuangan usaha. Apalagi bila akhirnya uang usaha terpakai untuk keperluaan pribadi.

Menurut Jahja, perlu dipisahkan keuangan pribadi dan keuangan usaha. Sehingga pelaku usaha terutama anak muda tahu berapa sebenarnya uang usaha yang telah terkumpul. Bila ini dapat dilakukan lanjut Jahja, pemisahan keuangan ini akan berdampak positif bagi kelangsungan usaha. Jahja juga mencontohkan dirinya ketika bekerja di perusahaan dealer mobil. Dealer mobil yang besar sering kali tidak memiliki penataan keuangan yang baik maka ketika krisis menerpa dealer mobil besar akhirnya kolaps karena penataan keuangannya amburadul.

Hal inilah yang ditekankan Jahja dalam kata pembukanya. Selanjutnya Bankir yang telah malang melintang didunia keuanagan ini menyatakan maksud dan tujuan diadakannya Kafe BCA. Sebagai bank besar nasional BCA mempunyai tanggung jawab moral melakukan edukasi kepada kelompok masyarakat sebagai upaya service excelent. Kafe BCA yang digelar perdana ini mengangkat kiprah anak muda yang telah berhasil melakukan bisnis mandiri kewirausahaan. Harapannya acara yang rencananya digelar setiap bulan ini berdampak positif dan menginspirasi anak muda lainnya di Indonesia. Menjadi pelaku usaha mandiri yang tangguh dan profesional.

[caption caption="Presiden Direktur BCA , Jahja Setiaatmadja membuka acara Talkshow | Foto : Rushan Novaly"]

[/caption]

Membeberkan Rahasia Usaha

Setelah kata pembuka oleh Presden Direktur BCA Talkshow pun dimulai. Para narasumber diminta duduk di depan pada posisinya masing masing. Sebagai moderator Mas Iwo menjalankan tugasnya dengan baik. Dalam kata pengantarnya Mas Iwo mengutif pendapat Richard Florida dimana kemajuan bangsa ditentukan oleh Creative Class. Apalagi bila creative class ini diisi oleh kalangan muda, para mahasiswa , remaja yang punya ide cemerlang.

Tiga narasumber yang dihadirkan adalah bagian dari creative class . Anak muda yang punya usaha dari sebuah ide ‘gila’ . Dimana ide usaha mereka nampak berbeda dan melawan pakem mainstream yang selama ini berlaku.

Narasumber pertama Yenny Wahid, putri sulung alm Gus Dur yang saat ini menjabat Direktur  Wahid Institute ini memaparkan kegiatan socioEntrepeneur yang dilakukan  Wahid Institute dalam pemberdayaan masyarakat akar rumput yang kurang mampu. Melalui kegiatan simpan pinjam atau micro financial yang diberi nama koperasi cinta damai (KCD). Saat ini ada kurang lebih seribu anggota yang tergabung dalam KCD. Pemberdayaan yang dilakukan KCD tidak sebatas pemberian dana untuk modal usaha tapi lebih dalam upaya membuka mindset berpikir, pengelolaan dana keluarga, manajemen usaha hingga pelatihan skill yang bisa dijadikan tumpuan pendapatan tambahan (Passive income).

KCD fokus dalam pembinaan. Maka setiap pekan diadakan perkumpulan seperti diskusi dan motivasi usaha. Yenny sendiri melihat upayanya ini bukan mulus tanpa hambatan. Membina masyrakat bawah terutama kaum ibu ibu rumah tangga memiliki karakteristik tersendiri. Polanya dibuat sangat sederhana dengan bahasa awam yang mudah dicerna. Yenny berharap upaya KCD yang mengadopsi pola greemen banknya Muhammad Yunus peraih nobel asal Bangladesh dapat bergulir dan bernilai positif.

Dalam sesi wawancara khusus Yenny Wahid memang mengakui upayanya ini murni sebagai upaya sosial. Karena tak ada profit yang diambil,”lha wong biaya operasionalnya masih kita subsidi” . Pola menabung di kalangan masyarakat terutama ibu ibu rumah tangga masih rendah . Kesadaran menabung menjadi PR yang harus diselesaikan KCD. Selain membina agara modal usaha tepat sasaran dan berkembang.

Narasumber kedua, seorang mahasiswa semester lima bernama Yasa Pramita Singgih. Anak muda ini memulai usahanya ketika baru berusia 15 tahun. Ada sebuah peristiwa keluarga yang melecutkan semangatnya untuk lepas dan mendiri dari sokongan dana orang tua . Hari itu Yasa bersumpah untuk tidak menerima sepeser uang dari orang tua. Yasa bertekad untuk memiliki usaha dan menghasilkan uang sendiri.

Awalnya Yasa meminjam pakaian atau sepatu dari Pasar Tanah Abang lalu menjualnya secara online. Sejak saat itu Yasa bolak balik ke Pasar tanah abang mulai dari seminggu sekali hingga hampir setiap hari. Yasa yang lahir bukan dari keluarga pengusaha atau anak orang kaya harus memeras keringat sebelum mampu establish menggunakan nama brand sendiri: Men’s Republic.

Mengambil segmen laki laki muda dan profesional . Men’s Republic memang mengambil segmen yang tidak biasa. Membatasi hanya pada produk laki laki macho sejati. Maka tak akan ditemui produk berwarna terang yang ‘genit’. Semua produk Men’s Republic menunjukan warna warna gelap. Selain itu Men’s Republic memiliki gaya promosi yang unik dengan gaya bercerita. Tak melulu dengan urusan transaksi.

Narasumber ketiga, Elihu Nugraha. Lelaki yang membuka usaha cuci mobil tanpa air (waterless) . Upayanya ini mengingat ketersedian air bumi yang semakin menipis. Sebagai informasi penggunaan air untuk sekedar mencuci satu unit mobil mencapai 250 liter sampai 300 liter air. Jumlah sebesar itu akan terbuang. Padahal fungsi air masih dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia lainnya seperti air minum atau keperluan mandi dan mencuci.

Elihu yang tergugah mengurangi penggunaan air dalam mencuci mobil akhirnya berusaha mencari formula khusus untuk menggantikan fungsi air. Selama dua tahun Elihu meramu dan meracik sendiri formula ajaib yang bisa membersihkan mobil tanpa air.

Selama dua tahun formula itu akhirnya didapatkan dari alam. Adalah getah pohon palem yang berfungsi sebagai ‘wax’. Formula ini akhirnya dikembangkan dan disempurnakan hingga akhirnya benar benar bisa digunakan dalam mencuci mobil tanpa air.

Produk yang diberi label Valo ini akhirnya merubah nasib banyak anak muda lainnya. Valo membuka lapangan pekerjaan informal. Selain tak memerlukan air, valo juga tak memerlukan tempat khusus untuk areal mencuci. Dimanapun bisa dilakukan.

Maka ketika gelaran Konferensi Asia Afrika yang dilakukan di senayan Jakarta tahun lalu Valo mendapatkan tugas mencuci mobil mobil para undangan. Kesempatan langka ini membuktikan produk dalam negeri karya anak bangsa sendiri sudah mendapatkan tempat yang layak.

Valo hanya membutuhkan kurang lebih 75 hingga 100 mililiter untuk mencuci satu unit mobil standar. Artinya berapa ratus ribu liter air yang dapat dihemat. Dari sisi waktu juga Valo jauh lebih cepat. Selain aman bagi lapisan cat, Valo juga berfungsi sebagai wax. Hasilnya lebih mengkilap .

[caption caption="Yudan Hermawan sedang memaparkan pemberdayaan Goa Pindul | Foto : Rushan Novaly "]

[/caption]

Narasumber terakhir adalah Yudan Hermawan. Pria jomblo asal Gunung kidul ini membangun desa yang awalnya hanya menggantungkan hidup dari dunia pertanian kini berubah menjadi desa yang menggantungkan hidup dari wisata goa pindul. Selain wisata gua lahir pula jenis wisata lainnya. Seperti wisata arung jeram, outbond, kuliner hingga wisata berbentuk budaya tradisional.

Saat ini melalui pemberdayaan yang dilakukan pihak BCA , pemuda karang taruna gua pindul terus mengembangkan diri melalui bantuan baik materiil maupun non materiil pihak BCA. Hasilnya bisa dilihat saat ini goa pindul terus berkembang dan menata diri lebih baik lagi.

Total kunjungan pada hari libur besar bisa mencapai angka 4000 orang . Jumlah sebanyak itu tentu membutuhkan penanganan dan pelayanan yang profesional. Walau saat ini telah ada sepuluh operator wisata. Pelayanan wisata tak lantas selesai, pelatihan service excelent yang diberikan pihak BCA sangat membantu para pemuda goa pindul untuk mengelola dan memberikan pelayanan prima kepada pengunjung.

Yudan, pria humoris ini mengungkapkan harapannya dan dengan bangga menunjukan pencapaiannya meraih juara pertama karang taruna tingkat nasional. Walau dalam pemaparannya yang terkesan hard selling , Yudan masih berharap dapat membina desanya agar lebih maju dan sejahtera. Melalui pelatihan non formal baik bagi warga desanya maupun para orang yang terlibat dalam pengembangan desa wisata.

Peran pemerintah daerah juga sangat diperlukan . Pembinaan pemerintah daerah sebagai bapak asuh dan pelindung dalam pengembangan desa wisata. Kelak tak hanya desa goa pindul, desa desa lainnya yang memiliki destinasi wisata menarik yang bisa dikembangkan dan dikenalkan ke khalayak ramai bahkan ke dunia internasional.

Hanya daerah yang memiliki destinasi wisata yang pertumbuhan ekonominya bergerak positif. Saat ini pulau Bali masih memimpin dengan angka pertumbuhan mencapai 12 persen. Wisata memang mampu mengerek kesejahteraan penduduknya secara langsung. Banyak sektor yang akan ikut bergerak positif . Peran pemerintah dan sektor swasta memang harus ikut serta dalam membantu perkembangan daerah wisata. Paling tidak BCA sudah melakukannya.

[caption caption="Peserta Talkshow serius mengikuti acara | Foto : Rushan Novaly"]

[/caption]

Tips dan Inspirasi yang didapat dari Talkshow Kafe BCA

Dalam talkshow yang berlangsung kurang lebih satu setengah jam ini banyak ilmu yang didapat dan cukup menginspirasi . Ada beberapa tips yang patut ditiru :

Keberanian , memulai usaha disaat muda adalah hal yang paling baik. Butuh nyali nekad dan tak mudah menyerah. Karena usaha yang akan dimulai sejatinya tak perlu hitungan rumit dan riset njlimet . Hanya butuh dijalani dan selama proses banyak pelajaran yang bisa dipetik. Dengan menjalani usaha maka keberanian mutlak diperlukan. Bila rasa takut yang mendominasi maka perlu membuang rasa takut itu dengan cara terjun bebas.

Link pertemanan/Relasi. Sebuah usaha memerlukan banyak dukungan . perlu banyak belajar. Perlu pembimbing dan mentor. Membuka jaringan (networking) yang luas dipercayai akan mempercepat pertumbuhan usaha. Bayangkan bila jaringan yang dimiliki sanagt luas dan beragam rasanya usaha yang dibangun akan tumbuh sangat cepat. Apalagi diera digital. Networking bisa dibangun melalui saluran sosial media yang ada. Hanya tinggal memanfaatkan. Tak perlu membangun dari awal .

Passion. Gunakan passion yang dimiliki. Bila passion kita adalah dunia hiburan maka mulailah usaha di dunia hiburan. Bila passion kita adalah kuliner maka gali kemampuan kuliner dan kembangkan menjadi sebuah usaha yang kreatif dan berbeda. Banyak orang yang berhasil dan sukses dari kegemarannya dari hobinya.

How to Sale. Dalam membangun usaha bukan perkara apa yang dijual tapi bagaimana cara menjualnya. Produk sebagus apapun atau jasa sebaik apapun kalau tidak berhasil menjualnya maka akan tetap saja tak laku diserap pasar. Jurus cara menjual dapat dipelajari, dapat ditiru bahkan dapat di kembangkan dari usaha sejenis lainnya tapi added value agar produk/jasa bisa diterima pasar adalah titik kreatif. Banyak pemula usaha terlalu bersemangat namun lupa cara menjual produknya, gagal paham cara menghantarkan produknya jadi idola para customer .

Uang bukan segalanya. Modal usaha memang perlu, legalitas memang dibutuhkan tapi itu bukan segalanya. Banyak pengusaha yang memulai usahanya tanpa modal alias modal dengkul seperti yang dilakukan Yasa Pramita Singgih. Uang memang penting tapi bukan uang yang terpenting, mental pantang menyerah adalah modal yang paling penting.

So, bila masih bingung dan takut memulai sebuah usaha. Bertemanlah dengan orang orang pemberani dan mampu menginspirasi. Jangan salah bergaul dengan orang yang sering galau dan mudah curhat. Tinggalkan sebentar orang jenis ini , datangi orang bermental baja dan jadikan sebagai mentor usaha.

Rasanya, kafe BCA akan diisi dengan orang orang bermental petarung. Jadi belajar dari kafe BCA akan menambah keberanian dan ilmu yang penuh gizi. Ditangan anak mudalah bangsa ini akan mencapai kesuksesannya.

Percayalah...bila masih ragu, anda wajib galau dan berusaha mencari informasi lainnya. Bisa jadi artikel ini berbohong.

Salam anak muda

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun