Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kafe BCA : Menggugah Asa Anak Muda Menjadi Pelaku Usaha Tangguh

14 Januari 2016   08:28 Diperbarui: 14 Januari 2016   08:52 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Narasumber pertama Yenny Wahid, putri sulung alm Gus Dur yang saat ini menjabat Direktur  Wahid Institute ini memaparkan kegiatan socioEntrepeneur yang dilakukan  Wahid Institute dalam pemberdayaan masyarakat akar rumput yang kurang mampu. Melalui kegiatan simpan pinjam atau micro financial yang diberi nama koperasi cinta damai (KCD). Saat ini ada kurang lebih seribu anggota yang tergabung dalam KCD. Pemberdayaan yang dilakukan KCD tidak sebatas pemberian dana untuk modal usaha tapi lebih dalam upaya membuka mindset berpikir, pengelolaan dana keluarga, manajemen usaha hingga pelatihan skill yang bisa dijadikan tumpuan pendapatan tambahan (Passive income).

KCD fokus dalam pembinaan. Maka setiap pekan diadakan perkumpulan seperti diskusi dan motivasi usaha. Yenny sendiri melihat upayanya ini bukan mulus tanpa hambatan. Membina masyrakat bawah terutama kaum ibu ibu rumah tangga memiliki karakteristik tersendiri. Polanya dibuat sangat sederhana dengan bahasa awam yang mudah dicerna. Yenny berharap upaya KCD yang mengadopsi pola greemen banknya Muhammad Yunus peraih nobel asal Bangladesh dapat bergulir dan bernilai positif.

Dalam sesi wawancara khusus Yenny Wahid memang mengakui upayanya ini murni sebagai upaya sosial. Karena tak ada profit yang diambil,”lha wong biaya operasionalnya masih kita subsidi” . Pola menabung di kalangan masyarakat terutama ibu ibu rumah tangga masih rendah . Kesadaran menabung menjadi PR yang harus diselesaikan KCD. Selain membina agara modal usaha tepat sasaran dan berkembang.

Narasumber kedua, seorang mahasiswa semester lima bernama Yasa Pramita Singgih. Anak muda ini memulai usahanya ketika baru berusia 15 tahun. Ada sebuah peristiwa keluarga yang melecutkan semangatnya untuk lepas dan mendiri dari sokongan dana orang tua . Hari itu Yasa bersumpah untuk tidak menerima sepeser uang dari orang tua. Yasa bertekad untuk memiliki usaha dan menghasilkan uang sendiri.

Awalnya Yasa meminjam pakaian atau sepatu dari Pasar Tanah Abang lalu menjualnya secara online. Sejak saat itu Yasa bolak balik ke Pasar tanah abang mulai dari seminggu sekali hingga hampir setiap hari. Yasa yang lahir bukan dari keluarga pengusaha atau anak orang kaya harus memeras keringat sebelum mampu establish menggunakan nama brand sendiri: Men’s Republic.

Mengambil segmen laki laki muda dan profesional . Men’s Republic memang mengambil segmen yang tidak biasa. Membatasi hanya pada produk laki laki macho sejati. Maka tak akan ditemui produk berwarna terang yang ‘genit’. Semua produk Men’s Republic menunjukan warna warna gelap. Selain itu Men’s Republic memiliki gaya promosi yang unik dengan gaya bercerita. Tak melulu dengan urusan transaksi.

Narasumber ketiga, Elihu Nugraha. Lelaki yang membuka usaha cuci mobil tanpa air (waterless) . Upayanya ini mengingat ketersedian air bumi yang semakin menipis. Sebagai informasi penggunaan air untuk sekedar mencuci satu unit mobil mencapai 250 liter sampai 300 liter air. Jumlah sebesar itu akan terbuang. Padahal fungsi air masih dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia lainnya seperti air minum atau keperluan mandi dan mencuci.

Elihu yang tergugah mengurangi penggunaan air dalam mencuci mobil akhirnya berusaha mencari formula khusus untuk menggantikan fungsi air. Selama dua tahun Elihu meramu dan meracik sendiri formula ajaib yang bisa membersihkan mobil tanpa air.

Selama dua tahun formula itu akhirnya didapatkan dari alam. Adalah getah pohon palem yang berfungsi sebagai ‘wax’. Formula ini akhirnya dikembangkan dan disempurnakan hingga akhirnya benar benar bisa digunakan dalam mencuci mobil tanpa air.

Produk yang diberi label Valo ini akhirnya merubah nasib banyak anak muda lainnya. Valo membuka lapangan pekerjaan informal. Selain tak memerlukan air, valo juga tak memerlukan tempat khusus untuk areal mencuci. Dimanapun bisa dilakukan.

Maka ketika gelaran Konferensi Asia Afrika yang dilakukan di senayan Jakarta tahun lalu Valo mendapatkan tugas mencuci mobil mobil para undangan. Kesempatan langka ini membuktikan produk dalam negeri karya anak bangsa sendiri sudah mendapatkan tempat yang layak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun