Usai penyerangan. Walau tidak mendapatkan kemenangan. Pertempuran ini menjadi tonggak bersejarah dengan dijadikannya Taman Makam Pahlawan Seribu yang letaknya berada di Serpong.Dimana seluruh jasad pejuang yang gugur dikuburkan sebagai pahlawan kemerdekaan.
Gagalnya penyerangan di Serpong ternyata tak membuat ciut nyali para pejuang.Perlawanan terus dilakukan. Walau akhirnya para pejuang mundur hingga Parung panjang. Front Parung Panjang menjadi medan pertempuran penting dalam menyumbat pergerakan pasukan Nica agar tidak terus maju ke arah selatan Banten.
Hampir setiap hari terjadi baku tembak yang sengit antara pasukan laskar pejuang dengan pasukan Nica. Jalur kereta api Parung panjang ke arah Rangkas Bitung dikuasai para pejuang Indonesia sedang Cisauk hingga Sepong dikuasai pasukan Nica.
Gerbong Kesehatan
Pertempuran yang terjadi di front Parungpanjang sering kali meminta korban. Entah karena tertembak pihak musuh atau kecelakaan ketika menggunakan bahan peledak seperti granat atau bahan peledak lainnya. Maklum saja pejuang kemerdekaan ketika itu tak memiliki pengetahuan yang cukup tentang bahan peledak. Pernah ketika akan meledakkan jalur kereta api para pejuang tak memasang detonator . Alhasil bahan peledak itu tak berfungsi sama sekali dan membuat komandan pertempuran geleng geleng kepala sambil marah marah.
Bila ada korban jatuh dipihak pejuang maka korban akan segera dilarikan menggunakan sebuah lori menuju sebuah gerbong kesehatan yang berada di stasiun Tenjo. Didalam gerbong itu beberapa tenaga kesehatan akan berusaha mengobati semua korban luka akibat pertempuran. Bahkan upaya operasi juga dilakukan didalam gerbong yang telah disulap secara khusus menjadi rumah sakit bergerak. Walau peralatan medis yang dimiliki terbatas namun usaha penyelamatan korban perang tetap dilakukan . Selain korban perang di Stasiun Tenjo juga sudah dibuka sebuah klinik untuk masyarakat umum yang membutuhkan pengobatan. Tidak adanya fasilitas kesehatan membuat klinik ini menjadi tumpuan masyarakat sekitar.
Gerbong kesehatan ini berada dijalur rel paling luar. Stasiun kecil ini menjadi sangat penting dalam memberikan dukungan logistik dan kesehatan pasukan. Di halaman stasiun terdapat beberapa rumah yang difungsikan sebagai dapur umum dan ruang kesehatan. Saat ini masih dapat dilihat sisa sisa bangunan yang sudah tidak terawat lagi.
Maka ketika terjadi agresi militer Belanda pertama pada Juli 1947. Front Parungpanjang menjadi sangat penting. Sebagai komandan saat itu Mayor Sachra. Dengan kekuatan dua kompi pasukan. Kompi Toni dan Kompi Adjat Sudrajat. Tugas pasukan adalah menghambat laju pasukan Belanda. Maka taktik bumi hangus dan peledakan jalur kereta Serpong-Parungpanjang menjadi siasat pasukan. Rusaknya jalur kereta api antara serpong dan Parungpanjang membuat pasukan Belanda tidak bisa memasuki wilayah Banten selatan.
Saat itu Rangkasbitung sudah memiliki sebuah rumah sakit yang bisa dihandalkan.Korban pertempuran yang terjadi di front Jasinga bogor juga akan dilarikan ke rumah sakit di Rangkasbitung. Sebenarnya di wilayah Cigudeg sudah ada sebuah rumah sakit kecil. Namun sayang rumah sakit tersebut hancur diserang pihak Belanda.
Peran rumah sakit Rangkas bitung sangat penting selain membantu front Parungpanjang juga membantu front Jasinga, Bogor. Jadi bila pengobatan atau tindakan operasi tidak bisa dilakukan di Gerbong kesehatan Tenjo sang korban akan segera dilarikan ke rumah sakit Rangkasbitung. Begitu pula pos kesehatan yang berada di Cikande yang juga tergantung dengan rumah sakit Rangkasbitung. Selama masa perang kemerdekaan rumah sakit Rangkasbitung memiliki peran penting bagi dukungan kesehatan para pejuang kemerdekaan. Saat inipun bila ada orang Tangerang sakit keras akan teringat rumah sakit Rangkasbitung. Apalagi masyarakat yang tinggal di perbatasan Tangerang –Lebak. Entah karena nostalgia masalalu atau karena faktor lain.
Tetap Beroperasi