Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

40 Tahun [Novel-Bag 1]

7 November 2015   04:19 Diperbarui: 7 November 2015   07:29 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Tiga sahabat itu berkumpul kembali. Setelah terpisah 40 tahun.Setelah ketiganya memilih kehidupan tersebunyi ditempat yang berbeda. Tak satukali pun mereka bertemu muka. Tak mengirim kabar walau zaman sudah berubah. Ketiganya berpencar untuk menghilang. Menyembunyikan diri. Menutupi identitas diri . Menyamar dan menjalani hidup sebagai buronan.

Ya, buronan. Orang yang selalu dicari , dilacak , diincar, untuk ditangkap. Yang memburu ketiganya satu kekuatan yang jumlahnya sulit untuk diprediksi. Kekuatan yang punya sumber daya tidak terbatas.

Ketiganya memang lolos. Tak satupun diantara ketiganya tertangkap. Kelihaian ketiga orang itu memang luar biasa. Mereka mampu merubah identitas, merubah kehidupan, merubah tempat hidup.

Kini, ketiganya bertemu dalam satu meja. Tertawa bersama, menertawai kehidupan masing masing . Menertawakan para pemburu mereka yang gagal . Potongan potongan kejadian 40 tahun lalu kini dirangkai seperti puzzle yang berserakan. Lalu menjadi sebuah gambar penuh emosi. Ketiganya menautkan kembali kisah yang dulu mereka jalani.

40 tahun bukan waktu yang pendek. Satu generasi telah berubah. Ketiganya kini telah renta dimakan usia. Rambut ketiganya memutih . Gerak mereka pun jauh lebih lambat . Berdiri saja telihat sulit. Padahal ketiganya adalah penjahat besar yang ditakuti. Ahli , spesialis, dingin dan senyap. Puluhan kali merampok bank, toko perhiasan, rumah pengusaha kaya, rumah pejabat tinggi dan membobol perusahaan besar. Terakhir mereka terlibat perampokan rumah seorang pengusaha keturunan yang kaya raya. Ratusan juta rupiah, sepuluh kilogram emas murni, dua unit mobil mewah mereka gasak. Aksi mereka mulus tanpa hambatan. Tak ada satupun hal yang merusak aksi mereka hingga satu perlawanan dari seorang anak kecil berusia 8 tahun yang tiba tiba terbangun dari kamarnya.

Teriakannya membuat suasana gaduh dan membahayakan. Satu timah panas meletus menuntaskan teriakannya yang melengking khas anak anak. Tubuh kecil itu rubuh bersimbah darah. Ketiganya melarikan diri bersama hasil rampokan.
Malam itu adalah malam tragedi. Ratusan polisi, tentara hingga hansip menutup kota. Kota gempar . seluruh kota mendendam . Emosi tersulut . Api kemarahan itu meledak dalam hari hari berikutnya.

Ketiganya terkepung dalam satu penyergapan. Hampir saja tak ada cara meloloskan diri hingga mereka melompat ke dalam sebuah lubang berdiameter setengah meter. Ketiganya lolos walau terluka cukup parah.

Pagi itu mereka bertiga berikrar untuk berpisah selama 40 tahun. Menyingkir mencari jalan untuk menghindar. Pagi itu hasil rampokan yang mereka timbun di sebuah gudang yang mereka sewa dibagi rata. Masing masing membawa hasil rampokan yang jumlahnya sangat banyak. Ketiganya berpisah dan berjanji bila mereka masih hidup akan bertemu pada tanggal 17 agustus 40 tahun yang akan datang di sebuah monumen . Jam tujuh malam.

Malam ini, ketiganya memenuhi janji mereka. Janji 40 tahun yang lalu. Ketiganya kini telah menjadi manusia lanjut yang lemah. Tapi api semangat itu masih terlihat dimata mereka. Mata yang tajam dan tak ragu bertindak secepat kilat. Mata yang tidak pernah mengenal rasa belas kasihan. Belas kasihan hanya akan membuat mereka kalah. Tak boleh ada sedikitpun rasa itu walau hanya setitik terselip . Ketiganya memiliki senjata api yang siap menumpas semua yang menghalangi. Tak perduli siapapun. Bila membuat operasi gagal tak ada ampun. Habisi.

Tiga laki laki renta itu menyulut rokok kretek yang sama. Menghisapnya dalam dalam. Asap putih terbang melayang diatas meja bulat yang terbuat dari kayu jati pilihan . Bak sebuah video yang kembali diputar ulang. 40 tahun yang lalu. Kemad, Londra dan Petir. Tiga laki laki muda penuh emosi itu duduk merencanakan aksi kejahatan mereka pertama kali. Kemad , seorang pemuda desa yang tak pernah mengecap pendidikan . Beruntung saja ia pernah belajar membaca hingga ia tak masuk golongan orang buta aksara . Otaknya cerdas walau tak berijazah selembarpun . kemiskinan dan gizi buruk tak menumpulkan otaknya untuk berpikir jahat. Kemad adalah sutradara dibalik setiap aksi. Ia cermat, rapi dan berpikir tiga langkah kedepan. Londra, lelaki kurus kerempeng dengan wajah tak meyakinkan siapapun. Wajahnya datar tanpa gejolak emosi . Dingin tanpa banyak senyum. Ia adalah eksekutor jempolan. Tak pernah meleset. Keahliannya mengintip sasaran . Menjadi sandi bagi setiap aksi. Dialah orang yang menjadi penggambar ulung situasi lokasi aksi kejahatan mereka. Petir, seperti juga namanya. Ialah si pengintimidasi paling sadis. Menaburkan ketakutan bagi korban . Ia adalah laki laki pemberani tanpa rasa takut sedikitpun. Ia adalah pembuka dan pendobrak dari setiap aksi mereka. Lihai dan licin dalam melumpuhkan lawan. Keahlian yang ia dapatkan saat menjadi pasukan elit di kesatuan tempur angkatan darat.

Ketiga laki laki itu menjadi satu kekuatan yang menakutkan. Aksi mereka pertama kali adalah merampok sebuah toko perhiasan disebuah pasar . Toko itu terletak di sudut paling kiri. Terlihat sepi jarang ada pembeli . Londra, sudah seminggu mengintai menyamar sebagai seorang tukang sol sepatu tepat di depan toko perhiasan yang mereka incar. Toko itu buka jam sembilan pagi dan tutup sore hari jam lima. Karyawannya ada dua. Satu, seorang gadis genit yang banyak bicara yang kedua seorang pemuda lajang yang pendiam. Pemilik toko selalu berada di dekat meja kasir. Ia seorang wanita setengah baya. Seorang janda kesepian tanpa anak. Kebiasaan makannya luar biasa. Tubuhnya tambun dengan penyakit diabetes yang mulai mengintai.
Kemad yang mengatur operasi , londra yang mengeksekusi dan petir yang membereskan hasil aksi mereka. Waktu yang paling maksimal adalah sore hari ketika toko akan segera tutup. Waktu yang dibutuhkan 15 menit. Target menjelang sore akan sibuk membereskan uang hasil transaksi, kedua karyawannya akan sibuk memasukkan perhiasan emas kedalam lemari baja tahan api. Situasi lengah itu akan dimanfaatkan Kemad , Londra dan Petir.

Londra akan melumpuhkan karyawan laki laki. Petir akan merangsek mengambil kendali toko dan kemad segera mengambil sasaran uang penjualan dan perhiasan emas kedalam karung hitam yang telah disiapkan. Ketiganya merencanakan melarikan diri melalui pintu kecil disamping pasar yang menuju ke sebuah jalan raya yang cukup ramai.

Hari H tiba. Sore itu , Kemad dan Petir berpakaian sangat rapi seperti dua pegawai bank yang baru pulang tugas. Keduanya segera merapat ke lokasi sasaran. Toko sepi, si pemilik toko bangkit mendekati Kemad dan Petir. Dua karyawan toko sedang merapikan perhiasan yang akan disimpan di lemari baja.

Setelah menanyakan beberapa jenis perhiasan , Petir langsung menarik tangan wanita pemilik toko dan mengancam dengan wajah menakutkan, Londra segera menghambur masuk dan melumpuhkan dua karyawan dengan pistol dalam posisi mengancam nyawa. Kemad dengan gesit menggasak uang yang berada didalam laci yang tidak terkunci. Gerakan Kemad sangat cepat dalam membereskan hasil rampokan. Pengalaman telah memberinya kecepatan. Begitu hasil dirasa cukup. Kemad tak pernah menyapu bersih . Kemad tak ingin korban rampokannya terkapar miskin. Kemad memang unik. Ia hanya mengambil paling banyak setengah bagian. Setengahnya ia tinggalkan agar si korban masih bisa bangkit usai mereka rampok.

Ketiganya melarikan diri melalui pintu kecil disamping pasar. Berlari menuju dua motor yang diparkir dengan posisi siap menyelinap dikemacetan di sore hari. Tak banyak yang curiga tiga laki laki yang berlari cepat dan melompat keatas motor itu perampok. Hingga teriakan dibarengi raungan memecah pasar di sore itu. Wanita tambun itu berlari terseok seok dan akhirnya jatuh pingsan.

Itulah aksi perdana yang akan menjadi petualangan berseri. Merampok seperti juga berjudi, membuat pelakunya ketagihan. Berhasil di satu tempat mereka akan beraksi di tempat lain. Ketiganya memang baru penjahat kecil yang merampok toko perhiasan di sebuah pasar tradisional disudut kota Jakarta. Walau begitu ketiganya bukan penjahat baru. Kemad , dulunya spesialis mencuri rumah kosong. Londra , penjabret di pasar pagi. Hanya Petir, yang baru memulai takdirnya sebagai penjahat. Takdir ? rasanya Petir memang sengaja menceburkan dirinya didunia hitam. Merampok adalah hal baru baginya. Petir menikmati peran barunya.

Keberhasilan pertama itu membuat hubungan ketiganya semakin erat. Kemad bertindak sebagai pemimpin yang bisa diandalkan. Hasil rampokan dibagi empat bagian. Tiga bagian dibagi diantara mereka sedang satu bagian akan disimpan sebagai tabungan. Kemad menyimpan tabungannya di dalam tempat tersembunyi. Sebuah gudang yang sengaja disewa. Gudang itu berukuran 5x8 meter. Tertutup rapat dengan sebuah pintu besi . Didalam gudang sengaja diletakkan peti peti kayu ukuran 1 M3 . Isinya keramik yang sengaja dibeli sebagai kamuflase. Setiap seminggu sekali kemad, londra dan Petir bergantian membawa truk kecil untuk memindahkan peti kayu itu . Sebenarnya peti kayu itu hanya dibawa berputar putar lalu kembali diletakan didalam gudang kembali. Untuk menghindari kecurigaan di depan gudang diberi plang nama perusahaan .

Kemad memang pemikir ulung. Sebelum bertindak ia telah menyiapkan banyak cara untuk mencapai tujuan. Pada aksi pertama , Kemad menghitung kecepatan melarikan diri menjadi hal yang menjadi titik kritis. Gagal menyiapkan pelarian sama dengan mengantarkan nyawa. Maka hal yang paling dipelajari adalah cara melarikan diri dengan selamat baru meyusun cara menggasak sasaran.

Sebagai perampok yang baru membentuk kelompok. Kesepakatan antar anggota , kewajiban, hak dan tanggung jawab dibagi secara rata. Tiap anggota memiliki peran berbeda namun punya satu tujuan yang sama. Mereka bertiga memang sengaja tidak bertemu setiap hari. Sepekan hanya sekali mereka bertemu. Tempatnya dibuat berubah ubah. Hanya waktunya saja yang sama. Kamis malam jum’at. Setiap bertemu mereka menyiapkan satu lokasi sasaran berikut. Masa persiapan bisa memakan berhari hari bahkan bisa lebih dari tiga bulan. Mereka bertiga sangat percaya , merampok adalah pekerjaan profesional. Bukan hanya mengandalkan nyali besar . Merampok adalah seni menyiapkan sebuah aksi yang membutuhkan otak dan strategi jitu.
Setelah aksi perdana mulus berjalan dengan hasil memuaskan. Ketiga lelaki muda itu berpisah selama dua pekan untuk memastikan jejak mereka tak terendus pihak kepolisian.

Kemad, biasanya akan bersembunyi di wilayah lebak , Banten. Istri dan anak anaknya tinggal disana. Londra akan meneruskan penyamarannya sebagai pedagang keliling. Petir kembali ke profesinya sebagai penjaga keamanan disebuah gudang di jakarta utara. Kemad sangat mewanti wanti agar semua anggota timnya tidak mabuk alkohol. Sering kali sebuah aksi terbongkar karena salah seorang anggota timnya mabuk dan akhirnya meracau membuka rahasia tanpa sadar.
Kemad sudah mempelajari kesalahan para perampok hingga akhirnya dapat digulung pihak kepolisian. Kesalahan yang paling sering dilakukan adalah meninggalkan jejak yang mudah diendus. Sebagai contoh, pelaku perampokan sering kali menjual hasil rampokan secara sembarangan. Kepada orang yang mudah sekali ditemukan pihak kepolisian. Kemad akan menjual barang hasil rampokannya ke penadah yang sangat dipercaya. Itupun secara rahasia dan jalur terputus. Artinya bila sipenadah digulung polisi. Sipenadah tak akan bisa menunjukkan posisi si penjual hasil rampokan. Bahkan ketika menjual hasil rampokan , kemad menyamar dengan penampilan yang jauh berbeda.

Untuk perlengkapan merampok. Kemad banyak meniru film dan bacaan di beberapa majalah kriminal. Perlengkapan yang memadai akan memudahkan dan mempercepat aksi . Selain senjata api sebagai penebar rasa takut. Kemad juga menyiapkan peralatan perusak gembok, pemutus rantai, beberapa kunci T , sepeda motor, mobil operasional yang sering kali ditukar tambah untuk menghilangkan jejak.

Untuk masalah kebugaran, ketiga perampok muda itu punya standar olahraga yang harus dikerjakan setiap pagi. Lari, renang dan push up. Ketiganya sangat disiplin, tanpa diawasi kewajiban berolah raga selalu ditunaikan. Ketiganya juga berlatih karate, pencak silat dan gulat. Merampok membutuhkan skill yang memadai. Bertindak amatir hanya akan membuat keadaan kacau dan merugikan.

Begitulah keadaan 40 tahun silam. Kejayaan yang baru saja dimulai. Menjadi perampok yang disegani kelompok lain. Menjadi teka teki tak terungkap di meja penyelidik kepolisian. Hingga 40 tahun menjadi sebuah misteri yang tak pernah terungkap. Kasus besar terakhir yang membuat marah dan dendam itupun terkubur dalam ingatan orang kecuali seorang lelaki yang telah termakan usia. Lelaki bernama Hendra. Seorang mantan wartawan koran Fajar Timur yang kini telah berganti nama Harian umum Merdeka. Hendra duduk didepan monitor , mengamati setiap huruf yang berbaris rapat. Matanya yang dibantu dua lensa baca itu terus mengamati . Seakan ada puluhan berlian berkilau yang menakjubkan matanya. Ia terpukau. Matanya menjurus terus .Mulutnya bergerak gerak. Tangannya yang kini dipenuhi keriput sibuk mencatat informasi yang nampaknya berharga bagi dirinya.

Tak lama ia mengambil handphone di saku celananya. Lalu menghubungi seseorang. Terdengar percakapan serius. Nada suara diseberang terdengar tertawa mengejek. Hendra terus berbicara seakan ingin meyakinkan pihak diseberang yang menjadi lawan bicaranya. Tapi tak lama suara diseberang hilang. Hendra menyerah. Ia letakkan lagi handphonenya lalu kembali mengamati monitor . Kali ini jauh lebih serius. Tatapannya nanar tak percaya.

Laporan tentang seorang pengusaha agrobisnis di Pematang siantar begitu menarik baginya. Pengusaha yang telah berhasil mengembangkan tanaman hortikultura, berbagai macam jenis tanaman sayur. Namanya Sadra Wibawa.
Dalam tulisan itu Sadra Wibawa lahir di Bogor 68 tahun yang lalu. Memulai bisnis di pematang siantar sepuluh tahun yang lalu. Sebelumnya menetap di Banda Aceh sebagai pengusaha pengolahan kayu selama lima belas tahun . Informasi yang menarik adalah Sadra Wibawa pernah tinggal di Penang , Malaysia .

Hendra duduk tercenung. Pikirannya melayang jauh . 40 tahun yang lalu ia masih berusia 28 tahun. Sebagai wartawan muda yang baru bertugas dua tahun didunia jurnalistik. Ia terus mengasah ketrampilan dan nalurinya sebagai wartawan. Menjadi wartawan adalah pilihan hidupnya. Ia sadar profesi ini jauh dari gelimang harta. Tak banyak jalan menggapai kekayaan berlimpah dari profesi wartawan. Namun profesi wartawan begitu menantang dan menarik hatinya.

Apalagi ia mendapat tugas sebagai wartawan untuk kasus kriminal .  Kasus yang setiap hari terjadi. Sumber beritanya melimpah. Korbannya setiap hari bergelimpangan. Pembunuhan, penipuan, penggelapan, perampokan, pencopetan hingga berbagai macam tindakan asusila lainnya. Dimeja kerjanya bertumpuk kasus kriminal dari kasus besar hingga kasus teri yang tak layak ditulis jadi berita.

Hendra adalah wartawan yang punya jiwa petualang yang kuat. Bila ada kasus besar yang menarik perhatian khalayak pembacanya. Ia akan kejar sumber berita dimanapun berada. Ia seorang pekerja keras. Seorang yang menjadikan pekerjaan sebagai kekasih hidupnya. Maka kehidupan pernikahannya hanya berlangsung tiga tahun. Istrinya tak tahan dengan kegilaannya pada dunia wartawan. Perpisahanpun tak terelakan ,Hendra tak memikirkan untuk menikah lagi sejak itu.

Diawal tahun 1973 marak berita kriminal tentang pembunuhan. Baik pembunuhan berencana hingga pembunuhan karena spontanitas seperti perkelahian. Berita kriminal lainnya seperti perampokan dan pencurian juga mulai banyak bermunculan. Apalagi Jakarta sedang membangun. Pemukiman baru dibuka. Gedung gedung beton mulai dibangun. Jalan Sudirman- Thamrin-HR Rasuna Said menjadi pusat kota. Kemajuan Jakarta , membuka kemakmuran baru bagi penduduknya. Hal inilah yang membuat Jakarta mulai sering terjadi kerawanan sosial. Hendra, wartawan muda itu terus mengikuti denyut nadi perkembangan Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun