Walau ada sebuah legenda yang menyebutkan ada dua rombongan penduduk sumbar yang berwisata ke kepulauan mentawai dan terjebak di pulau itu. Satu rombongan bisa kembali ke pulau sumatra sedang satu rombongan tak ingin kembali. Nah, rombongan yang tak ingin kembali inilah yang berkembang menjadi suku mentawai saat ini.
Budaya Berburu
Suku Mentawai adalah suku yang sangat bergantung dengan alam. Walau sudah bercocok tanam suku Mentawai hanya bertanam pisang, keladi dan kelapa. Jangan bayangkan sistem pengairan irigasi, pupuk, kultur jaringan. Untuk mengolah lahan pertanian semuanya masih dilakukan dengan cara tradisionil dan sederhana.
Suku Mentawai memenuhi keperluan hidupnya dari berburu. Baik didalam hutan, sungai hingga rawa rawa . Luas pulau siberut kurang lebih 4.092 km persegi masih didominasi hutan dengan flora dan fauna endemik yang hanya hidup di kepulauan mentawai. Yang paling menarik perhatian dunia adalah berkembangnya sejumlah hewan primata unik yang hanya ada di kepulauan mentawai. Ada empat jenis primata di alam kepulauan mentawai, bilou (Hylobates klossii), bokkoi/beruk pagai (Macaca pagensis), masepsep/kera ekor babi (Simias concolor) dan Joja/lutung mentawai (Presbytis potenziani) . Suku mentawai secara umum menyebut empat primata endemik ini sikabuat.
Sayangnya, hewan primata ini dijadikan makanan istimewa oleh suku Mentawai. Dalam pesta upacara adat, sikabuat akan diburu secara beramai ramai lalu disantap bersama sebagai sajian penutup . Kenikmatan daging sikabuat bahkan disebut sebut mangalahkan semua jenis makanan protein hewani lainnya. Maka, ketika ditawarkan daging ayam sebagai ganti mengonsumsi sikabuat suku mentawai menolak. Setiap tahun jumlah primata yang dilindungi Undang undang ini semakin menurun. Padahal tak ada tempat dimanapun dibelahan dunia yang memiliki jenis primata ini.
Berburu adalah pekerjaan utama para laki laki suku mentawai. Dengan mengenakan selembar kabit (cawat terbuat dari kayu) yang menutupi bagian bawah . sambil membawa panah sebagai senjata berburu . Anak panah yang telah dilumuri ommai (sejenis ramuan racun mematikan) sangat efektif melumpuhkan hewan buruan. Seiring berjalannya waktu saat ini sudah banyak laki laki suku mentawai menenteng senapan angin yang pelurunya juga sudah diberi racun mematikan sebagai pengganti busur panah.
Ommai sendiri dibuat dari bahan dasar sederhana antara lain kulit batang ommai (Antiaris toxicaria), air tuba (Derris elliptica) dan cabe rawit. Ketiga bahan ini dicampur dengan takaran yang pas lalu dibuatkan ekstraknya yang berwarna hijau kehitaman.
Budaya berburu suku mentawai dulunya sangat memperhatikan hukum adat yaitu meminta izin roh penguasa hutan ( Taikaleleu). Hukum meminta izin ini salah satu kearifan lokal yang menjaga keseimbangan alam. Secara alami suku mentawai hanya berburu hewan dalam jumlah yang diperlukan saja. Babi dan sikabuat adalah hewan yang paling sering diburu. Namun sayang permintaan akan hewan buruan yang dipesan semakin tinggi maka semakin masif saja perburuan di kawasan hutan.
Peran Kerei Yang Sentralistik Dalam Adat Budaya Suku Mentawai
Dalam kehidupan primitif yang bersifat mistis. Kemunculan ‘orang pintar’ yang memiliki kekuatan supranatural menjadi sangat penting. Suku mentawai menyebutnya kerei. Dengan pernik pakaian yang khas dan peralatan upacara berupa manik manik dengan lonceng logam (genta) ditangannya yang selalu dibunyikan .Membuat penampilannya cukup membuat hati ciut.
Kerei sendiri di kalangan suku mentawai menempati kasta yang lebih tinggi . kedudukannya sangat dihormati sekaligus disegani. Selain memimpin ritual adat, kerei juga melakukan praktek pengobatan layaknya seorang dokter. Selain itu kerei juga kerap diminta pendapat dan pertimbangan bagi masyarakat mentawai. Perintah atau statement seorang kerei menjadi pedoman bagi suku mentawai. Bila seorang kerei berkata A maka seluruh kaum dibawahnya akan mengikuti A. Tentu hal ini sangat menguntungkan ketika Pilkada berlangsung. Kerei akan selalu didekati tim sukses.
Dalam praktek pengobatan , kerei selalu melakukan secara bersama sama biasanya dua hingga tiga kerei sekaligus. Setiap upacara dimulai dengan sebuah tarian pemanggil roh biasa disebut maturuk. Tarian ini dipimpin seorang kerei lalu diikuti seluruh anggota keluarga yang lain. Tarian maturuk dilakukan hingga pagi hari dengan suasana yang semakin panas. Setelah itu biasanya akan diadakan makan bersama dengan memotong babi.