Dengan mata kepalanya sendiri ia menyaksikan sekeliling rumah Lo Ka Ka sengaja ditutupi tanah oleh perusahaan properti yang terus mengintimidasi agar ayah Ka Ka mau menyerah dan menjual rumah mereka. Hung dengan tangannya sendiri mengambil sebuah sekop dan berusaha menyingkirkan tanah yang menutupi pintu rumah Ka Ka.
Hung juga mendapati murid muridnya kurang gizi, kurang perhatian dan mendapat kekerasan dari beberapa orang dewasa. Selain itu Hung juga mendapat tekanan dari gengster yang terus mengganggu dan yakin TK tersebut akan tutup secepatnya. Tak ada orang didesa Yuen Tin yang mau membantu. Semuanya meledek dengan sikap sinis, termasuk seorang wanita penyapu jalan.
Walau mendapat bantuan dari suaminya Dong, usaha Hung untuk menyelamatkan sekolah dengan mencari siswa baru mendapatkan tantangan serius. Apalagi kesehatan Hung pasca operasi pengangkatan Tumor terus menurun karena Hung sering lalai dalam meminum obat dan tak pernah mengunjungi dokter pribadinya.
Sebuah Mimpi Sebuah Cita cita
Inilah tema sentral dalam Film ini. Mimpi dan Cita cita. Dalam sebuah sesi pembelajaran di kelas. Hung memberikan sebuah tugas kepada kelima muridnya untuk membuat tulisan tentang apa mimpi dan cita cita orang tua mereka. Dalam Frame ini diperlihatkan sikap acuh bahkan sikap marah dari beberapa orang tua yang ditanyai anak anak mereka tentang mimpi dan cita cita. Suatu hal yang tak pernah mereka pikirkan.
Sikap acuh dan marah itu akhirnya luntur. Dengan cara merajuk tanpa kenal lelah akhirnya didapatilah mimpi sekaligus cita cita orang tua kelima siswa Hung. Bibi Han yang ternyata memiliki mimpi terpendam untuk menjadi Miss Hongkong, Tuan Ho ayah dari Sie Suet punya mimpi menjadi Pilot, Lo Keung ayah dari Ka Ka bermimpi menjadi seorang pelari cepat. Ibu Kitty dan Jennie bermimpi menjadi seorang pemadam kebakaran. Visualisasi mimpi dan cita cita semua orang tua siswa dalam film ini cukup maksimal. Terkesan penuh semangat namun juga terkesan lucu.
Dengan memberikan tugas itu Hung ingin memberikan sebuah motivasi semangat. Karena potensi dari setiap orang mampu dilejitkan melewati batas yang sebelumnya kita tak percaya. Memang hal ini unik, entah ini hanya bumbu dalam film saja ataukah memang sesuai kisah nyata yang terjadi. Inilah beda antara kisah Laskar Pelangi dengan kisah Little Big Master. Dimana pada Laskar pelangi sipemilik mimpi adalah para siswa itu sendiri dan dengan sekuat tenaga diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Klimaks film ini diperlihatkan pada usaha Hung yang tak ingin menyerah kepada keadaan. Hung menemui kepala konselor TK Yuen Tin dan meyakinkan untuk mencari siswa baru pada semester depan. Hung ingin sekolah tetap berlanjut.
Hung memang telah mendapatkan kepercayaan sekaligus bantuan dari para orang tua murid. Berjibaku dengan segala persiapan , membagikan undangan open house, mempersiapkan sebuah pertunjukan drama, menghias sekolah hingga mencari dana bantuan . Namun perjuangan itu menemui bukit terjal. Tak ada satupun oramg tua yang mau menitipkan anaknya di Tk Yuen Tin hingga waktu batas akhir.
Di tengah kegelisahan dan kegalauan yang memuncak. Seorang sahabat baik Hung , Bowie Chan (Sammy Leung) menawarkan sebuah pekerjaan dengan gaji fantastis 10 juta dolar HK kepada Hung. Frame ini menjadi titik balik bagi Hung. Ia menolak pekerjaan itu. Dan memberikan statement idealis yang luar biasa . “ Saya seorang guru yang tidak seperti anda yang menjalankan sebuah lembaga pendidikan layaknya sebuah bank penghasil keuntungan uang belaka”
Fakta Yang ditemui pada Film Little Big Master
Tema pendidikan adalah hal yang menarik. Apalagi diangkat dari kisah nyata seseorang yang berjuang di bidang pendidikan. Hampir setiap negara memiliki sineas yang pernah mengangkat tema ini. Di Indonesia, tema pendidikan diangkat base on novel yang tentu tak lagi murni sebuah kisah nyata . Sebut saja film Laskar Pelangi, Negeri Lima menara, dan beberapa judul lainnya. Film dengan tema pendidikan memiliki nilai mulia yang diemban. Disematkan sebagai nilai unggul motivasi dan inspirasi bagi penontonnya. Ada nilai luhur yang ingin dicapai.