Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelan-pelan Saja, Pak...Pelan-pelan Saja....

27 Januari 2014   12:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Pelan palan saja pak...barangkali kali bapak mau sedekah...lemparkan saja "

"AAAA...terima kasih ......semoga bapak selamat dalam perjalanan......"

"jangan malu malu pak besar ..kecilnya pak ...asal ikhlass....,lemparkan saja pak pada petugas kami "

Begitulah suara dari speaker besar yang berada di tepi jalan. Seorang laki laki paruh baya memgang mic sambil terus mengawasi pengguna jalan yang berada tepat di depannya. Setiap mobil , motor, truk hingga gerobak yang lewat pasti ia sapa lewat pengeras suara. Suaranya khas. Ramah dan penuh tendesius.

Sementara enam remaja berpakaian seadanya berdiri di tengah jalan yang sudah di letakkan drum drum bekas sebagai batas keamanan para petugas remaja tadi. Tiap petugas remaja itu melengkapi diri mereka dengan satu jaring ikan ukuran besar sebagai tempat pengguna jalan melemparkan uang sedekahnya.

Mereka adalah satu tim pencari dana, bisa untuk renovasi rumah ibadah, pembangunan fasilitas umum hingga korban bencana. Mereka biasanya berkelompok dengan satu orang koordinator yang biasanya memegang kendali pengeras suara.Dan biasanya mereka memilih jalan yang cukup besar dan ramai. Mereka bertugas dari pagi hari hingga sore menjelang. Tak ada libur , hari minggu   menurut mereka hari pasaran yang ramai orang lalu lalang.

Kegiatan pencari sedekah ini sudah lumrah di daerahku. Dalam satu ruas jalan bisa terdiri dari beberapa kelompok, malah hanya berselisih beberapa puluh meter saja. Bisa anda bayangkan ramainya suara pengeras suara mereka yang terdengar provokatif. Belum lagi suasana jalan yang tersendat .

Kegiatan mereka bukannya tak mengganggu jalan, mereka biasanya meletakkan batang kayu kelapa sebagai alat penurun kecepatan kendaraan di beberapa titik. Jalan sudah pasti lebih sempit karena di tengah jalan mereka sesaki dengan drum drum, bangku hingga meja. Maka setiap pengguna jalan akan menurunkan kecepatan dan akan terjadi antrian kendaraan  di ruas jalan yang mereka 'kuasai'. Kecelakan juga kadang terjadi ketika kendaraan yang kurang sabaran menyalip ke arah sebelah kanan. Saya pernah menyaksikan kecelakaan tersebut, seorang anak muda menyerempet motor dari arah berlawanan karena ia menyalip petugas pencari sedekah. Ia hampir saja jadi bulan bulanan petugas sedekah  beruntung beberapa pengguna jalan lainnya melerai aksi brutal tersebut.

Bersedekah adalah perbuatan mulia, berinisiatif mencari sedekah untuk pembangunan dan renovasi rumah ibadah juga tindakan mulia dan harus mendapat apresiasi yang luar biasa. Namun kalau tindakan atau kegiatan mencari sedekah itu mengganggu fasilitas umum, dalam hal ini jalan raya tentu ini bukan cara yang bijaksana. Saya rasa kurang tepat bila menjadikan ruas jalan umum sebagai tempat mencari sedekah(baca:dana). Apa cara lain yang lebih elegan, lebih bermartabat dan tidak mengganggu fasilitas jalan umum. Belum lagi suara speaker yang sangat keras mengganggu pengguna jalan dan lingkungan sekitarnya.

Tindakan mencari dana di ruas jalan umum perlu mendapat perhatian pihak pemerintah daerah dan kepolisian. Harus ada edukasi terhadap kelompok pencari dana tersebut, Pemerintah daerah harus bisa memfasilitasi pencarian dana pembangunan rumah ibadah, dan pihak kopolisian harus bertindak tegas karena  ada peraturan perundang-undangan tentang penggunaan jalan umum. Sementara masyarakat bisa bijaksana dalam bersedekah. Ada tempat yang bermartabat dan lebih manusiawi bagi kita untuk bersedekah. Tujuan yang baik juga sepatutnya di lakukan dengan jalan yang baik.

Maafkan saya dan Teruslah Bersedekah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun