[caption id="attachment_325510" align="aligncenter" width="536" caption="sumber:wikipedia.org"][/caption]
"De hernnering des menchen aan geleden onrecht is lang; gedaan onrect wordt spoedig vergeten " (Ingatan orang akan penderitaan akibat kelaliman akan lama hilangnya; kelaliman yang seseorang lakukan , akan mudah dilupakan olehnya .
Bung Karno, Indonesia Menggugat
Peristiwa kelam ini sudah belangsung lama. Cerita dan kejadian ini sudah banyak ditulis para sejarawan, pelaku sejarah hingga orang yang tertarik terhadap peristiwa tersebut. Saya semenjak kecil sangat tertarik dengan peristiwa ini. Semua tulisan dan buku yang saya temui mengenai hal ini saya baca tuntas. Rata rata buku versi penguasa Orba. Versi kejadian yang saya baca adalah versi sudut pandang yang selama ini banyak dibaca di literatur zaman Soeharto.Namun ketika saya membaca buku "Tuhan, pergunakanlah Hati, Pikiran dan Tanganku" sebuah pledoi Omar Dhani . saya berkeinginan menulis dari sisi yang lain. Dimana Halim sebagai Pangkalan Angkatan Udara(PAU)Â santer disebut terlibat dalam peristiwa itu. Dimana diketahui Presiden Soekarno pada tanggal 1 Oktober berada di PAU Halim dimana DN Aidit juga menggunakan salah satu pesawat AURI utuk terbang ke Yogyakarta melalui PAU Halim.
Terseretnya PAU Halim dikarenakan polemik dimana ditemukannya 7 jenazah pahlawan revolusi di sebuah sumur tua di kawasan Lubang Buaya yang berdekatan dengan PAU Halim. Walau dikemudian hari dipastikan lubang buaya bukanlah bagian dari PAU Halim.
Sebelum saya lanjutkan menulis, saya perlu klarifikasi terlebih dahulu. Tulisan ini ditulis oleh seorang yang bukan pakar sejarah, bukan pelaku sejarah dan hanya mengandalkan referensi buku, majalah dan berita online . Maka bila ditemukan ketidak akuran data saya mohon maaf dan mohon dikoreksi.
Keadaan Indonesia Sebelum Peristiwa 1 Oktober 1965
Indonesia sedang dalam suasana gegap gempita suasana ganyang malaya, ganyang neokolim. Konfrontasi Indonesia melawan Malaysia sedang dalam keadaan memuncak. Indonesia keluar dari keaggotaan PBB karena merasa diperlakukan tidak adil dan ketidak sukaan Indonesia kepada kekuatan barat yang di motori AS. Hingga keluarlah ucapan Presiden Soekarno yang terkenal " Let's Go To Hell With Your Aids" kepada pemerintahan AS ketika itu.
Pada masa itu untuk keperluan konfrontasi dengan Malaysia , maka diadakanlah sukarelawan sukarelawati untuk diterjunkan di wilayah perbatasan dalam rangka Dwikora. Termasuk relawan bekas pembebasan Irian barat semasa Trikora. Ada ide untuk mewadahi sukarelawan suakrelawati tersebut dalam Komando pertahanan rakyat pada organisasi Hankam. Namun ide tersebut melintir menjadi isu pembentukan angkatan V . Padahal ide pembentukan wadah sukarelawan ini di lemparkan Presiden Soekarno pada acara pembukaan kursus Lemhanas di Istana Negara. Presiden Soekarno mendapatkan ide itu dari PM Chine Chou En Lai, karena di RRC terdapat empat angkatan. Yang angkatan yang ke-empatnya adalah Milisia, rakyat yang dilatih dan dipersenjatai.
Ditambah lagi ada penawaran bantuan senjata ringan dari pihak RRC sebanyak 100.000 pucuk . Tawaran ini disampaikan ketika Waperdam I sekaligus Menlu Dr Soebandrio berkunjung ke beijing diawal tahun 1965. Tawaran ini disampaikan sekembali ke tanah air kepada para forum rapat KOTI dan disetujui termasuk Men/KASABÂ Jend. A.H Nasution.
Di temukan dokumen Gilchrist, yang didalam dokumen yang diketik pada kertas yang biasa digunakan Kedubes Inggris itu ditujukan untuk sekjen kementerian Luar Negeri Inggris . Isi dokumen itu memuat kata "our local army Friend " yang diinterpresikan sebagai dewan jenderal dan AD. Dokumen tersebut diterima DR Soebandrio selaku ketua BPI (Badan Pusat Intelijen) melalui pos pada tanggal 15 Mei 1965. Lalu dokumen tersebut diserahkan kepada Presiden Soekarno pada tanggal 25 Mei 1965 . Keesokan harinya Presiden Soekarno memanggil keempat Panglima Angkatan untuk menanyakan kebenaran isi dokumen tersebut. Presiden menayakan kepada Jend . A Yani , apakah di tubuh AD ada hubungan dengan pihak Inggris dan AS. Dijawab " tidak ada ". lalu pertanyaan tentang adanya dewan jenderal yang di juga jawab dengan "tidak ada".
Dokumen Gilchrist seperti sengaja dibuat untuk menebar fitnah dan merenggangkan hubungan Presiden Soekarno dengan Jend.A. Yani. Â Isu dokumen ini membuat kisruh dan berujung dibakarnya kedubes Inggris oleh massa yang tidak senang terhadap pihak neokolim.
30 September 1965
Pada jam 16:00 kamis sore tanggal 30 september 1965. Men/Pangau Omar dani mendapatkan laporan intelijen dari perwira menengah LetKol (udara) Heru Atmojo, selalu asisten Direktur Inteliten AURI tentang adanya gerakan serius didalam tubuh AD. Gerakan ini akan menjemput para jenderal yang terlibat dalam Dewan Jenderal untuk menghadap Presiden Soekarno. Gerakan ini dilakukan oleh perwira muda yang mendapatkan dukungan dari para bawahan hingga para pegawai sipil. Disebutkan nama nama Jenderal yang menjadi target .laporan intelijen ini didapat dari Mayor (udara) Sujono, yang menjabat Komandan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan Udara (Dan.Rem.PPP) yang bermarkas di kramat jati.Dikemudian hari perwira inilah yang terlibat dalam melatih para sukwan dan sukwati di Lubang Buaya.
Menanggapi laporan intelijen yang tidak masuk akal ini , Men/Pangau Oemar dani meminta Letkol Heru Atmojo melengkapi berita intelijen tersebut dari sumber sumber yang terpercaya. Omar Dani juga meminta Letkol Heru Atmojo datang kembali jam 20:00 hari itu juga untuk menjelaskan kepada semua deputi dan panglima komando operasi (Pang Koops).
Malam itu juga di wisma angkasa dikediaman resmi Men/Pangau Omar Dani. Dihadiri Deputi bidang Operasi (DMPO) Komodor Udara Ignatius Dewanto, Deputi bidang Logistik (DMPL) Komodor udara Agustinus Andoko, Pang Koops Komodor udara Leo Wattimena juga Letkol Heru Atmojo selaku orang yang memiliki informasi intelijen. Apa yang disampaikannya sama dengan info pada jam 16:00. Dalam hal ini pula dilaporkan pula LetKol Heru Atmojo akan bertemu dengan Brigjen Suparjo pada jam 05:00 di gedung Penas, Jl By Pass Jakarta Timur.
Mendengar Laporan Intelijen yang kurang logis itu akhirnya tidak dicapai keputusan yang tepat. Keraguan dan kebimbangan para Pati AURI itu tak berhasil mengambil sebuah keputusan selain AURI tidak ingin terlibat masalah internal angkatan lain.
Atas saran Pang Koops Leo Wattimena mengingat situasi keamanan yang mungkin berubah dan tidak kondusif, maka ia menyarankan Men/Pangau berada di markas koops Halim agar terjamin keamanannya. Selain dijaga 1 kompi PGT (Pasukan Gerak Tjepat) juga sudah tersedia pesawat dan awaknya yang selalu stand by . saran ini diikuti Men/Pangau Omar Dani. Tengah malam ia beserta ajudannya merapat ke PAU Halim.Keadaan Jakarta malam itu tenang, sepi dan tidak ada yang mencurigakan. (bersambung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI