Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sumbang Saran untuk Demokrasi Indonesia

5 Oktober 2014   13:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:18 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu ini dinamika politik di negeri menunjukan keadaan yang tidak menguntungkan bagi kebersamaan dan persaudaraan kita dalam berbangsa. Polarisasi antara dua kubu yang saling berseberangan dan berhadap hadapan. Beruntung dinamika ini cuma berada di wilayah elite politik tak banyak pengarug bagi akar rumput.

Mencermati dinamika ini, ada baiknya kita gunakan akal sehat, hati yang jernih dan persangkaan yang baik. bahwa perjalanan demokrasi di negeri ini telah mencapai titik dimana ada elemen kekuatan politik yang mendominasi. Itu memang sifat asli demokrasi, yang banyak bisa berbuat semaunya. yang minoritas bisa terdholimi.

Dua kutub besar itu adalah Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Dua duanya punya kekuatan sendiri sendiri, KMP ungguk di kegislatif dan KIH menguasai ekskutif, semoga yudikatif bisa bersifat netral dan tidak terkontaminasi dua kutub tersebut.

Dalam teori Trias Politicanya Thomas Aquinas. Tiga penyangga  atau tiga pilar kekuatan bangsa itu memang punya peran masing masing yang berbeda tapi saling kait mengait. Ketiga pilar bangsa itu bisa saling mengunci bila tak ada "oli" kesadaran kepentingan bangsa ada diatas segalanya.

Bangsa ini dibangun dari azas musyawarah untuk mufakat. sedang demokrasi mempunyai ciri suara terbanyak itulah sang pemenang. Dalam demokrasi tingkat pastisipatif pihak yang kalah bisa hilang alias dieliminasi oleh kekuatan si pemenang. harus ada pintu penyelamatan yang disediakan untuk mengurangi dampak saling eliminasi ini.

Pintu itu bernama : dialog kebangsaan, medianya adalah :Musyawarah dalam kerangka kebangsaan

Demokrasi kita bukan alat untuk mengurung dan menghabisi lawan hingga terpanting lalu terjerembab tak mampu bangun lagi.

Demokrasi kita selayaknya mampu membuka ruang dialog dan ruang penyamaan visi dan misi berbangsa. Kedewasaan berpolitik sangat dibutuhkan disini. Ini sungguh berat bin rumit, namun masih bisa dicoba . Tak ada yang mustahil di muka bumi ini selagi matahari bersinar.

Ini saran seorang amatir


  1. KMP membuka ruang bagi dialog dengan KIH tentang komposisi MPR. Menentukan paket pimpinan MPR adalah hak KMP namun bisa saja paket itu juga bisa mengakomodir apa yang disarankan KIH
  2. KIH harus membuka ruang dialog terhadap KMP  tentang  komposisi  kabinet, program kerja pemerintah kedepan hingga capaian yang ingin di terget. KIH harus mengakomodir apa yang disarankan KMP
  3. Semua dialog harus dijiwai semangat kebangsaan bukan mencari keuntungan kelompok masing masing. Ingat ada 250 juta  manusia di negeri ini yamg menjadi pemilik sah republik ini.


Inilah saran dari pengamat sosial amatiran. Moga bermanfaat , maaf kalo terlalu dangkaldan naif.

salam kompasiana . adiyasa 05/10/14

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun