Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibu dan Anak Ini Dilepas di Tengah Hutan

2 Maret 2015   23:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:15 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepunahan menjadi sebuah pertanda buruknya sikap manusia terhadap kucing besar ini.  Dihabitat aslinya di pulau Sumatra , hewan buas bernama latin Panthera Tigris Sumatrae yang lebih dikenal Harimau Sumatra sudah sangat menyusut jumlahnya . Keberadaanya di alam bebas terus diburu karena permintaan ilegal yang terus meninggi. Bagian tubuh hewan ini laku dengan harga menggiurkan. Entah  dijadikan obat tradisional, perhiasan, jimat hingga bagian dari dekorasi.

Menurut data prelimenary, Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) melalui camera trap kini diperkirakan terdapat 6 ekor harimau per 100 KM². Menurut  Senior Advicer  TWNC , Letjend TNI (Pur) Suryo Prabowo. Usaha pelestarian Harimau sumatra  menjadi titik krusial agar kucing besar ini tidak punah dan hanya menjadi legenda masyarakat pulau Sumatra. Dengan status klasifikasi satwa kritis terancam punah (critically endangered ) maka TWNC sejak 1996 melakukan upaya upaya pelestarian dengan membuat zona konservasi seluaS 45o KM² di selatan Taman Nasional Bukit Barisan Bagian Selatan (TNBBBS).

Zona konservasi ini dikelola TWNC secara mandiri dan mendapatkan bantuan dari lembaga konservasi dunia Panthera. TWNC pada tahun 2010 telah melepas bebaskan dua anak harimau Sumatra dialam liar.  Menurut rencana besok, selasa ( 3/3/2015) akan kembali dilepas dua ekor harimau bernama Panti dan Petir. Ibu dan Anak ini akan dilepaskan oleh dua orang menteri sekaligus. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Menteri Kelautan dan Perikanan.

Dengan populasi yang kini ada di zona konservasi harimau Sumatra di Tambling menjadi sebuah keberhasilan yang cukup melegakan CEO Panthera , Dr Alan Rabinowitz. Tingkat populasi yang ada di TWNC menjadi harapan akan peningkatan jumlah populasi harimau Sumatra, terang doktor peneliti Harimau ini.

Namun begitu keberhasilan ini perlu terus dipertahankan dengan tindakan nyata bagi pemburu ilegal yang masih mengincar harimau Sumatra. Perlu ada tindakan tegas dan hukuman berat bagi pelaku perburuan kucing besar ini.

Menurut adat dan cerita lokal tentang  harimau Sumatra yang mendapat perlakuan khusus. Dahulu harimau Sumatra hidup damai  tanpa gangguan manusia, harimau ini dipanggil datuk. Sebuah kearifan lokal yang seharusnya terus dipertahankan agar kelangsungan hidup kucing besar ini bisa terjaga.

Perambahan hutan dan pembukaan ladang perkebunan membuat habitat asli harimau  Sumatra semakin sempit. Belum lagi pakan alami yang semakin sulit didapat sehingga hewan buas ini turun ke pemukiman manusia dan memburu hewan ternak diperkampungan . Terusiknya habitat asli membuat Harimau Sumatra ini meresahkan manusia. Maka timbullah 'perselisihan' yang berujung dengan saling ganggu . Manusia membuat perangkap dan harimau Sumatrapun menjadi korban. Inilah yang terjadi bila keseimbangan alam terganggu , akan ada bencana yang mengikutinya. #save harimau sumatra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun