Mohon tunggu...
Rusdi Rastafara
Rusdi Rastafara Mohon Tunggu... -

Bob Marley Mania, Tinggal di Jakarta jadi pengusaha apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Karier Politik Lebih Penting Bagi Jokowi?

18 September 2012   02:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:19 3109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_212998" align="aligncenter" width="565" caption="Jokowi-Ahok pada Debat Kandidat Pemimpin DKI Jakarta di Metro TV, Minggu (16/9) (foto diambil dari Tribun News)"][/caption] Mencermati debat kandidat di Metro TV bertema “Jakarta Memilih: The Final Round”, Minggu (16/9) lalu antara 2 pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang akan berlaga di putaran kedua pada pemilihan tanggal 20 September yang akan datang memang sangat memikat. Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Jokowi-Ahok menampilkan debat program dengan sejumlah uraian-uraian yang cerdas dan tangkas. Sebagai warga Jakarta, saya merasa Metro TV menampilkan kedua kandidat ini secara proporsional dan akomodatif. Kita semua bisa melihat secara jelas bagaimana visi dan misi mereka disampaikan secara lugas serta interaktif, langsung tanpa polesan-polesan "kosmetik pencitraan". Mereka hadir dan tampil sebagaimana adanya. Menjelang acara berakhir, ada hal yang membuat saya tersentak. Ketika Suryopratomo, sang pembawa acara memberikan kesempatan kepada Fauzi Bowo menanyakan sesuatu kepada Jokowi. Pak Fauzi menanyakan bagaimana ia menangani konflik batin ketika saat sebelumnya pernah menyatakan lebih mengutamakan kepentingan warga Solo namun kenyataannya memilih untuk berlaga di Pilkada DKI Jakarta untuk menjadi Gubernur.  Jawaban Pak Jokowi sungguh membuat saya terkejut. "Ini soal aturan hukum yang berlaku. Undang-undang memperbolehkan saya untuk bisa maju sebagai Gubernur DKI Jakarta.  Kalau misalnya dilarang, saya juga tidak akan ke Jakarta. Ini juga masalah karier. Masa harus di Solo terus seumur hidup?" Bagi saya sebagai masyarakat awam, pernyataan ini sungguh menghentak. Terlepas dari adanya aturan Undang-Undang yang membolehkan warga luar daerah mencalonkan diri sebagai gubernur, namun setidaknya ini menunjukkan secara jelas bahwa Pak Jokowi lebih mementingkan karir politiknya dibanding meneruskan pengabdian serta menuntaskan pekerjaannya di Solo sebagai Walikota. Saya membayangkan jika kelak misalnya jika terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, lantas ada tawaran menjadi Presiden/Wakil Presiden pada Pemilu 2014--jabatan yang lebih tinggi dari Gubernur--beliau juga akan tergoda dan mengabaikan pengabdiannya kepada masyarakat sebagai bagian dari komitmen sebagai pemimpin ibukota. Nampaknya inipun jadi kekhawatiran dari Ketua Setara Institut Hendardi, kepadaINILAH.COM, Senin (17/9/2012). Menurutnya, tidak tepat Jokowi mengungkapkan ambisinya untuk meningkatkan karier dalam ranah debat pasangan calon gubernur DKI Jakarta, yang disiarkan oleh salas satu televisi swasta, Minggu (16/9/2012) malam. "Kurang pas aja jabatan gubernur jadi peningkatan karier. Jabatan gubernur justru untuk meraih posisi lebih baik mengabdikan diri kepada masyarakat, ini artinya ia mementingkan karier politiknya saja" katanya. Hendardi menilai, pemilih yang peka terhadap ucapan Jokowi tadi malam, akan merasa kecewa dan melemahkan citra dirinya sendiri pada putaran dua pemilihan umum kepala daerah DKI Jakarta 2012, Kamis (20/9/2012) nanti. "Untuk orang-orang yang kritis akan menyayangkan (ucapan Jokowi), dan bisa saja itu melemahkan dia (Jokowi) di putaran dua," ucapnya. Ini sejalan pula dengan apa yang diungkapkan oleh Calon Gubernur DKI yang diusung PKS dan kalah putaran pertama, Hidayat Nur Wahid. Seperti dikutip dari berita ini Jokowi tidak mempunyai komitmen mempertahankan kekuasannya sampai selesai. Belum lagi ada pernyataan dari pengajar ilmu politik Universitas Indonesia Chusnul Mariyah saat menjadi pembicara dalam diskusi publik bertema "Politik Perkotaan Hubungan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Swasta" di Universitas Paramadina Jakarta (Senin, 3/8) seperti dikutip dari tautan ini bahwa: "Bagi saya calon gubernur DKI yang meninggalkan wilayahnya yang masih dipimpin, itu merupakan satu hal sikap yang tidak amanah".  Menurutnya lagi, "Dulu waktu di Solo bicara apa,(bukankah) untuk lima tahun ke depan?". Persoalan penting dari seorang pemimpin, tegas dia, adalah dapat amanah atau istiqomah dalam memegang amanah rakyatnya. Mantan anggota KPU Pusat itu pun ragu Jokowi akan memegang teguh terhadap amanah warga Jakarta bila terpilih nanti. "Bisa jadi nanti pada 2014 pindah lagi ke daerah lain," tandas dia Bagi saya pribadi sebagai masyarakat awam, indikator ini bisa menjadi refleksi sesungguhnya bagaimana konsistensi dan komitmen Pak Jokowi untuk tetap memegang amanah yang diberikan hingga masa jabatannya usai. Marilah kita cerdas dan bijak dalam memilih Pemimpin Ibukota kita tercinta, Semoga Pilkada DKI Jakarta putaran kdua ini berjalan lancar dan aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun