Mohon tunggu...
Rusdi Mustapa
Rusdi Mustapa Mohon Tunggu... Administrasi - Guru sejarah yang suka literasi, fotografi, dan eksplorasi

Guru sejarah yang menyukai literasi, fotografi dan eksplorasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asyiknya Jelajah Sejarah di Karanganyar

20 Februari 2016   22:22 Diperbarui: 20 Februari 2016   22:40 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Yogyakarta untuk Pangeran Mangkubumi sebagai Sultan Hamengku Buwono I dan,

2. Surakarta untuk Pakubuwana III.

Hari ini, siswiku bisa mengunjungi tempat yang bersejarah tersebut. Tempat yang menjadi awal dari pecahnya trah Mataram. Di bawah pohon beringin inilah perjanjian Giyanti ditandatangani. Batu bekas tempat duduk wakil VOC, Pakubuwono III dan Pangeran Mangkubumi masih bisa kita saksikan. Sekarang, semenjak masa bupati Karanganyar sekarang, Drs. H. Juliatmono, setiap tanggal 13 Februari diadakan peringatan perjanjian Giyanti, sebagai sarana mengingat peristiwa besar tersebut.

Obyek terakhir penjelajahan sejarah berakhir di sebuah tempat yang disebut "Situs Matesih". Dahulu namanya "Situs Watu Kandang". Situs Watu Kandang merupakan situs peninggalan jaman pra sejarah yang terletak di Dukuh Ngasinan Lor, Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah.

Situs tersebut berupa tatanan batu-batu alam yang teratur dan diduga merupakan tinggalan jaman Megalithikum (2500 – 1500 SM). Orientasi Watu Kandang ini ke arah Barat dan Timur, dimana sebelah timur berhadapan dengan Gunung Lawu, Bangun,dan Ganoman. Maka dari itu bisa disimpulkan batu-batu ini sebagaitempat pemujaan kapada alam semesta terutama menyembah gunung-gunung tersebut. Hal inimenunjukan pada masa itu, orang sudah pempunyai pandangan tertentu terhadap Roh atau Dewa. Mereka mulai mempunyai pandangan hidup yang tidak berhenti setelah orang itu meninggal.

Orang yang meninggal dianggap pergi kesuatu tempat yang lebih baik, dan orang yang sudah meninggal masih dapat dihubungi pada orang yang masih hidup didunia ini begitu sebaliknya. 

Upacara yang paling menyolok adalah upacara pada waktu penguburan, terutama bagi mereka yang dianggap terkemuka oleh masyarakat. Pelaksanaan penguburan dilakukan dengan cara langsung maupun tak langsung di tempat yang sering dihubungan dengan asal-usul anggota masyarakat atau tempat-tempat yang sudah dianggap sebagai tempat tinggal arwah nenek moyang. Si mati biasanya dibekali bermacam-macam barang sehari-hati seperti perhiasan, periuk dan lain-lain, dikubur bersama-sama dengan maksud agar perjalanan si mati ke dunia arwah dan kehidupan selanjutnya akan terjamin sebaik-baiknya. 

Kematian dipandang tidak membawa perubahan esensiil dalam kedudukan, keadaan ataupun sifat seseorang. Seseorang bermartabat rendah akan rendah juga kedudukannya di akhirat. Dan biasanya hanya orang-orang terkemuka atau yang telah pernah berjasa dalam masyarakat sajalah yang akan mencapai tempat khusus di alam baka. Tapi di pihak lain, jasa, amal atau kebaikan – yaitu bekal untuk mendapatkan tempat khusus di akhirat dapat diperoleh dengan mengadakan pesta-pesta tertentu yang mencapai titik puncaknya dengan mendirikan bangunan-bangunan batu besar (megalitik).

Memberi atau menempatkan si mati di dalam tempat yang direka dengan bangunan batu-batu besar, seperti peti batu, mengelilingnya dengan batu-batu besar-tegak dengan hiasan-hiasan berukir maupun lukisan yang melambangkan kehidupan si mati dan
masyarakatnya, hal ini akan memberi keuntungan pada kedua belah pihak yaitu yang mati dan yang ditinggalkan. Jadi batu-batu besar demikian menjadi pelindung bagi tingkat budi baik seseorang.

Demikian sepenggah kisah penjelajahan sejarah di Karanganyar bersama siswiku. Semoga penjelajahan sejarah ini memberi kesan yang mendalam buat siswiku. Ternyata belajar sejarah bisa dilakukan dengan cara berbeda dan tentu saja menyenangkan.

Surakarta, 20 Februari 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun