Mohon tunggu...
Rusdi Mustapa
Rusdi Mustapa Mohon Tunggu... Administrasi - Guru sejarah yang suka literasi, fotografi, dan eksplorasi

Guru sejarah yang menyukai literasi, fotografi dan eksplorasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Gagal SBMPTN....

13 Juli 2015   09:42 Diperbarui: 13 Juli 2015   14:55 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Congratulation Indonesian !!!

Selamat anak-anak Indonesia yang lulus SBMPTN

Hari 9 Juli (kemarin) adalah pengumuman kelulusan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Banyak yang bahagia karena lulus tapi pasti lebih banyak yang sedih karena gagal ( infonya ada sekitar 480.846 peserta tidak lolos SBMPTN dari total 602.499 pendaftar).Mungkin saat kalian membaca tulisan ini, kalian sedang berada di pojok kamar ( tapi moga ndak ya), mengurung diri sambil menangis karena ternyata kalian tidak lulus seleksi. Mungkin juga kalian membaca tulisan ini ketika sedang berkumpul bersama keluarga, mendengar ucapan-ucapan syukur dan selamat yang dilontarkan ayah dan ibu, melihat betapa bangganya mereka pada anaknya, atau kalian membaca sambil sibuk membalas pesan-pesan berisi ucapan selamat dari teman-teman. Apapun hasilnya, selamat buat kalian karena sudah melalui salah satu hal penting dalam hidup kalian, tahapan yang bagi sebagian orang dijadikan patokan untuk menentukan tujuan hidup selanjutnya. 

Akan ke mana sesudah kuliah sudah tergambar sejak kita mengklik pilihan program studi di formulir pendaftaran seleksi SBMPTN. Semua rencana-rencana kita sudah tertata dengan rapinya, rasa optimis sudah memenuhi semua ruang dalam diri kita, bayangan kampus, almamater, suasana penerimaan mahasiswa baru, teman-teman yang berasal dari berbagai daerah, semua hal tentang kuliah sudah sangat jelas di bayangan kita. Sampai akhirnya hari ini tiba, pengumuman SBMPTN, dan ternyata tidak lulus.

Saya tahu bagaimana rasanya ( karena dulu juga pernah merasakan di tahun 1997), kecewa teman-teman. Bahkan sampai hari ini perasaan itu masih menjadi satu rasa yang membekas di hatiku, kegagalan pertamaku sejak aku mengenal yang namanya kompetensi. Delapan belas tahun yang lalu, tepatnya tahun 1997 ( wah lama sekali ya...) aku lulus ujian dengan nilai yang termasuk tinggi di sekolah, aku tau bagaimana bangganya keluargaku, aku andalan kakek dan nenek, sejak dulu keluargaku mendukung habis-habisan semua kegiatanku yang berhubungan dengan pelajaran. Jadi hasil kelulusan ujianku kemarin mereka anggap sebagai hadiah, sebagai pembuktian pada mereka bahwa tiga tahun masa SMA-ku memang tidak sia-sia. Dengan pembuktian yang telah ada kami sangat optimis bahwa aku pasti bisa masuk perguruan tinggi pilihanku. Waktu SMA aku memang tidak mengikuti PMDK ( istilah SNMPTN saat itu), aku mengikuti UMPTN ( Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri ), memilih program studi impianku sejak SMA di salah satu perguruan tinggi negeri propinsiku. Aku sangat yakin pasti aku lulus, karena aku juga tidak mengalami kesulitan ketika mengisi soal. Tapi ternyata hasilnya sangat mengecewakan. Aku gagal. Aku tidak lulus UMPTN. Rasanya seperti.... pokoknya aku tidak percaya.

Dulu untuk mengecek hasil UMPTN, aku rela antre membeli koran yang menayangkan hasil UMPTN, karena masih jarang yang memanfaatkan internet. Berkali-kali mengecek dan ternyata tulisannya tetap sama, namaku tidak tercantum diantara nama-nama yang terpampang. Aku sangat amat kecewa, menangis sejadi-jadinya, untuk pertama kalinya aku mengalami kegagalan, untuk pertama kalinya aku gagal dalam kompetensi yang selama ini selalu bisa ku menangkan. Aku tidak percaya ini terjadi padaku. Bagimana bisa ? teman-temanku yang memiliki nilai jauh di bawahku bisa lulus sementara aku tidak, aku merasa ini tidak adil. Hari itu aku merasa jadi manusia tersial di dunia, aku benci dengan hasil UMPTN, aku benci ternyata aku gagal. Aku benci bahwa aku mengecewakan keluargaku, orangtuaku, mereka yang sangat percaya bahwa aku bisa melakukan ini. Belum lagi komentar dari teman-teman dan guru di sekolahku. Aku malu, aku sangat malu, ternyata aku bodoh. Itulah perasaanku sewaktu mengetahui hasil tesku. Dan aku berdoa "Ya Allah, tolong jangan biarkan aku mengalami kegagalan seperti ini lagi".

Perasaan paling besar yang aku rasakan adalah rasa kecewa, bersalah, dan malu. Kecewa pada diri sendiri, merasa bersalah pada keluarga dan orang-orang yang sangat mendukungku, serta malu pada teman-temanku.  Hari itu aku merasa bahwa aku orang paling gagal. Aku tenggelam dalam kesedihan, menangisi semua rencana-rencanaku yang ternyata tidak satu pun akan menjadi kenyataan, semua yang tertata rapi secara perlahan jadi berantakan, seperti gelas yang pecah, berhamburan, berserakan, tidak bisa diutuhkan kembali. Aku gagal.

Dua tahun sejak peristiwa itu, aku sudah menjadi mahasiswa semester 4 di fakultas keguruan pada perguruan tinggi yang sama dengan pilihanku sewaktu tes UMPTN. Aku menjalani masa kuliahku dengan sangat bahagia, aku bertemu teman-teman baru yang sangat asyik, aku belajar, menjalani rutinitas sebagai anak kuliahan, aku mempelajari banyak hal, aku memiliki rencana-rencanaku kembali. Kebersamaan bersama teman-teman yang luar biasa, sungguh sangat membangkitkan jiwa yang pernah terluka. Satu per satu kepercayaan diriku ku bangun kembali, satu per satu rencana-rencanaku yang sempat berantakan aku susun kembali, aku mulai tahu ke mana arahku setelah ini. Kalau aku ingat kekecewaanku akibat kegagalan UMPTN dua tahun yang lalu mungkin aku tidak akan berada di sini. Kalau saat itu aku mengikuti sakit hatiku, mungkin aku tidak akan mencoba tes lagi di tahun 1998 dan aku tidak akan kuliah di sini, tidak akan bertemu mereka; teman-temanku. Kalau kemarin aku membiarkan rencana-rencanaku hilang begitu saja aku tidak akan seperti ini, menjadi seorang perencana dan pemimpi besar kembali.


Teman-teman, jangan menyerah begitu saja, gagal itu biasa (kata orang banyak). Kita boleh menangis kecewa, merasa sedih karena ternyata kita gagal, tapi jangan biarkan rencana-rencana dan impian kita hilang tertelan perasaan jatuh. Jangan biarkan diri kita terpuruk oleh penyesalan dan perasaan bersalah pada keluarga kita, jangan biarkan kepercayaan diri kita hilang oleh komentar negatif orang-orang di sekeliling kita. Ingat ini, kamu bukan satu-satunya orang yang mengalami ini. Sekarang menangis saja kalau masih ingin menangis, minta maaf pada orang-orang yang mengandalkanmu karena ternyata kamu gagal dan mungkin mereka turut kecewa, berpikir positiflah, ini manusiawi, semua manusia mengalami kegagalan. Orang tuamu tidak akan menyesalimu, perasaan bersalahmu saja yang terlalu besar, sama dengan perasaan negatifmu pada orang-orang di sekelilingmu, pada teman-teman dan gurumu, kamu terlalu takut dianggap bodoh, padahal gagal itu wajar.

Came on guys, inilah hidup, sesuatu yang baik dan buruk akan terjadi. Berpikir positiflah, maafkan diri sendiri, maafkan penyesalan-penyesalan dalam dirimu, pikirkan lagi harapan-harapanmu, rencana-rencanamu, mimpi-mimpimu, kebahagiaanmu. Jangan menyerah, jangan berhenti di sini saja. Ini memang sangat sulit diterima, tapi mengertilah hal buruk dapat terjadi kapanpun, cepat atau lambat kita akan  mengalami kegagalan, jadikan ini pelajaran. Jadilah orang yang optimis, berpikir positiflah, coba lagi, berusahalah semaksimal mungkin, buat rencana baru, pasti berhasil. Jangan terlalu larut dalam kekecewaan. Karena saat rencana kita gagal, kita hanya perlu mengubah rencana tersebut, bukan menghapusnya. Semangat teman-teman, masih ada TES MANDIRI, ayo berusaha lebih keras. Dari pada terus-terusan menyesal lebih baik mulailah menyibukkan diri untuk menghadapi tes berikutnya. Percayalah, hasil tidak pernah membohongi proses.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun