"Sugeng rawuh, ... " demikian di antara perbincangan yang diceritakan Bu Kus, panggilan Bu Kuswati.Â
"Lho, kok semuanya bernama Sugeng," salah satu orang (Madura) celetuk di antara suasana karj tersebut. Orang-orang hanya tertawa mendengar hal itu, karena mereka memahami bahwa itu hanya candaan belaka. Sugeng rawuh artinya selamat datang, yang tentu saja diperuntukkan bagi setiap tamu yang datang.
Beda lagi apa yang dikisahkan oleh Bu Fitri Amalia, ketika pernikahan adik kandungnya dengan putri Solo. Adalah kata "jumeneng" yang tidak dipahami bahkan oleh orang Jawa sendiri. Meski pada akhirnya diketahui bahwa jumeneng itu artinya berdiri. Tentu saja setelah merentang pemikiran dengan analisis kuantitatif setiap paragraf.Â
Rumah Kuno
Tidak terasa kami pun sampai di tempat tujuan, rumah Bu Indah Wulandari. Sebuah rumah kuno, megah, dan sangat terawat menyambut kami dengan suasana yang penuh keakraban. Halaman yang dihiasi tanaman hijau, dari aneka perdu tanaman hias, pohon kersen, hingga tumbuhan mangga yang menjulang.Â
Beranda rumah yang cukup luas dan asri, dihiasi dengan berbagai foto dan pernak pernik hiasan lainnya. Dua pilar besar dan kusen kayu kuno yang besar dan kuat menjadi pemandangan yang mengagumkan. Di tepat inilah kami keluarga besar SMPN 1 Batang-Batang bercengkerama dengan derai tawa yang tidak berkesudahan.Â
"Benar-benar rumah kuno yang mengagumkan," demikian di antara desah ungkapan kata yang terdengar jelas mesi samar. Samar karena yang mengatakan kalimat itu tidak diketahui pasti. Entahlah!
Zikir & Tawassul
Berikutnya adalah gerakan batin (Gerbat) yang biasanya dikhususkan kepada para leluhur yang telah terdahulu. Dalam acara ini disampaikan sambutan dari Kepala Sekolah, dalam hal ini adalah Bapak Haris. Dalam sambutannya, "Terima kasih kepada rekan-rekan guru yang hadir, serta terima kasih pula kepada tuan rumah yang telah menyediakan berbagai hidangan, baik yang telah maupun yang akan segera dihidangkan." Demikian Bapak Haris menyampaikan di antara sambutannya.
Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan surat Yaseen secara bersama-sama. Lalu pembacaan tahlil dan doa yang dalam hal ini dipimpin oleh Bapak H. Sudar. Tentu saja pembacaan ayat-ayat Al-Quran, tahlil, dan doa sebagai bentuk pengharapan agar kita dan para pendahulu mendapat ampunan dari Allah SWT.Â