Mohon tunggu...
Rusdiawan Endra Triono
Rusdiawan Endra Triono Mohon Tunggu... -

Mahasiswa yang sedang dan insya Allah akan selalu mengamalkan ilmu dari bidang saya kepada masyarakat..

Selanjutnya

Tutup

Nature

Budaya Konsumtif dan Pencemaran Lingkungan

25 November 2011   17:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:11 3393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Konsumtif menurut pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti bersifat konsumsi (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri). Konsumtif dewasa ini sedang menjadi fenomena di kalangan masyarakat kita dan menjadi kebudayaan sendiri. Budaya konsumtif ini dalam masyarakat terimplementasikan dalam sebuah perilaku yang ingin selalu membeli dan mempunyai sesuatu, bahkan mungkin di luar keperluan mereka. Kita dapat melihat fenomena ini di pusat-pusat perbelanjaan begitu penuh sesak ketika awal bulan. Masyarakat banyak memborong barang-barang untuk mereka miliki.

Masyarakat sekarang seperti sudah terlena dan menganggap budaya konsumtif ini adalah sesuatu yang wajar. Bahkan digunakan untuk menunjukan status sosial mereka dengan barang siapa yang banyak membeli sesuatu mempunyai strata sosial yang lebih tinggi dari yang lain. Hal ini diperparah dengan para kaum pengusaha yang berani memberikan potongan harga besar-besaran pada produknya sehingga memancing para pembeli untuk membawa pulang produk tersebut dengan jumlah yang banyak.

Konsumtif dan Pencemaran

Sebenarnya, apa hubungannya antara budaya konsumtif dengan pencemaran lingkungan? Saya hanya ingin melogikakannya seperti ini. Ketika tingkat konsumtif masyarakat menjadi tinggi, maka akan banyak barang yang dibeli. Barang-barang yang dibeli ini sudah barang tentu memiliki bungkus kardus atau minimal plastik. Nah, tentu kita tahu arah pembicaraan ini kan. Ya benar, volume sampah akan meningkat sebagai dampak dari bungkus-bungkus tersebut. Belum lagi masih belum terlalu sadarnya masyarakat kita dalam hal pengelolaan dan pengolahan sampah, minimal memilahnya terlebih dahulu. Selanjutnya kita ambil contoh lain. Banyak di tengah masyarakat kita yang dalam satu keluarga memiliki mobil lebih dari satu. Apa itu dilarang? Tidak,itu hak mereka membeli mobil sebanyak-banyaknya. Terus, apa saya iri? Tentu saja juga tidak. Saya masih menikmati ketidakpunyaan saya. Saya membahas ini karena akibat yang ditimbulkan dari meledaknya jumlah kendaraan bermotor saat ini adalah yang terkena dampaknya saya dan tentunya saudara pembaca sendiri mungkin. Mengapa? Karena dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor maka semakin meningkat pula kadar polutan dalam atmosfer yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor. Tahukah anda bahwa kendaraan bermotor merupakan pemilik donasi terbesar dalam hal bantuannya terhadap memburuknya kualitas udara kita? Sehingga sudah kita rasakan sendiri bagaimana sesaknya udara di kota-kota besar di Indonesia sebagai akibat dari banyaknya kendaraan bermotor di jalanan Indonesia.

Selain contoh pencemaran di atas, ada lagi pencemaran dari limbah cair. Dari mana bisa? Dengan semakin meningkatnya gaya konsumtif dalam masyarakat dimana tentu akan terjadi meningkatnya demand dari pasar. Meningkatnya demand ini tentu akan merangsang para pelaku industri untuk lebih menggenjot produksinya. Industri dalam kegiatan produksinya tentu menghasilkan limbah sebagai hasil dari kegiatan produksinya. Dengan semakin meningkatnya kegiatan produksi maka dapat dipastikan meningkat pula jumlah limbah dari industri tersebut. Apalagi masih banyak industri di Indonesia terutama industri skala kecil yang tidak memiliki suatu instalasi pengolahan air limbah. Sehingga dapat dipastikan limbah yang tidak diketahui konsentrasi pencemarnya tersebut terjun bebas ke sungai.

Dari hasil logika saya yang sederhana ini tentu terdapat sebuah benang merah antara sikap konsumtif masyarakat dengan pencemaran yang terjadi di lingkungan ini. Jadi selain sikap konsumtif ini dapat menguras kantong lebih dalam, sikap konsumtif ini juga dapat membuat lingkungan hidup kita yang sudah sakit menjadi semakin sekarat. Sudah saatnya kita menyembuhkan kembali kondisi lingkungan hidup kita ini dengan berbagai cara, karena langkah kecil kita dapat membuat perubahan yang berarti bagi bumi kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun