Jika seseorang merasa bahwa mendukung ahok adalah :
 - sikap rasional, karena ahok dianggap anti korupsi, jujur, tegas.
 - sikap obyektif, karena dlm menilai pemimpin tidak mempersoalkan agama.
 Benarkah?? :D
Melihat indikasi adanya permainan dgn pengembang dibalik proyek reklamasi & indikasi mark up kasus sumber waras.
 Masihkah anggapan bahwa ahok adalah orang yg jujur & anti korupsi adalah penilaian yg rasional?
Sikap obyektif mendukung tokoh boleh, tapi harus dgn pertimbangan rasional jg. Walaupun anda sec pribadi tidak mempersoalkan agama yg dianut, orang lain belum tentu bersikap sama.Â
Fakta bahwa banyak konflik sipil terjadi di suatu negara/daerah karena pemimpinnya bukan dari kalangan mayoritas. Apalagi jika negeri tsb masih belum dewasa dlm berdemokrasi, potensi konflik nya cukup besar.
Apakah sebuah sikap yg rasional? jika anda mendukung negeri ini menjadi berpotensi besar utk terjadi konflik?
Pun Jika anda seorang atheis atau non muslim, maka menjadi obyektif memang adalah hak anda, tpi tidak rasional, jika mempertimbangkan sikon & prospek ke depannya.
Bagaimana jika anda seorang muslim? Maka anda tidak memiliki hak untuk bersikap obyektif, karena perintah dlm Al Quran jelas melarang anda utk mendukung non muslim menduduki jabatan strategis.
Jika tetap mendukung ahok, artinya anda memaksa utk obyektif, & tentu saja bisa dikatakan sebuah tindakan Irasional karena bertolak belakang dgn perintah yg anda yakini. Dan  tambah double sangat tidak rasional lg jika mengetahui track record ahok dlm kasus reklamasi & sumber waras :D
Jika alasan "rasional & obyektif" diatas sudah fail untuk dijadikan alasan sikap mendukung ahok, lantas alasan lain apa yg membuat mereka tetap kukuh mendukung ahok?, khususnya utk mereka2 yg sudah menyadari tindakan irasional yg mereka lakukan?
Menurut pengkajian saya dari sisi psikologis, ada 2 faktor yg membuat mereka "sengaja" bersikap irasional :
1. Faktor Harga Diri
Menjadi inkonsisten atau menjilat ludah sendiri dianggap sebagai hal yg memalukan oleh mayoritas orang, makanya ada muncul opini yg bersliweran  "Mereka sebenarnya tidak sedang membela tokoh dukungannya yg berbuat salah, tapi membela dirinya sendiri karena telah mendukung tokoh yg salah"
2. Faktor Sentimentalisme