Banyaknya tayangan reality show, sinetron, talk show dsb yg secara tidak langsung melatih masy utk menjadi sentimental, mudah terbawa perasaan, cenderung mudah simpati thd karakter yg teraniaya & tersakiti. & adalah sebuah fakta bahwa ahok dari kalangan minoritas. & kaum minoritas dlm persepsi mereka adalah kaum yg terpinggirkan, teraniaya, tersakiti seperti umumnya tokoh protagonis dlm sinetron, sehingga menimbulkan dukungan emosi sec psikologis, yg membuat mereka jatuh cinta dgn ahok & menilai ahok pantas untuk diangkat & didukung.
Benarkah? :D
Ini bukan dunia sinetron bung, di dunia nyata kita, kerukunan & toleransi sudah berjalan cukup baik. Masy minoritas hidup dgn cukup nyaman di negeri ini. Tidak ada diskriminasi aturan oleh negara,mereka jg punya hak yg sama dgn warga lain, bebas menjalankan ibadah & dijamin UU.
Jadi, kecenderungan persepsi yg terbentuk tsb harusnya diubah, lihat fakta di lapangan, Jangan kebanyakan nonton sinetron :D
Ngomong2 soal ketertarikan sec psikologis thd seorang tokoh, juga kasus sama yg juga terjadi pada fenomena jokowi. Jd, ada kemungkinan pendukung ahok & pendukung jokowi sama2 memiliki tipikal kecenderungan mental/psikologis yg sama :D
 Indikasinya, bisa anda baca artikel ulasan psikolog forensik berikut ttg fenomena jokowi
(baca:Â Jokowi dalam Rasionalitas Pemilih) Â
Jadi, masih betahkah anda untuk tetap bersikap irasional? :D
Jika anda menanggapi artikel ini dgn rasa marah lalu berusaha mencari pembenaran untuk dipaksa-paksa dibenarkan, itu juga sudah suatu indikasi bahwa pikiran anda cenderung irasional.
Orang bodoh tidak akan menyadari dirinya bodoh & cenderung merasa dirinya pintar jikalau dihadapkan dgn opini/fakta yg tidak sesuai dgn pandangannya. karena  bagi mereka, ukuran bodoh atau pintar tergantung pada sugesti dorongan kepercayaan diri dari dalam diri mereka sendiri, bukan berdasar pada seberapa banyak informasi yg diketahui atau seberapa tebal pondasi struktur kerangka berpikir yg mereka miliki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H