pendidikan dan sex education menjadi salah satu kebutuhan mendesak yang kerap terabaikan, terutama di daerah pedesaan. Hal inilah yang mendorong mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 103 untuk mengadakan sosialisasi di SDN 1 Tawangsari, Pujon, Kabupaten Malang (15/1/2025). Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan pendidikan dasar sekaligus sex education kepada siswa-siswi sekolah dasar, sebuah langkah kecil yang berpotensi menciptakan dampak besar di masa depan. Dalam lingkungan yang masih memegang erat nilai tradisional, pendidikan semacam ini seringkali terhambat oleh stigma dan ketidakpahaman, meskipun sebenarnya isu ini sangat relevan untuk melindungi anak-anak dari ancaman eksploitasi dan kekerasan seksual. Maka, kegiatan sosialisasi ini bukan sekadar pendidikan tambahan, melainkan sebuah upaya preventif yang berakar pada visi membangun masyarakat yang sehat, cerdas, dan terlindungi.
Di tengah perkembangan zaman yang semakin kompleks, isuSex education bagi anak-anak adalah langkah pertama dalam melindungi mereka dari ancaman kekerasan seksual, yang seringkali menargetkan korban yang tidak memahami cara melindungi diri. Anak-anak perlu diajarkan tentang batasan tubuh, mengenali situasi berbahaya, dan pentingnya melapor kepada orang dewasa yang dapat dipercaya. Dengan bekal pengetahuan ini, anak-anak dapat memiliki keberanian dan kemampuan untuk melindungi diri sejak usia dini.
Masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan, kerap memandang sex education sebagai hal yang tabu. Hal ini membuat banyak orang tua dan guru ragu untuk menyampaikan materi yang sebenarnya penting ini. Mereka khawatir materi tersebut dapat dianggap "tidak pantas," padahal edukasi yang disampaikan sesuai usia justru menjadi benteng awal mencegah terjadinya pelecehan atau eksploitasi seksual. "...Di Desa Tawangari ini mas, banyak pernikahan dini mas. Biasanya itu karena, maaf hamil duluan. Kalau tidak karena orang tua mereka beranggapan bahwa umur segini (setelah lulus SMA) orang tua merasa tanggung jawabnya selesai dan harus segera dinikahkan. Biasanya juga karena ekonomi dan anak itu gak mau lanjut sekolah" Ujar Miftahul Anwar, kepala desa Tawangsari dalam wawancara di rumahnya (29/12/2024). Melawan stigma ini memerlukan pendidikan yang konsisten dan berbasis fakta.
Anak-anak yang tidak dibekali dengan informasi memadai tentang tubuh mereka sering menjadi sasaran empuk bagi pelaku eksploitasi. Melansir dari penelitian dari Andini, (2019) bahwa dari sampel acak sebanyak 347 siswa sebagai sampel, diketahui adanya pelecehan siswa, pelecehan fisik, pelecehan verbal, pelecehan emosional, dan pelecehan seksual. Kekerasan tersebut banyak dilakukan oleh orang tuanya karena ketidaktahuan dalam cara mendidik atas dasar agar anaknya menjadi lebih rajin, disiplin dan lebih baik. Pendidikan dapat berfungsi sebagai benteng perlindungan, dengan memberikan anak-anak pemahaman tentang hak-hak mereka, serta cara menghadapi dan melaporkan situasi yang tidak aman (Alucyana et al., 2020). Dengan pendekatan yang sederhana namun efektif, pendidikan ini menjadi investasi untuk mencegah terjadinya eksploitasi di kemudian hari.
Materi yang disampaikan mahasiswa KKN mencakup pengenalan tubuh, batasan privasi, dan bagaimana melindungi diri dari tindakan yang tidak pantas. Selain itu, anak-anak diajak untuk memahami konsep "area privat" dan pentingnya berkata "tidak" dalam situasi tertentu. Topik ini dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak dan diiringi dengan musikalisasi materi sex education, tanpa menghilangkan esensi edukasi yang penting.
Dalam sosialisasi ini, mahasiswa KKN menggunakan pendekatan yang mudah dipahami anak-anak. Mereka menjelaskan apa saja hal yang termasuk privasi tubuh, seperti bagian tubuh mana yang tidak boleh dipegang oleh orang lain dan siapa saja yang diperbolehkan untuk menyentuh, misalnya dokter atau orang tua dalam kondisi tertentu. Selain itu, anak-anak juga diajarkan langkah-langkah yang harus dilakukan jika mereka merasa ada orang yang bertindak tidak pantas atau mencurigakan, seperti melapor ke guru, orang tua, atau orang dewasa yang bisa dipercaya.
Agar materi lebih menarik, mahasiswa juga mengemas edukasi ini dengan musikalisasi yang dilengkapi gerakan-gerakan sederhana. Lagu-lagu ini bertujuan membantu anak-anak memahami konsep privasi tubuh dan cara melindungi diri dengan cara yang menyenangkan. Tidak hanya itu, sesi tanya jawab juga menjadi bagian penting dari sosialisasi ini. Anak-anak diajak untuk berani bertanya atau berbagi pengalaman, dan setiap anak yang berani bertanya diberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi. Metode ini tidak hanya membuat kegiatan lebih interaktif, tetapi juga membantu membangun kepercayaan diri anak-anak untuk berbicara tentang hal-hal yang mungkin selama ini mereka pendam.
Kegiatan ini disambut hangat oleh para siswa yang antusias mengikuti setiap sesi, serta para guru yang merasa bahwa materi ini sangat relevan dengan kebutuhan anak-anak. Banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan terkait situasi yang mereka hadapi, sementara guru-guru menyatakan bahwa pendekatan mahasiswa KKN ini memberikan wawasan baru bagi mereka untuk melanjutkan edukasi serupa di masa depan.
Dengan mengintegrasikan pendidikan yang komprehensif dan sex education sejak dini, anak-anak tidak hanya dibekali dengan pengetahuan, tetapi juga kesadaran akan pentingnya menjaga diri dan menghormati hak orang lain. Hal ini menjadi fondasi untuk menciptakan generasi muda yang sadar, cerdas, dan terlindungi, serta siap menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Author: Mohammad Rifqi Ahzami
Editor: Rusda Hanifa