Mohon tunggu...
Roesda Leikawa
Roesda Leikawa Mohon Tunggu... Editor - Citizen Journalism, Editor, Penikmat Musik Instrumen dan Pecinta Pantai

"Menulis adalah terapi hati dan pikiran, Kopi adalah vitamin untuk berimajinasi dan Pantai adalah lumbung inspirasi" -Roesda Leikawa-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Sosok Widya Murad Ismail, Istri Gubernur Maluku

10 Januari 2021   01:50 Diperbarui: 10 Januari 2021   10:27 5988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Widya Murad Ismail saat menandatangani Buku pada malam peluncurun Buku Antologi Sio Ina (dokpri 2019)
Widya Murad Ismail saat menandatangani Buku pada malam peluncurun Buku Antologi Sio Ina (dokpri 2019)
Caranya untuk merangkul anak-anak muda Ambon tidak sampai di situ saja, pihaknya juga mengundang anak-anak muda kreatif lainnya untuk berdiskusi, tentunya dengan mengikuti protokol kesehatan di masa pandemi ini. 

Duta Parenting (Perangi Stunting) di Maluku

Sepanjang tahun 2020 saat kebebasan kita dibatasi oleh adanya pandemi covid19, saya melihat ada sosok Martha Christina Tiahahu pada diri Widya Pratiwi, Istri dari Gubernur Maluku Murad Ismail, meski dirinya bukan berdarah Maluku, namun kepedulian dan loyalitas untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat, khususnya pendidikan, kesehatan ibu dan anak. Kesungguhannya dalam upaya penurunan angka stunting di Maluku tidak tanggung-tanggung.

Hal ini dapat dilihat dengan program stunting yang dijalankannya sampai pada pelosok-pelosok negeri, dia tetap semangat menabrak angin dan melewati lautan, hanya untuk bertatap muka dengan masyarakat, mendengar keluhan kaum perempuan, bahkan duduk bercerita dengan anak-anak dipesisir pantai.

Widya MI saat memberikan suapan pada anak-anak saat melakukan kunjungan
Widya MI saat memberikan suapan pada anak-anak saat melakukan kunjungan
Sebenaranya upaya pencegahan stunting bukan hal baru di Maluku, sejak tahun 2012 pemerintah sudah mencanangkannya dalam program Generasi Sehat dan Cerdas (GSC), namun hanya berfokus pada tiga Kabupaten saja yakni Maluku Tengah, Maluku Tenggara Barat (Sekarang Kepulauan Tanimbar) dan Kabupaten Maluku Tenggara. Program ini kemudian ditutup pada tahun 2018, dan dilanjutkan oleh program-program pemerintah lainnya.

Saya yang pada saat itu juga terlibat dalam program GSC, tentunya memahami bahwa pentingnya kolaborasi dan kerjasama dalam rangka menurungkan angka stunting di Maluku. Sehingga pada saat melihat aktivitasnya dalam menyelesaikan masalah stunting, saya merasa sebagai anak daerah perlu memberikan dukungan dan kerjasama, minimal mengajak orang-orang disekitar kita untuk membiasakan beraktivitas dengan cara pola hidup sehat.   

Saat ini, ketika membicarakan masalah stunting di Maluku otomatis tidak terlepas dari sosok Widya Murad Ismail selaku Duta Stunting. Saya tidak menguraikan satu persatu kegiatannya dalam tulisan ini, namun pembaca bisa googling sendiri, atau bisa lihat pada video berikut ini:


Terkait dengan posisinya sebagai Duta Perangi Stunting di Maluku, baru-baru ini, tepatnya bulan November 2020 saya dihubungi oleh Zeny Dermawan salah satu Tenaga Ahli di Kementerian BAPPENAS yang mengurus masalah stunting di Indonesia, beliau juga merupakan mantan Konsultan Nasional di Program GSC. Kebetulan mereka akan melakukan Main Event SUN Annual Meeting (SUNAM) 2020. Saat itu, pak Zeny menanyakan kondisi stunting di Maluku, dan pikiran saya pun langsung tertujuh pada sosok Ibu Widya yang humanis itu.

Obrolan saya dengan pak Zeny, langsung tersampaikan pada ibu Widya serta memohon kesediaannya untuk menjadi narasumber, mewakili Indonesia Timur pada pertemuan Nasional melalui zoom. Kegiatan itu sudah dilakukan pada Desember 2020 dengan melibatkan multipihak seperti pemerintah, mitra pembangunan, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, serta academia (SUN Network).

Menjadi Narasumber mewakaili Indonesia Timur
Menjadi Narasumber mewakaili Indonesia Timur
Dan lagi-lagi saya dibuat kagum olehnya, atas sikapnya yang hangat, penuh kasih sayang, supel, keibuan dan tidak menjaga image. Padahal itu untuk pertama kali saya menghubunginya melalui aplikasi WhatsApp. Disela-sela kesibukkannya Ibu Widya tetap merespon dengan baik.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun