Tulisan ini, saya persembahkan buat atasan saya, yang pada tanggal 31 Juli 2017 merupakan hari Ulang tahunnya yang ke-50 tahun, Â di kantor Konsultan Generasi Sehat dan Cerdas (GSC) Provinsi Maluku, kami memanggilnya Pak Bos, sebenarnya bukan keinginan beliau untuk dipanggil begitu, namun karena inisiatip kami sendiri, kadang juga dipanggil Pak atau bapak, ya suka-suka mulut komat-kamitlah, diluar orang-orang memanggilnya Pak Dwi.
Nama lengkapnya A. Dwijo Darmono S.B.S., pria asal Garut Jawa Barat ini mendapat Surat Perintah Tugas per bulan Agustus 2016 sebagai Koordinator Konsultan Manajemen Provinsi (KMP) program Generasi Sehat dan Cerdas (GSC) di Provinsi Maluku. Sederhana, kurus, perokok, cerewet itu kesan pertama saat berjumpa dengan dirinya.
![Dok Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/07/30/img-20170730-wa0130-597de5317885f64dd403a322.jpg?t=o&v=770)
Ach, sudahlah jangan baper baca tulisan diatas, anggap saja itu pengantar tulisan untuk mengenal pak Bos yang kebetulan mirip dengan Alm. Bapak saya, nah sekarang kita fokus ke judulnya ya. Â Â
![Bersama Kepala Dinas PMPD Provinsi Maluku. Dok. Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/07/30/img-20170730-wa0133-597de5a1aeebe104490d8ec2.jpg?t=o&v=770)
Harus diakui kehadiran Dwijo Darmono di Maluku membawa banyak perubahan, baik ditingkat Konsultan Manajemen Provinsi, Fasilitator Kabupaten, maupun Fasilitator Kecamatan. Pendekatan kepimpinan yang dilakukannya adalah menjalin  hubungan dengan partner kerja layaknya hubungan pertemanan dan kekeluargaan. Semua orang adalah teman dan keluarga, kira-kira begitulah prinsipnya. Ada banyak hal yang berubah saat kehadirannya di Maluku, namun tidak bisa saya paparkan satu-satu persatu dalam tulisan ini. Â
Katakanlah Marlen Manuhutu, dia adalah salah satu Fasilitator GSC yang bertugas di Kecamatan Saparua Kebupaten Maluku Tengah, mengaku bahwa Dwijo Darmono memberikan warna tersendiri bagi mereka yang bertugas di Kecamatan.
 " Kehadiran Pak Dwi di Maluku membawa perubahan, membuka cara berfikir kami yang selama ini tidak kami pikirkan, menambah semangat untuk berkreasi", Ungkap Marlen beberapa waktu lalu saat berkunjung ke Kantor GSC.
![Dwijo Menyampaikan Materi saat Pelatihan Penyegaran Fasilitator GSc dan PJO Kecamatan. Dok Pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/07/30/img-20170730-wa0135-597de63342fdd376a5091292.jpg?t=o&v=770)
Mendapat Penghargaan Anak Adat
Selama kurung waktu 5 tahun, sejak program GSC masuk di Provinsi Maluku (2012-2017), baru kali ini ada konsultan GSC yang mendapat Penghargaan Anak Adat dari masyarakat. Bukan sekedar simbolis atau penghargaan biasa, melainkan mendapat kepercayaan untuk mengabdi pada masyarakat.
![Proses adat saat penyambutan. Dok. GSC Maluku](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/07/30/fb-img-1501404508328-597de6b8509529096a5375a4.jpg?t=o&v=770)
![Penyambutan dengan Tarian adat. Dok GSC Maluku](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/07/30/fb-img-1501404499061-597de73e509529189a718ed2.jpg?t=o&v=770)
Tidak hanya itu, pria yang sudah 25 tahun bekerja pada program-program pemberdayaan ini juga  mendapat Gelar "Mebut Watnar",pemberian gelar tersebut ditandai dengan dipakaikannya Gelang Tembaga sebagai bentuk penghargaan dan penerimaan menjadi Anak Adat Ohoi Ohoidertom.
Untuk diketahui bersama bahwa penyebutan Ohoi di Maluku Tenggara adalah untuk penyebutan Desa, jadi jika anda hendak kesana maka anda tidak akan menemukan tulisan Desa melainkan Ohoi, sama halnya seperti di Maluku Tengah, yang penyebutan Desa sebagai Negeri, sungguh beragam ya Indonesia yang kita cintai ini.Â
![Dok. GSC Maluku](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/07/30/fb-img-1501404486380-597de7a17a7ea5485d121b83.jpg?t=o&v=770)
Siapa sangka, pria asal Garut ini mendapat penghargaan Anak Adat di Ohoi Ohoidertom, yang mungkin saja Pejabat Pemerintahan di Maluku pun belum mendapat gelar tersebut.
Mebut Watnar sendiri bermakna Laki-laki kesatria, yang filosofinya memiliki tanggung jawab membangun kampung. Â Jadi apa untungnya mendapat gelar ini?, toch tidak diberi gelar pun seorang konsultan GSC diwajibkan untuk bantu membangun Desa, bukankah itu salah satu tufoksinya?, Â tapi tidak untuk seorang Dwijo, bukan karena gelar tapi karena penerimaan dan kepercayaan masyarakat padanya, saya setuju untuk ini, sebab Kepercayaan masyarakat sangatlah mahal, Mendapat tempat di hati masyarakat tidaklah muda, karena bukan rahasia lagi jika ada sebagian masyarakat kita yang suka menolak bahkan melawan, jadi ketika kita diterima maka tugas kita selanjutnya adalah merawatnya.
Acara Penyambutan tersebut dilanjutkan dengan proses peletakan Batu Pertama Gedung Balai Rakyat, yang juga didampingi oleh Fasilitator Keuangan Kabupaten, Richard Wattimena dan Fasilitator Kecamatan, Benedictus. F. Rejaan, kemudian mereka sama-sama mengikuti Musyawarah Desa Sosialisasi TA. 2017.
![Musyawarah Desa Sosialisasi TA. 2017. Dok GSC Maluku](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/07/30/fb-img-1501404521179-597de7fb7a7ea54fec5fbda2.jpg?t=o&v=770)
Dalam istilah adatnya Ohoi Ohoidertom adalah "farautantel''yakni forum kepemimpinan , yang terdiri dari marga Kameubun, Reyaan, Rahawarin. Ketiga marga ini memiliki hak mutlak untuk menentukan kepala Ohoi (desa), biasanya dalam penentuan calon kepala ohoi harus direkomendasikan oleh forum kepemimpinan "Fara UtanTel", dan disaksikan oleh kesatuan masyarakat adat sevavratutdan hemasyamlim. Selanjutnya di sahkan oleh Rat Mantilur Kisuvait, Secara adat Ohoi Ohoidertom berada dalam Ratchaap NUH FIT.
Program Generasi Sehat dan Cerdas (GSC) sendiri sudah masuk di Kabupaten Maluku Tenggara sejak tahun 2012, namun untuk Ohoi Ohoidertom baru pada tahun 2015. Karena Ohoi Ohoidertom pada saat itu masih berstatus dusun dari Ohoi Ohoidertutu. Sehingga tahun-tahun sebelumnya mereka sudah mendapatkan bantuan dan pelayanan melalui desa induk, seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan. Kehadiran GSC sendiri sangat membantu masyarakat setempat.
![Bersama Penggerak Yayasan Heka Leka dan Fasilitator GSC](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/07/30/img-20170730-wa0132-597de86b4d64f631c5474bd2.jpg?t=o&v=770)
Pria yang hampir setiap harinya bekerja 18 jam itu (Gila kan.. padahal kita kerjanya Cuma 8-10 jam), dijuluki sang motivator. Ungkapan ini kerap kali saya dengar dari orang-orang yang sering menjalin komunikasi dengan dirinya baik dalam urusan pekerjaan maupun hal lainnya. Semoga Pak Dwijo Darmono selalu menjadi yang terbaik. Selamat Hari Ulang Tahun.
Morella, 30 Juli 2017
Salam
Roesda Leikawa - Staff Konsultan GSC Provinsi Maluku
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI