Lihat Ini adalah hati
Jiwa dan raga
Menjadi milikmu
Kau nyalakan api cinta di dalamnya
Menggelorakan dengan rindu
Menaruh asa pada setiap desahan nafas
Memanjakan telinga dengan rayuan manis
Lalu mewarnai dengan cemburu
Kekasih...
Lihat Ini adalah hati
Jiwa dan raga
Kau menguasainya
Menari dengannya tanpa batas musim
Hingga untuk meninggalkanmu saja tak bisa
Namun Kekasih...
Kesenangan ini tidak bertahan lama
Hilang seketika atas sebuah pengkhianatan
Serasa awan putih berubah menjadi hitam
Kepercayaan gugur seperti daun hijau yang jatuh tanpa sebab
Cahaya yang pernah kau nyalakan kini telah redup
Kau tak lagi berkiblat pada kesetiaan
Kekasih...
Hati yang pernah kau cumbui itu telah terluka
Jiwa yang kau ajak terbang kini telah jatuh
Mana mungkin bisa seperti dulu lagi
Sebab lukanya terlalu dalam
Bahkan sayap-sayap kasih telah patah
Duhai Kekasih...
Perempuan yang selalu menggerutu di sudut kamar itu akan pergi
Tak akan ada lagi suara tangisan merengek-rengek diatas ranjang karena rindu
Sebab esok kau tak akan bisa bertemu lagi
Kekasih...
Tinta ini ditorehkan untukmu
Sebagai tanda perpisahan
Maka janganlah kau sesali setiap tingkah yang pernah dibuat
Sebab mamaafkanmu sudah di dahulukan
Sebab membiarkanmu menjamah tubuh perempuan lain sudah di ikhlaskan
Kekasih...
Sebagaimana kisah ini diawali dengan puisi
Maka pada pintu yang sama hati ini keluar untuk pergi jauh
Terimalah Puisi terakhir untukmu kekasih
Selamat tinggal
Roesda Leikawa
Morella, 16 Januari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H