Penyair Indonesia Tidak Diam, Mereka Ikut Melakukan Perlawanan Terhadap Terorisme.
Cara lain perlawanan terhadap terorisme di Negeri ini yang patut dicontoh oleh dunia adalah yang dilakukan oleh para penyair Indonesia. Usai kejadian kasus Bom disarinah. Sosiawan Leak sang Presiden Penyair Nusantara langsung mengumumkan di salah satu group Facebook, isi pengumuman tersebut adalah ajakan kepada para penyair nusantara untuk bersama melakukan perlawan terhadap terorisme dengan kata-kata puitis.
Selang tiga hari sejak aksi teroris tersebut, tepatnya tanggal 17 Januari 2016 gagasan untuk menerbitkan Buku Antologi Puisi “Memo Anti Terorisme” oleh Sosiawan Leak di sambut positif penyair nusantara, dan saya pun turut berpartisipasi pada projek itu.
Mencermati kondisi yang dilakukan oleh terorisme tersebut, saya kutip kembali dari gagasan penerbitan Antologi Puisi “Memo Anti Terorisme” oleh Sosiawan Leak yakni penyair bersama warga masyarakat yang rentang menjadi sasaran ‘antara’ tidak boleh tinggal diam.
Mereka harus mampu merubah posisi dari hanya pasrah sebagai obyek (alat pengirim pesan) terorisme, menjadi kekuatan yang berani bersikap, tegas menolak serta lebih berdaya dihadapan terorisme. Disamping aktif melacak jejak klaim-klaim subyek lantas mengkonternya dengan gagasan bernilai argumentative dan berkekuatan analitis, penyair juga mesti kian gencar menyuarakan nilai-nilai unggul kemanusiaan dengan jujur serta tanpa kekerasan lewat ekspresi estetis yang senapas dengan kebudayaan dan peradaban jaman.
Jika teroris adalah puncak dari aksi kekerasan, maka puisi harus menjadi dasar dari kelembutan dan akal budi yang tak memberi kesempatan kepada kekerasan itu lahir apalagi mendaki hingga kepuncak kehidupan tertinggi. Jika teroris adalah penebar dan kebencian lewat rupa ketakutan dan kecemasan, maka penyair adalah penyebar cinta dan kasih sayang dengan wajah. Begitulah sekilas gagasan yang saya kutip dari kalimat-kalimatnya Sosiawan Leak yang juga bertindak sebagai kurator buku puisi tersebut.
Hingga pada tanggal 27 Mei 2016 lalu, sudah dilakukannya peluncuran perdana Buku Antologi Puisi “Memo Anti Terorisme” yang kemudian disingkat MAT, terdiri dari 250 penyair dari berbagai daerah di Indonesia. Acara peluncuran yang dilakukan di Gedung Sarinah juga menghadirkan AKBP. Ir. Untung Sangaji dan Mayjen TNI (Purn) Supiadin AS. Anggota DPR RI Komisi I.
Menurut salah satu penulis puisi Buku Antologi MAT, Navys Amhad bahwa Kerja sama penyair dengan polisi hendaknya terus ditingkatkan karena mempunyai visi yang sama dalam menumpas terorisme. Penyair berjuang lewat kata-kata, polisi bergerak lewat tindak sergap di TKP.
Wujud teroris itu tidak perlu ditakuti, sifat kepengecutan mereka bisanya menebar kecemasan pada masyarakat atau kelompok tertentu, memberi ancaman dengan mengorbankan masyarakat pada daerah yang sudah menjadi targetnya.