Mohon tunggu...
Roesda Leikawa
Roesda Leikawa Mohon Tunggu... Editor - Citizen Journalism, Editor, Penikmat Musik Instrumen dan Pecinta Pantai

"Menulis adalah terapi hati dan pikiran, Kopi adalah vitamin untuk berimajinasi dan Pantai adalah lumbung inspirasi" -Roesda Leikawa-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Begini Caranya Saya Bercinta dengan Kopi

21 Juni 2016   02:33 Diperbarui: 21 Juni 2016   18:50 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sela-sela aktivitas selalu ada kopi - Foto Pribadi
Di sela-sela aktivitas selalu ada kopi - Foto Pribadi
Butuh Waktu Untuk Jatuh Cinta
Padahal sejak kecil saya sudah akrab dengan kopi, seperti yang saya jelaskan di atas bahwa bapak sudah mengajarkan pada kami bagaimana cara membuatnya. Hanya saja saya belum menyukainya secara utuh. Untuk mencintai kopi tidak hanya sebatas suka membuatnya saja tapi harus benar-benar bisa menikmatinya. Minum secara perlahan dan nikmati semua yang dirasa maka kita akan mengetahui apa yang terjadi. Lidah, tenggorakan, bahkan hati dan pikiran akan bersatu dalam satu defenisi yang sama, bila kopi itu diminum sedikit secara pelan-pelan, serta dinikmati dengan tenang.

Ya begitulah, butuh waktu untuk mendefenisikannya dan harus perlahan-lahan minum kopi, seperti yang diungkapkan barista dalam kata bijaknya, Kopi itu nikmat bila dinikmati selagi panas namun jangan terburu-buru bila meminumnya karena kau akan terluka, dan hidup ini akan nikmat bila kita mengerjakan segala sesuatu dengan lugas namun jangan terburu nafsu karena nantinya kau akan kecewa”.

Ini memang butuh waktu untuk mencintai kopi, sebab pada kenikmatannya itu, di dalam kopi terkandung kafein, yang merupakan senyawa kimia alkaloid yang dikenal sebagai trimetilsantin dengan rumus molekul C8H10N4O2. Jumlah kandungan kafein dalam kopi adalah 1-1,5%. Kafein yang terkandung dalam kopi akan menggairahkan saraf, sehingga terjadi tekanan pada jantung, juga menurunkan nafsu makan, nah itu yang tidak diperbolehkan untuk usia anak-anak. Maka meskipun saya sudah mengenalnya sejak kecil tapi harus bersabar untuk menikmatinya pada waktu yang tepat, itu pun tidak boleh melewati dua cangkir gelas.

Belajar Hidup dari Secangkir Kopi
Membuat Kopi sejak kecil, itu bukan masalah besar, jangan sampai ada yang memrotesnya sebagai pelanggaran hak anak atau mempekerjakan anak-anak. Apa yang sudah saya lakukan itu hanyalah sebuah pelajaran kecil dari orang tua bagaimana melalui hidup ini, sebab tidak selamanya kita akan berada pada posisi atas. Tidak selamanya hidup ini manis, bahwa kita juga harus siap mandiri hadapi kehidupan yang keras dan pahit .

Sama halnya menikmati kopi, ada pahit dan manis seperti halnya cinta yang tak pernah lupa bagaimana rasanya dilukai, seperti dua sahabat yang sama-sama menyimpan cinta namun tidak berani mengungkapkan, seperti kesalahan masa lalu dan menjadi manis bila dijadikan pedoman, seperti rindu yang menyakitkan namun indah saat bertemu, seperti cinta bertepuk sebelah tangan, manisnya berkhayal miliki kekasih idaman namun yang dicintai tidak merespon, seperti ikhlas bekerja walau tidak mendapat promosi jabatan, seperti merindukan hujan di siang bolong, seperti itulah pahit manis pelajaran dari kopi, selanjutnya silahkan anda menerjemahkan sendiri filosofi kopi.

Jadi Bagaimana Perempuan Bercinta dengan Kopi…?
Menurut saya perempuan yang ingin bercinta atau sudah terlanjur candu ngopi, idealnya dia pahami betul cara membuatnya dan memahami makna filosofi kopi itu sendiri. Supaya tidak terkesan ikut-ikutan dibilang cewek gaul saja, tapi juga cerdas menuang kopi ke dalam hati.

Ach ada juga orang yang menganggap cewek yang suka ngopi itu hanyalah cewek yang aktif saja, benarkah begitu? Waalahualam.

Salam-

R. Leikawa
Sambil menunggu waktunya sahur
Selasa, 21 Juni 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun