##
Sore itu langkah terayung dengan asa
Menuju tempat peristirahatan anak – anak yang suka bergembala
Aku merasakan sentuhan angin yang rama menyapa tubuhku
Seperti ada pelukan hangat seorang kawan
Sejenak kubiarkan pelukan itu dalam hati saja
Lalu ku penuhi rasa penarasan dengan sentuhan disetiap sudut rumah
Barangkali jiwaku bisa menyatu
##
Sore itu aku melihat kenangan dimata anak-anak yang telah dewasa
Ada bahagia, sedih, rindu dan harapan untuk membenah
Aku juga terpaku menyaksikan tawa seorang wanita yang mengaku saksi para gembala sapi
Sepertinya aku mengerti, bahwa itu bukan tawa biasa
Tapi bahagia bercampur rindu yang telah lama dinanti
Dia hanya menipu mata ini dengan senyum lebar
Supaya Kristal-kristal bening itu tidak membasahi wajahnya
##
Sore itu aku di Waimital dan alam saksinya
Aku tak punya kenangan masa lalu disitu
Tapi akan jadi kenangan untuk masa mendatang
Seperti halnya anak-anak yang pernah tersesat dihutang
Telah membuat sejarah yang disaksikan saat ini
Meski tak banyak yang tahu, tapi aku mengerti arti kerinduan
Waimital dan kenangan, sebab itu kami datang.
R. Leikawa
Kapal Fery-Waipirit, Â Juni 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H