Negeri Ema Yang Dilupakan Negaranya Sendiri
Jalan rusak, tidak ada petugas Puskesmas, Guru jarang datang ke sekolah. Jadi wajar saja kalau sering terjadi kecelakaan, dan masih ada siswa yang tidak lulus sekolah. Kondisi ini sudah lama dirasakan oleh masyarakat Negeri Ema, namun mereka terlalu sabar untuk menanti janji pemerintah. Bahkan proyek jalan yang sudah direncanakan sejak tahun 1997 dengan anggaran 1,4 M sampai saat ini tidak selesai juga.
Â
Padahal sudah 69 tahun Indonesia merdeka, Namun Negeri Ema masih jalan ditempat dan seperti dilupakan, para elit politik hanya datang dengan janji untuk memperoleh suara, setelah itu masyarakat Ema di abaikan, beberapa kali mereka menegosiasi dengan Pemerintah Kota Ambon, namun sampai saat ini belum juga diindahkan.
Pada saat kami berdialog dengan Pemerintah Desa dan perwakilan warga Ema (Minggu,19/04) lalu, mereka berkali-kali mengeluhkan ketidak jelasan proyek jalan tersebut, bahkan jika melihat letak geografis Negeri Ema dengan anggaran 1,4 M tidak akan cukup untuk menjawab kebutuhan. Selain dengan posisinya yang berada pada ketinggian, jalan Ema juga banyak terdapat jurang serta kondisi tanah yang mudah longsor.
Semoga Pemerintah yang terhormat dapat tergerak hatinya untuk menyelesaikan persoalaan-persoalan di Negeri Ema, dan saya bersama teman-teman yang menamakan diri Gerakan Untuk Ema akan tetap memperjuangkan hak masyarakat Ema. Sebelum saya menutup tulisan ini, saya ingin berbagi sedikit kutipan dari salah seorang Badan Saniri Negeri Ema M. Tanihatu yang cukup manis di dengar;
"kami hanya sebutir pasir kecil, dan saudara-saudara datang sebagai sebutir pasir kecil juga ingin merasakan kesedihan kami, semoga menjadi sekumpulan pasir yang banyak"
Demikian  tulisan saya kali ini, kisah di Kampung halaman seorang Tokoh Bangsa Jo Leimena yang tidak diperhatikan oleh Pemerintah.
Â