Mohon tunggu...
RuRy
RuRy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Demak Jawa Tengah

Orang biasa dari desa

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Sikap Posesif adalah Bentuk Ketidakdewasaan Dalam Hubungan

9 September 2022   16:09 Diperbarui: 21 September 2022   07:56 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan hanya perhatian dan kasih sayang sebagai manifestasi rasa cinta kepada pasangan. Saling percaya antara kedua pihak hal urgen agar tercipta rasa nyaman dalam sebuah hubungan.

Dalam urusan cinta, rasa ingin memiliki adalah hal wajar bagi orang yang sedang dilanda asmara. Asal saja masih dalam kadar semestinya dan tidak membabi buta untuk mendapatkan orang yang dicinta. Berlebihan memberikan perhatian sering memicu sulitnya tercipta rasa nyaman.

Rasa cinta yang amat dalam kerap menimbulkan kecenderungan sikap posesif. Sifat yang jarang disadari karena berlindung atas nama "cinta". Tujuan membuat pasangan bahagia justru malah membikin pasangan tersiksa.

Posesif mencerminkan harga diri yang terluka dan rasa rendah diri. Emosi yang sangat berbahaya, apalagi dalam hubungan asmara. Karena jika tidak dikendalikan, sifat ini pada akhirnya hanya akan membawa kerusakan dan ketidakpercayaan berkepanjangan. Ngeri banget!

Ilustrasi sumber | (merdeka.com)
Ilustrasi sumber | (merdeka.com)

Sikap ini pada awalnya memang seperti menunjukan betapa cinta itu begitu besar dan tulus. Namun, seiring berjalannya waktu pasangan lama-lama akan merasa kurang nyaman, karena banyak pertanyaan-pertanyaan detail yang sebenarnya tidak perlu. Alih-alih alasan untuk saling terbuka, tapi melebihi porsi dan terkesan mengintimidasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti dari apa itu posesif adalah bersifat merasa menjadi pemilik; mempunyai sifat cemburu. Posesif adalah suatu sikap yang ditunjukkan untuk mengontrol kehidupan atau mendominasi sesuatu atau seseorang dan rasa ingin memiliki pasangan secara berlebihan.

Cinta adalah tentang bagaimana menjadi tanpa pamrih, sementara posesif adalah bentuk lain dari keegoisan.

Namanya cinta bisa dibilang sederhana kadang kala terasa rumit karena ketiadaan saling percaya.

Di sisi lain, ada beberapa hal melatarbelakangi seseorang bersikap posesif terhadap pasanganya. Selain kurangnya rasa percaya diri terkadang ada motif ingin memiliki sesuatu diluar cinta itu sendiri. Individu yang egois hanya peduli tentang diri mereka sendiri dan cenderung tidak memahami esensi hubungan cinta yang semestinya.

Biasanya sifat controlling behavior ini ditunjukkan dengan serangkaian tindakan manipulasi, eksploitasi, dan intimidasi terhadap seseorang untuk alasan egois. Secara tidak sadar, hal-hal ini telah merampas hak kebebasan orang lain. Hal ini bisa mengarah pada bentuk pelecehan, mempermalukan, dan abusive relationship.

Sumber | (fimela.com)
Sumber | (fimela.com)
Suka mengontrol mencoba membuat pasangan merasa bersalah, atau terus mencari kesalahan bila tidak bersikap sesuai dengan keinginannya. Padahal, apa yang diinginkannya tidak selalu benar.

Obsesi ingin memiliki berlebihan dengan dalih cinta

Selain itu, dia selalu menempatkan sebagai obyek yang harus didengar, namun sulit menjadi sosok yang mau mendengarkan. Tujuanya supaya terus bisa menguasai pasangan secara fisik dan emosi.

Cinta itu emosi yang sehat berkembang di antara dua orang, saat mereka telah mengalokasikan waktu dan energi untuk saling mengenal satu sama lain, saling menerima kekurangan, dan lainnya. Sedangkan obsesi adalah rasa yang berbeda karena melewati ambang batas sewajarnya.

Pada saat awal muncul obsesi terasa seperti cinta yang diwarnai perhatian, kata pujian, dan sikap romantis. Namun obsesi adalah sebuah emosi yang tak sehat, yang akan membuat orang yang memilikinya merasa gerah karena menyempitnya ruang gerak privasinya.

Parahnya, sifat ini tidak hanya muncul pada saat masih pacaran. Setelah menikah pun emosi negatif ini kerap tidak berubah malah bisa makin parah. Minimnya kedewasaan seseorang jadi biang keladi penyebabnya. 

Cara berpikir yang sempit dan picik sehingga selalu merasa dirinya paling benar dan menuntut pasangan harus sesuai kehendaknya. 

Posesif bisa melanda perempuan maupun laki-laki. Untuk mengenali emosi negatif ini sebenarnya mudah.

Secara umum pasangan yang posesif akan mencoba mengontrol dengan siapa Anda harus berteman, termasuk memata-matai akun sosial media. Malahan yang lebih miris mengambil alih kepemilikan akun, baik dengan cara yang Anda ketahui maupun tidak. Merasa karena 'saling memiliki' menjadi alasan untuk selalu memonitor dalam setiap kondisi.

 Dia sering stalking ponsel milik pasangan, mulai dari pesan, panggilan, dan media sosialnya.

Dia rela meluangkan waktu konstan untuk mengontrol aktivitas pasanganya. Jika dia menemukan sesuatu yang dinilai tidak sejalan dengan keinginanya, Anda akan di bombardir pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan. Meski Anda menjawab dengan apa adanya, namun pribadi yang over protective tak mudah mempercayainya.

Berbagai cara dia lakukan mencari dan mengamati apapun yang dilakukan pasanganya baik secara online atau offline. Tujuannya mencari kartu "truf" untuk senjata menyudutkan jika terjadi hal yang tak disenanginya. Meski hal yang remeh-temeh sekalipun.

Ilustrasi sumber | (kompas.com)
Ilustrasi sumber | (kompas.com)
Cemburu yang melampaui batas dan dibumbui dengan rasa insecure berlebih. Dia akan berusaha menjauhkan pasanganya dari orang-orang yang dianggap sebagai ancaman karena takut identitas karakter aslinya terbongkar.

Secara nalar sehat perilaku ini begitu ekstrem jauh dari kata logis. Merampas ruang pasangan untuk tumbuh dan berkembang dengan sendirinya.

Cinta penuh kepercayaan, sedangkan obsesi penuh kecurigaan

Perilaku ini seringkali dibungkus berbagai cara untuk menunjukkan rasa sayang atau peduli terhadap pasangan. Perilaku posesif bukanlah fondasi dari rasa sayang, tetapi rasa takut dan rendahnya kepercayaan diri. Sehingga mereka rata-rata tidak berperilaku sewajarnya dan cenderung tidak mau bersaing secara sehat.

Umumnya orang yang over protective tidak merasa bahwa dirinya berlebihan memperlakukan pasanganya. Pun orang-orang yang ada di sekelilingnya juga tidak menyadari sifat ini. 

Mencintai tanpa adanya keselarasan memahami esensi cinta justru akan kehilangan makna. Cinta selalu mencari ruang ke mana hati akan tertambat. Cinta itu keikhlasan dan kedewasaan. 

Sikap dewasa sendiri mempengaruhi cara berpikir, berperilaku, dan juga cara mencintai. Bagaimana menempatkan posisi sesuai porsi, tidak mendominasi karena tahu akan merongrong keharmonisan yang menjadi ujung tombak kelangsungan sebuah hubungan.

Referensi; satu, dua, tiga, empat

RuRy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun