Apa sih tujuan melakukan traveling itu?
Jawabannya sangat subyektif. Karena lain orang beda minat berbeda juga tujuanya, ada yang sekedar ingin senang-senang, memenuhi rasa ingin tahu akan sebuah tempat atau wilayah, relaksasi, dan sebagainya.
Tak sedikit bagi sebagian orang kegiatan traveling ini di stigma sebagai aktivitas iseng yang menghabiskan banyak anggaran. Karena bukan hanya harus menyisihkan sebagian pendapatan namun juga meluangkan kesempatan.
Traveling kalau di jabarkan maknanya adalah pergerakan orang antar lokasi geografis yang jauh. Perjalanan dapat dilakukan dengan jalan kaki, moda transportasi darat, udara, laut atau alat lainnya. Perjalanan dengan rentang estimasi tertentu dan relatif singkat. Wikipedia.
Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar kita sudah di perkenalkan kegiatan ngetrip ini dengan istilah familiar piknik. Biasanya ada beberapa destinasi yang tersusun dalam itinerary pihak sekolah, antara lain ke bangunan yang ikonik maupun tempat dan monumen yang mempunyai nilai sejarah untuk mengedukasi siswa.
Biasanya tour guide atau guru akan menjelaskan sejarah suatu obyek yang dikunjungi. Para siswa akan mendengarkan indormasi dan arahan untuk mengetahui sebuah tempat. Ini penting bagi peserta bukan hanya sekedar tamasya, namun mengedukasi untuk membentuk karakter dan rasa ingin tahu berkelanjutan.
Mengenalkan anak murid sejak sekolah dasar untuk melihat dari dekat situs dan bangunan penting yang mempunyai nilai sejarah tentang bangsa. Meski dalam kurikulum pelajaran sudah di ajarkan, praktek nyata berkala juga diperlukan.
Terlepas dari itu, traveling tidak selalu diidentikkan perjalanan jauh ke luar pulau liburan ke sebuah benua atau negara. Hingga terkesan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Dan, sah-sah saja ke mana pun tujuanya, tentunya tergantung kondisi finansial masing-masing orang itu sendiri.
Menemukan pengalaman baru dalam kehidupan ini tidak harus jauh dan menyeberangi benua. Coba lihat disekitar kita masih banyak obyek yang selama ini belum pernah di kunjungi. Apakah itu bangunan, alam, kearifan lokal, dan sebagiannya.
Esensi dari traveling bukanlah masalah jauh dan mahal, melainkan untuk refreshing.Â
Kegiatan menyenangkan yang mengembalikan mood. Mengambil jeda berkala untuk mengistirahatkan tenaga dan pikiran. Karena tidur tidak bisa secara maksimal menyehatkan jasmani dan rohani.
Banyak orang yang menyukai traveling karena mereka bisa mendapatkan manfaat dari hal tersebut, terutama tentang pelajaran hidup.
Makna traveling tidak hanya sebatas plesiran saja. Tidak juga sebagai ajang untuk menunjukan status sosial karena bisa mengunjungi berbagai tempat ikonik di dunia. Apalagi cuma mengabadikan gambar dengan background tempat eksotik lalu membagikan di media sosial tanpa deskripsi.
Baca juga: Menumbuhkan Empati Dengan Traveling Sendiri
Saat melakukan liburan ada tantangan tersendiri untuk mengeksplorasi potensi diri yang selama ini tidak disadari dan digali. Karena terbiasa hidup dalam 'zona nyaman' dengan aktivitas yang sama dan selalu berjumpa dengan orang-orang yang sama.
Tujuan dan niat yang berbeda berbanding lurus dengan hasil dan makna yang didapatkan.
Dari sekian banyak manfaat traveling, mengurangi stres menjadi alasan yang paling banyak dijadikan alasan oleh para traveler. Menghilangkan penat yang menyerang akibat tekanan berbagai kesibukan konstan.Â
Traveling memberi kesempatan untuk dapat beristirahat dan tenang sejenak. Mengambil jeda dari rutinitas harian yang terbukti sangat baik untuk menjaga kesehatan mental.
Bertemu orang baru, melihat pemandangan menakjubkan, atau adat yang berbeda-beda akan menambah pengetahuan dan memperluas perspektif dalam memandang dunia.
Untuk mendapatkan manfaat luas dari sebuah perjalanan tentunya bukan hanya karena mengikuti trend semata. Aktivitas yang membutuhkan biaya dan masa ini hendaknya digunakan sebaik mungkin. Antara lain, mengasah komunikasi, menggali potensi diri, dan refleksi.Â
Mengambil jeda dan istirahat sejenak dalam menjalani kesibukan sehari-hari itu penting, namun memang dalam kehidupan nyata banyak orang yang mengabaikanya.
Rutinitas yang padat tak jarang memalingkan kita lebih mengenal diri seutuhnya. Kita sering tidak menyadari berperan menjadi orang lain dari pada menjadi diri sendiri.
Momen keluar sejenak dari comfort zone dibutuhkan agar tidak terjebak aktifitas dan pola pikir yang monoton. Setiap orang punya sisi positif yang harus digali, selama ini terkesan sulit karena pandangan hidup yang terlalu mainstream mingkin bisa jadi penyebabnya.Â
Pengalaman tatkala sedang melakukan perjalanan terkadang mampu menggugah rasa syukur dan rasa empati kepada sesama. Kejadian yang menyenangkan dan menyedihkan menstimulasi otak untuk berpikir dari sudat pandang lebih luas.Â
Untuk memaknai hidup dan mendapatkan kebahagiaan sebenarnya sangat sederhana, tidak harus dengan rumus njlimet menunggu mencapai standar tertentu. Tergantung seberapa dan bagaimana kita menghargai di setiap momen dalam hidup itu sendiri.
Baca juga: Pentingnya Meluangkan Me Time Secara Berkala
Traveling melakukan perjalanan bukan hanya momentum ajang gengsi. Bukan pula sebatas pamer daftar destinasi mahal yang dikunjungi.Â
Saat kita di rumah menyantap makanan dengan aneka lauk yang lezat dan terkesan biasa karena sudah menjadi gaya. Lain hal ketika berada di luar sana melihat sesama yang susah payah hanya demi sesuap nasi. Sebuah pelajaran dan renungan yang akan menggugah hati untuk selalu bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini.
Bepergian atau traveling dapat meningkatkan mood spiritual, sisi urgen yang mesti di bangun dan terus di rawat dalam diri setiap manusia.Â
RuRy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H