Mohon tunggu...
RuRy
RuRy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Demak Jawa Tengah

Orang biasa dari desa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Seorang Wanita Sang Pejuang Hidup

17 Agustus 2022   16:58 Diperbarui: 18 Agustus 2022   06:56 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu saya menempuh perjalanan dari Pantai Gelagah Kulon progo dan akan kembali ke Kota Jogja. Terik matahari terasa begitu menyengat memaksa saya mencari warung untuk membeli minuman dan beristirahat. Dari kejauhan nampak ada kios kecil di pinggir jalan, dan saya memutuskan untuk menepi membeli minuman dingin.

Setelah beberapa saat istirahat. Tiba-tiba hati saya terhentak melihat seorang wanita jualan memikul keranjang. Bahkan sempat berhenti  menawarkan daganganya ke saya.

"Silakan kalau berminat kripik atau kopi sama jahe bubuk. Ini asli dari Temanggung, pak", tawarnya.

Karena tidak ada minat untuk membeli, mbaknya pun berlalu meneruskan perjalanan. Namun, belum ada dua puluh langkah berjalan, saya memanggilnya untuk berhenti lalu saya menghampiri untuk melihat lebih dekat dagangan apa saja yang dijual.

Selain kripik, kopi, juga jahe, ada gula aren dan lain-lain. Bahan-bahan mentah yang mungkin lebih pas dibeli oleh para ibu rumah tangga, karena harus melalui proses memasak sebelum bisa di konsumsi.

Dokpri (RuRy)
Dokpri (RuRy)

Karena penasaran dalam hati saya ingin tahu sembari bertanya-tanya sedikit tentang bahan olahan separuh jadi yang dijualnya. Setelah ditawarkan harganya saya tidak sampai hati untuk menawarnya, dengan rasa haru saya pun langsung menyerahkan uang  untuk membeli kopi dan bubuk jahenya.

Batin saya terhenyak dan terperangah melihat seorang wanita yang memikul dan menjajakan dagangan berjalan kaki dibawah terik menyengat matahari, berjalan menyusuri jalan dan gang kampung demi mengais rezeki. 

Kopi dan jahe bubuk| (RuRy)
Kopi dan jahe bubuk| (RuRy)

Pekerjaan yang boleh dikatakan lebih lazim dilakukan oleh laki-laki.

Perempuan asal daerah Temanggung ini merantau ke sini menjual bahan pangan setengah jadi khas dari asalnya. Bertahun-tahun dijalani untuk membantu suami demi mencukupi kebutuhan dan biaya sekolah anak di kampung halaman.

Seakan tidak ada rumus gengsi atau malas. Dari pagi pukul 06:00 perempuan biasa di panggil Hesti ini mulai berjalan dengan sabar memikul barang dagangannya ke beberapa desa di daerah Kulon Progo. Dia menyambangi pelanggannya dari gang ke gang hingga menjelang sore hari.

Perempuan dua anak ini pantang mengeluh ataupun menggantungkan hidup pada orang lain. Dia tidak mau menuntut suami di luar kemampuannya, malah justru bertekad membantu mencari tambahan meski jualan keliling dengan pikulan.

Pembawaanya ramah dan polos, serta kerudung yang selalu dipakai melindunginya dari terik matahari dan hujan.

Jika sepi peminat, mbak Hesti membawa pulang kembali barang dagangannya. Dan menjajakanya lagi esok hari, karena bahan yang dijual setengah jadi sehingga resiko basi dan rusak tidak terlalu banyak, hanya rugi tenaga karena setiap hari berjalan kiloan meter dari kampung ke kampung.

Meski usaha keliling berjualan kerap menemui kendala. Salah satunya sepi minat pembeli karena menjamurnya toko dan lapak berjejer berdiri bersaing. Namun, yang berbeda bahan cemilan mentah yang dijual Mbak Hesti ini tidak sembarang toko tersedia. Selain didatangkan langsung dari daerahnya juga mempunyai citra dan rasa khas sebagai oleh-oleh suatu daerah.

Ketegaran dan kesetiaan seorang perempuan

Kegigihan dan keuletan dari seorang wanita yang belum genap tiga puluh tahun ini menyiratkan banyak pelajaran dan arti sebuah perjalanan hidup. Seorang wanita yang tidak mudah menyerah meski setiap hari bergelut dengan 'pikulan' berjalan berkilo-kilo tak menghiraukan panasnya sinar matahari.

Dibalik kelembutan sifatnya sebagai wanita, tersimpan kekuatan yang luar biasa. Mbak Hesti, wanita pejuang hidup yang gigih.

Dalam proses menempuh kehidupan, perjalanan tidak lantas mulus begitu saja. Sudah barang pasti ada hambatan yang bisa membuat perjuangan yang dilakukan menuai hambatan bahkan kegagalan. 

Saat-saat seperti inilah biasanya sosok wanita berperan. Dia akan memberikan dukungan penuh supaya bisa membuat suaminya semangat dan kembali bangkit meski harus membantu peran yang sebenarnya tidak mudah.

Dokpri | (RuRy)
Dokpri | (RuRy)

Memang, di luar sana banyak sosok wanita-wanita tangguh yang setia mendampingi dan selalu memotivasi pasanganya. Tetapi yang dilakukan perempuan asal Temanggung ini sangat berbeda. Mengingat rata-rata pedagang keliling sekarang sudah jarang berjalan kaki, paling tidak mengayuh sepeda. Namun mbak ini sanggup melakoninya dengan jalan kaki dan memikul.

Kisah Mbak Hesti yang tegar dan sabar dalam membantu suaminya mengatasi masalah ekonomi keluarga. Ambil peran dan menopang suami demi sebuah harapan bersama. Meski harus melakoni pekerjaan yang lebih layak dilakukan seorang pria. Dia merasa mampu dan menyingkrkan jauh rasa malu.

Saat menulis artikel ini, tak terasa mata saya berkaca-kaca. Dan, saya hampir tak percaya apa yang tadi saya lihat adalah seorang wanita hebat, perempuan yang tulus ikhlas mendedikasikan dirinya untuk suami dan keluarga tercintanya. 

Terima kasih Mbak Hesti, untuk pelajaran hidup hari ini.


RuRy

(17/08/2022)

Kulon Progo, DIY

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun