Dalam hidup, ujian dan cobaan bisa datang kapan saja tanpa sapa dengan ragam tema yang berbeda-beda. Dimana seseorang atau pasangan suami istri mengalami fase berada di titik terendah, kondisi yang membutuhkan kesadaran juga kesabaran yang luar biasa. Dukungan dan saling mengisi dari pasangan sangat dibutuhkan untuk tetap bersama merajut harapan.
Kisah pasangan yang berhasil bangkit dari titik terendah tak jarang kemudian menjadi inspirasi bagi banyak pasangan yang tengah berjuang.
Seperti lika-liku perjuangan hidup yang dialami sepasang suami istri yang saya temui ini sungguh bukan hal yang mudah, puluhan tahun mereka bergelut panasnya terik matahari dan dinginya angin malam menjalani profesi juru parkir di salah satu jalan pusat bisnis di kota Semarang.
Bu Semi (52) dan Pak Soleh (58) mereka adalah suami istri yang sama-sama mengais rezeki menafkahi keluarga sebagai tukang parkir di Jalan Pandanaran Kota Semarang.
Tak terlihat di raut wajah mereka menampakkan kesedihan, semangat mengatur kendaraan sebagai ikhtiar mendapatkan rezeki begitu dinikmati dan disyukuri. Kekompakan pasangan empat orang anak ini sungguh menghentak batin saya terharu dan mata berkaca-kaca.
Tak hanya memarkir kendaraan, mereka sambil berjualan minuman dengan gerobak di pinggir trotoar, sesekali mereka bergantian peran. Satu menunggu dagangan dan melayani pembeli, yang satu lagi tiup peluit mengatur kendaraan.
Bergantian memegang peran
Saat saya keluar dari toko kebetulan Bu Semi yang menunggu gerobak daganganya, saya pun memesan segelas kopi sambil berbincang ringan dan menikmati suasana malam yang begitu cerah.
Pembawaannya sangat sederhana, ramah dan senyum yang terus menghiasi‎ wajahnya. Menyapa dan menjajakan daganganya pada pengunjung yang keluar sehabis belanja dan para pejalan kaki yang melintasinya.
"Mas, monggo mau minum dingin atau kopi ada,"Â ucap Bu Semi menawarkan daganganya.
Ibu empat orang anak ini berbagi cerita sedikit kepada saya tentang perjalanan hidupnya jadi tukang parkir sejak umur dua puluh tahunan. Dengan pendidikan yang rendah tidak lantas membuat mereka patah arang dan kecil hati. Untuk bertahan hidup mereka memutar otak untuk kerja apa saja yang penting halal demi mengejar asa masa depan.Â
Dulu bagi mereka sulit untuk mencari makan sehari-sehari dan menafkahi anak-anaknya di kota besar dengan segala kebutuhan, biaya sekolah, dan tetek-bengeknya.
"Lare kulo sekawan mas, sing pertama sami sing nomer kalih sampun lulus kuliah, Alhamdulillah sampun kerjo, sing nomer tigo ngaos pengen dados ustadz, sing bungsu taseh SMPÂ (anak saya empat mas, yang pertama dan kedua sudah lulus kuliah, Alhamdulillah sudah bekerja, yang ketiga mendalami ilmu agama ingin jadi ustadz, yang bungsu masih SMP)", cerita Bu Semi.Â
"Sampun dangu dados tukang parkir teng mriki (sudah  lama jadi tukang parkir disini)", tanyaku.
"Mpun dangu mas, wonten selangkung tahun wiwit lare kulo engkang mbarep taseh umur gangsal tahun (sudah lama mas, ada dua puluh lima tahun mulai anak saya yang pertama masih umur lima tahun)", jawab ibu empat anak ini.
Setiap orangtua tentu akan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tak hanya soal nafkah, orangtua juga rela melakukan apapun untuk membiayai pendidikan sang anak hingga di jenjang yang tertinggi.
Usaha memang tak pernah mengkhianati hasil. Apa yang dilakukan Bu Semi dan Pak Soleh dalam mencari nafkah untuk keluarganya ternyata tidak sia-sia. Anak pertama dan yang kedua kini sudah lulus kuliah di salah satu perguruan tinggi ternama di kota Semarang dan sudah bekerja.
Di usia yang sudah tak lagi muda, Bu Semi dan suaminya masih tetap semangat menjalani aktivitasnya. Kegigihan dan selalu bersyukur dalam menghadapi hidup selalu ditanamkan dan diajarkan kepada anak-anaknya.
Rajutan mimpi Bu Semi (52) bersama suaminya Pak Soleh (58) untuk menyekolahkan empat anaknya sungguh patut dijadikan contoh untuk selalu semangat dalam menjalani di setiap ritme kehidupan.
Kisah perjalanan hidup dari pasangan suami istri yang berdomisili di Kelurahan Sekayu Semarang Tengah ini mungkin salah satu dari sebagian banyak kisah sepasang suami istri dalam menggapai asa meski dari keadaan yang serba tiada.
Kisah perjuangan hidup yang patut dijadikan pelajaran dan renungan. Ikhtiar kerja keras, ikhlas, selalu bersyukur dan kekompakan yang mengantarkan mereka dalam meraih mimpinya.
There is no instant way to achieve a dream.
RuRy
Semarang 23/06/22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H