Mohon tunggu...
RuRy
RuRy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Demak Jawa Tengah

Orang biasa dari desa

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan yang Selalu Menggugah Nostalgia Masa Silam

24 April 2020   21:23 Diperbarui: 24 April 2020   21:47 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan selalu dinantikan dan dirindukan. Tidak hanya keberkahan dan keistimewaan yang ada pada bulan penuh rahmat ini. Di sisi lain bulan puasa selalu mengingatkanku kepada kampung halaman, menggugah nostalgia puluhan tahun silam.

Bulan Ramadan selalu memberi kesan tersendiri bagi kebanyakan orang, terlebih bagi yang sedang merantau atau yang sudah menetap di daerah lain. Di mana pada bulan inilah tidak hanya orang dewasa yang menantikan, begitu juga anak-anak juga merindukan momen sebelum Lebaran ini.

Meski sebagian ada yang sudah menikah dan menetap di tempat lain, tidak menutup kemungkinan kita mengingat masa-masa indah kala bersama keluarga dan teman semasa Ramadan di kampung halaman.

Saya pribadi selalu terkenang kala bulan puasa datang, teringat saat-saat berbuka puasa bersama ibu yang kini telah tiada.

Kebahagiaan waktu berbuka puasa adalah momen yang sangat dinantikan. Bukan masalah tentang menu masakan apa yang dihidangkan, kebersamaan dan kesederhanaan yang menjadikan semua terasa nikmat.

Kala itu, ibu saya sering masak ikan sanget (ikan laut yang di panggang) dibumbui rempah dan cabe secukupnya sebagai lauk menu utama. Cincau (caho) dan santan dengan gula aren sebagai pembuka berbuka tak pernah ketinggalan. Begitu sederhana menu buka waktu itu, namun entah mengapa rasanya selalu saya rindu.

Meski dahulu kami hidup dalam kesederhanaan, namun ibu saya sangat pintar memasak. Karena latar belakang sebagai pedagang kuliner bertahun-tahun menjadikannya lihai mengolah hal yang biasa mampu menggugah selera.

Tak seperti sekarang dimana makanan dan bumbu instan banyak di jual di pasaran. Dulu hanya salah satu merek mi instan yang di kenal. Untuk urusan masakan bumbu ibu meraciknya sendiri dengan takaran dan porsi yang tepat sehingga menciptakan rasa alami dan nikmat.

Begitu juga menu sahur, ibu selalu menghidangkan dalam kondisi hangat, tak ada penghangat nasi elektrik menjadi barang mahal buat kami kala itu, dan semua masih dilakukan alami menggunakan kayu bakar beserta perapian tumpukan bata merah dengan asap sedikit mengepul.

Meski sekarang sudah menjadi legenda, rasa masakanya masih tetap terasa hangat hingga kini. Saya bersyukur pernah merasakan masa di mana semua serba sederhana namun penuh rasa bahagia.

Selain bulan penuh ampunan, Bulan Ramadhan buat saya menjadi bulan yang menggugah ragam nostalgia masa kecil hingga remaja semasa dulu di desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun