Belajar tentang kedewasaan ruang lingkup kelasnya tak terbatas, lebih banyak pelajaran yang tersirat. Yang menjadi pertanyaan adalah, mampukah kita menangkapnya sebagai materi untuk pelajaran?Â
Merujuk istilah Jawa 'unggah-ungguh', yaitu (etika) bisa menempatkan diri sebagaimana mestinya. Ini sederhana lho, tapi ternyata tidak semua orang sanggup melakukannya.Â
Meski individu tersebut tergolong terpelajar juga pintar dalam ilmu agama, tidak jaminan mutu bisa bijak membawa dirinya bersikap atau menyikapi suatu hal. Lebih-lebih dalam diri masih diselimuti tinggi hati karena merasa punya ini, punya itu, dan menganggap diri sendiri lebih tahu dibanding orang lain.
Selain itu, kedewasaan yang lain yaitu bisa memosisikan diri dengan baik. Paham dirinya sedang berada di mana, bagaimana konteksnya, di mana batasan-batasannya, dan apa hak serta kewajibannya.
Tak sedikit orang yang mapan dari segi umur, tapi belum memiliki kepribadian yang matang. Usia memang bukan jaminan dan tolak ukur kedewasaan seseorang. Tak mudah menjadi dewasa. Butuh proses panjang dan tahapan yang njlimet.
Tidak selalu ingin didengarkan, melainkan juga mau mendengarkan. Tidak ada orang yang sempurna atau paham dalam segala bidang. Yang ada orang yang bisa merangkum atas apa saja yang ditangkap  indera. Tentu saja membutuhkan pembelajaran yang terus menerus.
Kedewasaan mengikuti seseorang yang mau rendah hati, mampu menerima nasehat dan masukan dari orang lain dalam hal yang baik. Tidak keras kepala dan mengedepankan egois.Â
Usia memang ikut andil dalam menentukan kedewasaan, tetapi bukan satu-satunya faktor. Justru yang paling menentukan di sini adalah bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung di dalam diri seseorang.Â
Pembelajaran di sini maksudnya bagaimana seseorang mengubah dirinya ke arah yang lebih baik, berdasarkan pengetahuan dan pengalaman hidup yang didapatkan selama ini.Â
Memiliki pengetahuan mengenai moral dan agama saja tidak cukup, ada faktor lain yang pasti mempengaruhi, yakni lingkungan. Kombinasi pengetahuan moral dan agama yang terus distimulasikan ke dalam perilaku keseharian dapat menjadi benteng utama untuk menghindari seseorang melakukan perilaku yang kurang pantas.Â
Rury