Long distance relationship (LDR), hubungan dua pasangan yang terpisahkan jarak kerap diwarnai kecurigaan. Meski komunikasi dan tatap muka digital sering dilakukan. Namun, tak menutup kemungkinan rasa curiga dan penasaran tetap tersimpan di lubuk hati paling dalam.
Komunikasi sebagai satu-satunya sarana dan cara merawat hubungan bagi pasangan yang terpisah jarak. Keterbatasan waktu akan kesibukan kedua pihak kerap memicu perselisihan. Merawat hubungan jarak jauh memang tidak mudah, selain komunikasi saling percaya adalah kunci akan keberlangsungan hubungan tersebut.
Ada yang mengatakan bahwa orang yang bisa menjalani LDR merupakan orang-orang pilihan. ya, pasalnya tidak semua orang bisa menjalaninya. Banyak sekali godaan rintangan yang harus dilalui oleh mereka yang menjalankan hubungan jarak jauh ini, dan rintangan inilah yang sering menjadi penyebab kandasnya hubungan yang dijalani. Namun meskipun begitu, apapun rintangan dan godaan yang mendera jika sudah memiliki sebuah komitmen yang kuat maka seharusnya bisa dipertahankan.
Mengutamakan kualitas, bukan kuantitas
Bagi sejoli yang menjalin LDR pastikan sudah sama-sama tahu akan waktu kesibukan masing-masing.
Keterbatasan waktu berkomunikasi hendaknya dimanfaatkan untuk membicarakan hal yang urgen atas hubungan yang sedang dijalani.
Terpisah jarak memang selalu menghantui rasa penasaran kepada pasangan. Jangan berasumsi dan bermain-main dengan perasaan yang kita perankan sendiri. Jadikan momen penantian untuk mengasah kedewasaan berpikir kedua pihak, bagaimana menumbuhkan rasa saling percaya, mempertahankan, dan belajar bersabar.
Kualitas komunikasi dua arah yang sehat bukan pada seringnya chat atau video call, namun lebih pada apa yang didiskusikan saat berlangsungnya komunikasi itu sendiri. Bukan berarti harus selalu membicarakan yang serius karena justru akan memicu kebosanan.
Jangan dengarkan suara sumbang
Tidak menutup kemungkinan terpaan gosip dan isu sering mewarnai sebuah hubungan jarak jauh. Jangan lekas percaya dimasukkan dihati, tetaplah berkepala dingin jangan buru-buru menghakimi. Tetap menjaga komunikasi sembari mencari bukti kebenaran tentang isu tersebut. Sehat dan tidaknya hubungan LDR akan terlihat lewat tabiat dan gelagat. Percayalah, kondisi hati tak bisa ditutupi.
Apapun jalan yang kita tempuh selalu ada konsekuensi. Termasuk LDR/ hubungan jarak jauh yang dijalani. Jangan mengedepankan egois dan bersikap selalu ingin tahu (posesif) apapun yang dilakukan pasangan. Jangan membuatnya merasa tidak nyaman dengan selalu memonitor. Bagaimanapun juga, ada sisi lain yang tidak bisa diungkapkan kepada pasangannya sekalipun. Hormatilah bahwa setiap orang punya privasi, termasuk pasanganmu sendiri.
LDR bisa merekatkan namun juga bisa meretakkan.
Sebagai contoh, sepasang sejoli bahkan pasangan yang sudah resmi menikah pun yang dulunya baik-baik saja acapkali mengalami perselisihan kala terpisah oleh jarak. Komitmen yang dulu disepakati bersama seolah dengan mudah diingkari dengan beragam motif yang melatarbelakangi.
Dalam hal ini jangan beranggapan bahwa apa yang kita inginkan mesti selalu berjalan seperti apa yang kita harapkan. Jangan lupa, ada dominan peran Tuhan yang mungkin tidak bisa kita ketahui sekarang namun akan bermanfaat dimasa yang akan datang.
Kecocokan tidak bisa dipaksakan dengan menjadikan diri kita berperan seperti orang lain.
Menjalin dan merawat hubungan LDR memang tidak mudah. Tidak cukup dengan seringnya komunikasi tapi lebih pada kualitas komunikasi.
Ahmad Rury
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H