Teringat masa kecil menonton televisi milik tetangga dengan gambar yang hanya hitam dan putih. Saya tidak tahu apakah warna sesungguhnya yang saya lihat kala itu benar hitam atau putih. Pandangan saya hanya terbatas oleh dua warna pada televisi tempo dulu itu, pelangi yang sebenarnya indah warna-warni pun terlihat hanya hitam dan putih.
Merujuk dua warna "hitam putih" yang mempunyai arti yang sangat luas dan universal. saya pun berfikir bagaimana dalam menjalani kehidupan hanya berpandangan bahkan dipenjarakan oleh dua warna (pandangan terbatas) tersebut?
Bukan sebatas untuk dijalani, dinikmati, namun juga dimaknai. Setiap orang yang masih diberikan kesempatan bernafas tentu bisa menjalani, bagaimanapun kondisinya. Akan tetapi, untuk menikmati dan memaknai kelihatannya sederhana namun sangat sulit jika pandangan kita hanya dibatasi oleh dua warna dalam hidup ini.
Mengapa?
Pada umumnya kebanyakan kita melihat sesuatu hal yang bersifat "normatif", tentu wajar. Namun jangan sepenuhnya menjadikannya acuan, apalagi menganggapnya keniscayaan. Secara tidak langsung kita telah mengungkung dan membatasi diri kita sendiri untuk belajar berfikir lebih luas.
Begitu banyak warna-warni kehidupan yang terbungkus rahasia dalam wujud ragam peristiwa. Dan sebagai manusia yang dianugerahi organ untuk berfikir dan merasa sudah semestinya kita memanfaatkannya untuk mencari tahu akan warna-warni yang masih misteri.
Tidak sekedar menjalani, namun bagaimana caranya bisa menikmati dengan ragam kondisi
Untuk menyantap semangkuk mie akan lebih nikmat dan mudah bila kita menggunakan sumpit atau garpu, lain hal jika kita menggunakan sendok. Begitu juga kita akan kesulitan menjalani apalagi menikmati hidup jika pandangan terbatas pada dualisme hitam putih itu sendiri.
Sebelum kita bisa menikmati hidup terlebih dulu kita harus mampu melihat nikmat atau anugerah dalam hidup itu terlebih dulu. Sebab, pandangan kita sendiri sering kabur dalam melihatnya (nikmat/anugerah) itu yang mana dan seperti apa. Mungkin karena kecenderungan kita dalam melihat sesuatu hanya berdasarkan wujud dan normatif.
Baca juga: Memaknai Ungkapan "Bejo" yang Sebenarnya
Sebagai contoh, mengapa sesorang yang kehidupannya berkecukupan dari segi finansial namun tidak bahagia bahkan berpisah? Tentu kita akan bertanya dalam hati, kok bisa ya. Nah, inilah salah satu bukti bahwa radar kita hanya mampu menangkap informasi permasalahan dari permukaannya saja. Kita tidak tahu akar masalahnya apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Seperti gambar televisi zaman dulu yang hanya mampu memberikan hitam dan putih untuk kita tonton, tanpa tahu keaslian warna yang sebenarnya.