Mohon tunggu...
RuRy
RuRy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Demak Jawa Tengah

Orang biasa dari desa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ingin Mendapatkan Ilmu yang Berkah? Hormatilah dan Tawadhu dengan Gurumu

3 Februari 2018   15:20 Diperbarui: 3 Februari 2018   18:11 2003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: isyKarima.com

Bagi para penuntut ilmu, ada satu hal yang harus menjadi perhatian dan jangan sampai  dilalaikan, yaitu mencari keberkahan ilmu.

"Hormatilah siapapun gurumu itu, meski kamu memendam rasa jengkel kepadanya. Mungkin karena cara guru itu menyampaikan materi yang tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan, atau karena alasan pribadi lainya, karena salah satu untuk mendapatkan ilmu yang berkah adalah tawadu' dan menghormati guru-gurumu". Sepenggal nasihat yang pernah saya dapatkan dari seorang Kyai di Jawa Tengah.

Kita bisa membaca, berhitung, dan menulis juga karena guru. Bahkan saya yang hanya lulusan SD pun tetap bisa membaca dan berani menulis disini juga karena guru-guru SD saya dulu yang hebat. Sampai detik ini apa yang pernah diajarkan guru-guru saya semasa SD dulu masih membekas dan teraplikasi seperti untaian kata yang tersusun ini.

Dalam hati saya menagis membaca berita penganiayaan yang dilakukan seorang siswa kepada gurunya hingga sang guru meninggal dunia. Apapun masalah yang melatarbelalakangi itu, sungguh ini bisa menjadi pelajaran besar bagi kita semua, khususnya kepada para guru dan siswa. Perlu kita sadari bersama, bahwa sekolah tidak hanya melulu berkompetisi untuk mengejar nilai (angka) semata, namun lebih kepada masalah karakter dan kepribadian dimulai sedini mungkin. Buat apa mampu mengejar nilai tinggi namun bobrok dalam hal kepribadian.

Kembali ke topik

Pastinya kita masih ingat kan? Setiap tanggal 25 november kita memperingati hari guru, Bapak presiden  pun masih tetap tawadu' dan menghormati jasa guru dengan membungkukkan badan dihadapan ribuan para guru. "Saya bisa menjadi presiden juga karena jasa guru",ucapan presiden disela-sela berpidato di peringatan hari guru tahun lalu.

Contoh yang sangat nyata saya alami sendiri, meski hanya sebatas lulusan SD saya bisa membaca dan menulis. Itu juga karna jasa, kehebatan, dan kesabaran guru-guru saya dulu, materi-materi yang dulu disampaikan dan diajarkan masih saya ingat dengan baik. Walau lulusan sekolah dasar saya masih tetap bersyukur, bukan karena kemalasan untuk belajar tapi karena keterbatasan ekonomi keluarga hingga saya harus berpuas dengan label lulusan SD.

Memanfaatkan kesempatan dengan sebaiknya.

Bagi yang diberikan kesempatan untuk belajar, baik di sekolah, madrasah, pesantren, hingga perguruan tinggi, bersyukurlah dan manfaatkan untuk mencari ilmu dengan sebaik-baiknya. Sesekali nyawang (tengoklah) kebawah, masih banyak saudara-saudara kita yang ingin sekolah dan belajar namun terbentur kondisi ekonomi. Masih banyak saudara dan teman- teman kita yang merelakan masa masa sekolahnya dengan bergelut dan  bersusah payah demi mengejar rupiah. Tengoklah saudara-saudara kita yang terpaksa meninggalkan buku pelajarannya untuk mengais rezeki demi sesuap nasi.

Sumber: Nasional Kompas
Sumber: Nasional Kompas
Hormatilah guru-gurumu yang sepenuh hati mendidikmu, karena dialah yang selalu menyalakan lentera dari kegelapan dan kebodohanmu. Tanpanya, kamu tidak akan tahu apa-apa, meski kadang dia digaji tak seberapa namun masih tetap teguh dan setia mendidikmu dari kehilangan arah, dialah Pahlawan tanpa tanda jasa.

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang berkah, dan salah satu untuk meraih itu dengan menghormati dan tawadu' lah dengan guru-gurumu. Kualitas ilmu yang berkah, sekalipun sedikit dan baru ditempuh dalam waktu singkat, itu bisa mengalahkan kualitas ilmu yang telah dipelajari puluhan tahun lamanya.

Tulisan ini sebagai ungkapan terimakasih saya yang setinggi-tingginya kepada guru-guru SD saya. Walau hanya mentok lulusan SD, namun karna kesabaran dan jasa-jasanya dalam mendidik saya dulu, saya masih bisa menulis disini seperti yang engkau ajarkan dulu. Sekali lagi, terima kasih. 

Rujukan: 1,2

Ahmad Rury

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun