Mohon tunggu...
Ruri Wijareni
Ruri Wijareni Mohon Tunggu... Mahasiswa - wijarenirury@gmail.com

Mahasiswa Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bagaimana Pandemi Global Memengaruhi Kesehatan Mental

3 Juli 2021   21:21 Diperbarui: 3 Juli 2021   21:30 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin banyak orang berpikir bahwa keamanan dan kedaulatan hanya tentang serngan militer saja. Namun hal itu tidak relevan lagi dengan zaman dan globalisasi saat ini. Kalau kita lihat, sudah banyak hal-hal yang aneh dan tak terduga di luar sana yang bisa membahayakan diri kita khususnya dalam kedamaian dan kesejahteraan. 

Terdapat perkembangan masalah keamanan dimana isu kesehatan menjadi isu keamanan utama karena pandemi COVID-19 yang muncul dan menyebar ke semua negara di dunia. Bisa dibilang COVID-19 ini seperti angin kencang yang tiba-tiba menerpa selruh umat manusia. secara umum, pandemi global masuk ke dalam keamana non tradisional dimana isu-isu yang diliputinya adalah isu ekonomi, politik, sosial, dan bahaya yang dapat mengancam nyawa manusia (Nurhasanah, 2020). Karena COVID-19 yang mengancam nyawa manusia, maka dapat dikatakan bahwa fenomena ini masuk kedalam isu human security.

Kita harus tau latar belakang COVID-19 sebelum membahas mengenai bagaimana dampaknya kepada kesehatan. COVID-19 menurut pemberitaan di media mula-mula ada di negara China. Virus ini muncul di akhir tahun 2019 tepatnya di Kota Wuhan (Kompas, 2020). Apa mungkin kemunculannya ini sudah disadari sejak awal? Saya rasa tidak. Seperti yang terlihat, virus ini sudah menyebar kemana mana karena dibawa oleh orang-orang yang bahkan tidak tahu kalau mereka sedang membawa virus. Jadi wabah Corona ini menyebar dengan cepat dan membuat negara-negara kewalahan. 

Dalam konteks pandemi, human security mengakui kesehatan bergantung pada sistem pencegahan penyakit yang baik, ketersediaan akses kesehatan yang mudah, dan lingkungan yang luas tempat orang tinggal (UN, 2020). Sampai hari ini, sudah banyak negara-negara yang buat banyak kebijakan untuk menghadapi pandemi ini. Salah satu kebijakan yang sempat serentak dilakukan adalah membatasi aktifitas orang-orang untuk keluar rumah. Sebenarnya sebutan ini berbeda-beda di banyak negara.

 Ada yang menyebutnya lockdown. Kalau di Indonesia, kita menyebutnya PSBB dan sekarang ini sedang PPKM (Tempo, 2021). Kebijakan ini membuat semua aktifitas yang biasa di lakukan jadi berubah. Contoh, para pelajar yang biasa datang ke sekolah harus belajar secara online. Lalu orang yang bekerja di kantor juga harus kerja online di rumah. Banyak mall dan tempat hiburan yang ditutup sementara untuk menghindari kerumunan yang ada. Pembatasan aktifitas dan lain-lainnya ini mencegah orang untuk bergerak dan  bersosialisasi. Pastinya ada efek secara mental untuk masyarakat karena terbatasnya ruang gerak. 

Rozali et al (2021) mengatakan bahwa ahli kesehatan PBB menunjukkan krisis kesehatan mental selama pandemi. Ini bisa terlihat dari orang-orang di sekita kita. Untuk sebagian orang, diam di rumah bukan sebuah masalah. Tapi saya melihat bahwa banyak orang yang merasa stres meskipun sudah di rumah. Selain itu, saya melihat bahwa orang juga merasa tertekan dengan pemberitaan media yang menunjukkan data statistik korban COVID-19 dan juga bagaimana virus ini semakin lama semakin memperbanyak jenis-jenis seperti yang kita semua kenal sebagai mutasi. Orang-orang yang setiap hari menonton pemberitaan ini di tv lama kelamaan akan merasa stres dan tertekan karena merasa seluruh lingkungan sekitarnya sudah tidak baik-baik saja. 

Selain stres karena melihat keadaan yang di sebabkan pandemi global, banyak orang yang juga stres memikirkan beban masalah yang semakin bertambah. Beberapa masalah semakin menekan orang-orang, seperti masalah pendidikan, karir, finansial, dan banyak hal yang berkaitan dengan masa dapan. Oranag-orang cenderung takut sakit ataupun tertular virus, mereka juga mengkhawatirkan bagaimana keadaan setelah pandemi. Masalah pandemi ini menjadi hal yang akan terus menekan terutama bagi orang-orang yang bergantung pada mata pencaharian yang memerlukan keluar rumah. Oleh karena itu, keadaan ini akan mengganggu mental orang-orang (Ismaya et al., 2020). Akibatnya, banyak juga orang yang akan mendapatkan covid-19.

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Pandemi Covid-19 telah menjadikan kesehatan mental sebagai isu yang berarti bagi dunia. Telah dilakukan juga survei tentang mental health oleh WHO, terdapat banyak negara yang sudah melaporkan peningkatan kasus terhadap layanan kesehatan mental. Dengan kata lain, Covid-19 nyatanya memberikan akibat yang sangat signifikan. Kemudian, mengutip dari halaman iNews.id, menurut penelitian yang dikeluarkan oleh Barcelona Institute for Global Health pada April 2021. Permasalahan kesehatan mental yang diakibatkan oleh Covid-19 berpotensi menjadi pandemi selanjutnya. 

Dalam hal ini peran masyrakat dan pemerintah tidak bisa diabaikan. Dibutuhkan transparansi dan komunikasi yang baik dalam sebuah negara. Kunci bertahan dalam pandemi ini dapat dilihat dari peran semua lapisan masyarakat yang mau bekerjasama satu sama lain. Bagi saya pribadi, ada beberapa cara yang saya lakukan supaya tidak merasa stres dan terkena penyakit mental. Saya akan menyibukkan diri untuk melakukan hobi saya seperti menonton film, memasak, dan biasanya melakukan percakapan virtual bersama dengan teman-teman saya. saya juga mengatur pola tidur saya karena tidur yang berkualitas memmpengaruhi suasana hati. Yang terpenting sebisa mungkin membatasi pemberitaan media yang membicarakan mengenai COVID-19 serta perbanyak beribadah agar terus dikuatkan dalam menghadapi segala cobaan. Ini bisa membantu semua orang memiliki kesehatan mental yang baik. Kalau kesehatan mentalnya saja sudah  menurun, bagaimana imunnya bisa kuat. Saya berpikri bahwa tidak baik bagi orang yang memiliki potensi tapi tidak mau berkontribusi. 

Melalui pendapat ini, saya yakin kalau bersama-sama saling membantu, maka pandemi ini akhir segera berakhir. Yang terpenting untuk kita semua adalah jangan panik dan putus asa. Perasaan seperti itu hanya membuat imun kita turun. Mematuhi protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak juga tidak kalah pentingnya. Kemudian juga, pentingnya solidaritas global dalam berbagi informasi maupun pengetahuan untuk mencegah teori konspirasi dan pertempuran psikologis untuk kesehatan mental dan keadaan yang lebih baik.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun