Saya seorang gadis kelahiran 1998. Sejak kecil, saya melihat iklan rokok di mana-mana, mulai dari jalan menuju sekolah, warung dekat rumah, jalan besar di kabupaten, dan di TV. Kenapa? Karena font dan kemasan iklan industri rokok begitu membekas, Djarum Foundation, Djarum Super League, dll. Dengan mudah, semua orang sudah bisa menebak, itu sponsornya rokok. Sama persis seperti film Galih dan Ratna.
Pak, sebenarnya, di dalam hati saya yang paling lubuk, saya ingin bertanya, kenapa sih, Pak Jokowi mboten aksesi FCTC? Bapak bilang, jangan sampai ada uang untuk beli rokok dan mengesampingkan gizi anak. Lalu, setelah itu, apa yang akan Bapak lakukan sebagai Presiden Republik ini? Saya tidak bisa terus menunggu saja, Pak. Saya sudah ndak kuat. Teman-teman saya sudah banyak yang menjadi perokok. Jumlah perokok anak makin edan, Pak. Padahal, siapa sih, yang akan menentukan arah Negara, kalau bukan kita-kita? Batinku sedih, Pak. Ngeri, deh, kalau ngebayangin negeri ini sepuluh atau lima belas tahun mendatang, dipenuhi orang sakit. Apa lagi kalau pulau-pulau  di Indonesia terbang satu persatu karena terbawa asap rokok. Terus, kita semua mau tinggal di mana dong, Pak? Maaf, Pak. Maaf, mungkin Bapak ingat tentang gajah diblangkoni.
Doa saya, semoga Negara segera bertindak. Yang kami butuhkan adalah kejelasan, bukan ketidakjelasan dalam hubungan!
Ayo, Pak. Kalau sudah komitmen, ya ayo, bikin aturan yang jelas, supaya para cukong tirani, tak lagi menindas generasi ini!
Salam sayang,
Ruri.
Matur sembah nuwun, Bapak yang baik. Lekas berjumpa, ya. Saya pingin salim dan tos dua tangan. :)
Pak Jokowi, daaaaaa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H