Mohon tunggu...
KAVA
KAVA Mohon Tunggu... Freelancer - a reader

Pasukan hujan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepatu Itu Tidak Jahat, Nak!

2 Oktober 2014   16:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:40 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14122167861771397273

“bu, kalau sepatu ini membuatku sakit, bagaimana?”

“ibu sudah membelikan kaus kaki yang hangat dan lembut untuk melindungi kakimu, nak”

“baiklah, aku mau memakai sepatu”

“nah, sekarang kamu pilih saja, mana yang nyaman buatmu,”

“mengapa bukan ibu yang memilihkan?”

“dik, kamu harus belajar menentukan pilihan. Semua ada konsukuensinya, kamu tidk boleh menggantungkan hidupmu sama siapapun”

“lantas, bagaimana caranya memilih?”

“tutup matamu, berdoalah pada Tuhan”

“baik”

“nah, sudah belum?”

“aku mau yang itu!”

“oh, yang hitam bertali. Tapi ada sedikit warna putih di bagian sol nya, adik tidak apa-apa?”

“aku suka yang itu. Mulai sekarang, dia akan menjadi temanku, juga kaus kaki yang ibu belikan,”

“baik, ayo kita bayar”

“asyik, terimakasih ibu!”

Sesampainya dirumah, gadis itu mengambil semir sepatu dan menyulap sol sepatu barunya menjadi hitam legam. “nah, beres. Besok aku sekolah sama kamu ya, sepatu. Jangan nakal, semirnya jangan hilang dulu! Jangan sampai kamu diambil makhluk-makhluk jahat yang disana, hanya karena warna solmu bukan hitam” gadis itu berbicara pada sepatu barunya.

Pada suatu pagi, tiga bulan setelah dia membeli, sesampainya di sekolah, dia mengerjakan tugas fisika yang belum sempat tersentuh. Gadis itu bersikap biasa dan sewajarnya, penuh semangat dan keceriaan. Tidak ada yang janggal, semua baik-baik saja. Dua jam sudah berakhir, kelas olah raga segera dimulai. Setelah berganti baju dan mengikat tali sepatu yang terlepas, dia berjalan menuju lapangan.

“sudah berdoa, biar semua lancar dan ndak laper kalok pas olah raga. Eh, sepatunya disita mereka, Buk!” gadis itu menelpon ibunya setelah beberapa menit yang lalu sepatunya disita di kelas olah raga.

“wis, ndakpapa. Ndak usah ikut kelas olah raga. Ibu lagi sibuk, ndak bisa nganter sepatumu yang di garasi itu, nanti pulang sekolah beli aja, atau beli sandal dulu ndak masalah” jawab wanita tua dalam telponnya.

“ya, oke. Asalamualaikum” dan gadis itu menutup telponnya.

Kemudian gadis berkacatama itu kembali ke kelas dan segera menata hatinya. Merelakan teman kesayangannya diambil oleh mereka. Luput!

[caption id="attachment_345515" align="aligncenter" width="480" caption="Gadis itu, yang berkacamata."][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun