Tetapi jika permasalahan tersebut tidak ditangani dengan cepat, akan menjadi boomerang bagi pendidikan Indonesia. Seperti halnya pada tujuan utama pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu "pendidikan nasional berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan  bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu,  sehat,  cakap,  kreatif, mandiri, dan  menjadi warga negara yang demokratis dan  bertanggung jawab" (Kemndikbud: 2003). Tujuan dari pendidikan inilah yang akan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Bentuk dari perkembangan teknologi dan digitalisasi pada pendidikan sekarang ini dirasakan juga pada salah satu ilmu sosial yang ada, yaitu sosiologi.
Sosiologi sebagai salah satu cabang dari ilmu sosial sudah ada setelah ilmu alam dan ilmu sosial hadir, hal ini ditandai dengan adanya perubahan masyarakat di masa sebelum masehi. Munculnya sosiologi sebagai ilmu merupakan hasil proses empiricall-historis dan perkembangan pemikiran filosofis yang melatarbelakangi situasi sosial politik di Eropa Barat abad 15 sampai 18.
Teknologi juga memberi pengaruh kepada ilmu sosiologi sehingga menjadikan banyak ilmuwan yang mengkaji hubungan teknologi dengan sosiologi di era digital. Perlu diketahui bahwasannya sosiologi berbasis digital telah ada sejak tahun 2012 dan tahun 2015 Deborah Lupton seorang sosiolog Australia menerbitkan buku yang berjudul Sosiologi Digital. Maka dari itu perlunya pengkajian penting akan perubahan serta transformasi sosiologi dalam menghadapi era digital.
BAGIAN (TEMUAN DAN ANLISIS)
Sosiologi mengalami perkembangannya dari zaman ke zaman dan dibagi menjadi beberapa periode, yakni :
- Perkembangan awal : Socrates, Plato dan Aristoteles menganggap bahwa masyarakat terbentuk begitu saja tanpa adanya sesuatu yang merubahnya. Sepertinya perkembangan dan kemunduran yang dialami masyarakat, kemakmuran dan krisispun menjadi permasalahan yang tidak dapat dihindari. Namun pemikir seperti Agustinus, Avicenna dan Thomas Aquinas membahas bahwa nasib masyarakat harus diterima sebagai bagian dari kehendak ilahi, karena sebagai manusia kita tidak dapat mengetahui dan menentukan apa yang akan terjadi. Pada periode ini perubahan masyarakat belum terpikirkan.
- Abad pencerahan (Rintisan Kelahiran Sosiologi) : abad 17 meruoakan abad perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berpengaruh pada perubahan masyarakat. periode ini mulai terjadi bahwa perubahan yang ada di masyarakat dapat dijelaskan secara rasional. Sehingga metode ilmiah muncul untuk mengamati masyarakat.
- Abad revolusi (Pemicu Lahirnya Sosiologi) : di abad ke-18 terjadi perubahan revolusioner yang terjadi secara cepat dan membuat struktur masyarakat menjadi berubah. Pada abad 18 ini erjadi tiga revolusi besar yakni revolusi Amerika yang ditandai dengan didirikan negara republik di Amerika Utara yang sistem pemerintahannya demokratis, revolusi industri ditandai perubahan besar dalam bidang produksi (tenaga manusia menjadi tenaga mesin) dan pengaruh kelas sosial (borjuis dan proletar), dan revolusi Prancis.
- Kelahiran sosiologi : Â Sosiologi muncul diabad 19 yang digagas oleh Aguste Comte. Di abad ini para ilmuwan mulai menyadari kondisi dan perubahan sosial secara khusus. Aguste Comte dalam buku Course de Philosophie Positive yang membahas mengenai masyarakat dengan pendekatan khususnya.
- Kelahiran sosiologi modern : perkembangan sosiologi sangat pesat di Amerika dikarenakan adanya gejolak sosial di abad ke-20 M. Banyak para imigran yang datang ke Amerika, munculnya industri baru, tingkat kriminalitas yang tinggi, kerusuhan dan tuntutan hak wanita dan kaum buruh. Melihat hal itu, para ilmuwan berpikir bahwa pendekatan sosiologi lama sudah tidak relevan dengan yang terjadi saat itu.
Selain dari perkembangan sosiologi tersebut, terdapat sebutan baru bagi sosiologi sekarang ini, yaitu adanya sosiologi digital. Dalam bidang pendidikan transformasi sosiologi di era digital mempersiapkan peserta didik untuk lebih memahami dan mengerti penggunaan teknologi dalam proses belajar. Dengan hal itu, pendidikan akan mengajarkan mengenai keterampilan khusus yang berguna bagi masa depan.
Maka, dalam pembelajaran sosiologi harus bertransformasi untuk memenuhi kebutuhan itu. Menurut Deborah Lupton sosiologi digital adalah pengejawantahan karakterstik kumulatif sosiologi karena berkembang meluas dari konsep sosiologi cyber dan menekankan empat konsep sosiologi digital yaitu :
- Proffesional digital practice atau praktik profesional digital : Penggunaannya ini bersifat digital untuk aktivitas yang sifatnya profesional seperti pengajaran virtual dan lainnya
- Analyses of digital technology atau analisis teknologi digital : Pemahaman akan penggunaan media digital oleh inidvidu untuk mengatur konsep diri dan relasi sosial
- Digital data analysis atau analisis data digital : Pemanfaatan data digital untu riset, penelitian sosial
- Critical digital sociology atau sosiologi digital kritis : Segala sesuatu yang didapatkan dari digitak dipergunakan dengan bijak dan kritis. (Lupton, 2015:4-16).
Istilah sosiologi digital pertama kali diketahui dikarenakan tulisan ilmiah sosiolog Amerika, Jonathan R. Wyann (2009) yang meilihat bahwa antara teknologi dan sosiologi terdapat sebuah keterkaitan yang jelas dan juga membicarakan mengenai trik dan cara dalam teknologi digital yang dimanfaatkan dalam penelitian dan pengajaran (Tendi dalam Jonathan, 2009).
Sosiologi digital dalam pengajaran hakikatnya digunakan oleh para pendidik agar menciptakan pembelajaran yang lebih inovasi dan kreatif. Tuntutan itulah yang membuat para pendidik harus selalu meng-upgrade dirinya agar tidak ketinggalan zaman sehingga mampu menjadi guru yang profesional.Â
Pada abad 21 pun guru teknologi menjadi pernanan penting untuk mengajar. Karena sistem e-learning yang sudah dijalankan, sistem ujian berbasis komputer melalui aplikasi tertentu, penggunaan laptop dan proyektor di kelas menjadi kemampuan dan ketrampilan yang harus dimiliki.
Selain itu, abad 21 siswa juga dituntut untuk meningatkan kreativitas dan menghasilkan inovasi, berpikir kritis, rasa ingin tahu yang tinggi, dapat memcahkan masalah yang dihadapi, memiliki rasa kepekaan sosial dan peduli antar sesama, dapat berkomunikasi yang baik dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, dapat bekerjasama dan berkolaborasi dengan orang lain dalam tataran lokal, nasional dan global. Melalui era digital akan semakin membantu untuk menciptakan tuntutan dari pendidikan abad 21.