Mohon tunggu...
Ruri Prattycia
Ruri Prattycia Mohon Tunggu... Lainnya - baru memulai menulis

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terbelenggunya Sebuah "Pendidikan"

29 Desember 2021   17:51 Diperbarui: 29 Desember 2021   17:58 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pendidikan (Sumber: ACT Banten)

Ruri Prattycia

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ

Jakarta - Nyatanya pendidikan kita saat ini masih tergolong dalam bentuk suatu ketidaksadaran akan pendidikan yang membebasan. Dalam hal ini masih banyak sekolah -- sekolah yang "membungkam" peserta didiknya tanpa mau mendengarkan cara berpikir kritis mereka mengenai sesuatu permasalahan yang ada. 

Berdasarkan survei oleh Programme for Internasional Student Assessment atau PISA, Indonesia berada pada peringkat 72 dari 77 negara. Bisa dilihat bahwasannya sangat rendahnya pendidikan kita dibandingkan dengan negara tetangga lainnya.

Pendidikan saat ini pun menajdi sangat terhambat dalam pembentukan karakter dan kualiatas sumber daya manusianya, terlebih dalam pelaksaan mengembangkan rasa kreativitas dan imajinasi yang dibelenggu secara tidak langsung oleh pendidikan. Peserta didik yang umumnya sudah ditindas, direndahkan, diubah menjadi penonton saja, disugestikan dengan mitos -- mitos yang tidak benar adanya, menjadikan gambaran dunia dalam pendidikan sekarang (Freire, 1984).

Dehumanisasi. Kata itulah yang menggambarkan penindasan akibat dirampasnya hak -- hak kemanusiaan peserta didik dan sebuah kemunduran nilai pendidikan. Tidak ada lagi pendidikan yang memanusiakan manusia. 

Yang ada hanyalah pendidikan untuk kepentingan para elit yang telah menginginkan peserta didik untuk siap bekerja kepada mereka. Seolah -- olah peserta didik hanya dijadikan "sapi perah" yang dibutuhkan tenaganya tanpa memikirkan yang lain.  

Dalam bukunya yang berjudul Pendagogy Of the Oppressed atau penddikan kaum tertindas, yang mana perlunya kesadaran untuk menyadarkan kaum tertindas akan pentingnya merebut kembali hak yang telah dirampas, dijarah oleh kaum penindas sehingga peran penting dari pendidikan mampu membantu untuk mewujudkan dan mencapai tujuan.

Realita yang adapun dalam proses belajar mengajar masih diterapkannya teacher centered membuat banyak peserta didik menjadi pasif dan hanya menerima begitu saja ilmu pengetahuan yan diberikan. Peserta didik tidak diberi kesempatan yang cukup untuk mengembangkan pola berpikir untuk mempertanyakan apapun yang tidak diketahuinya.

Hal ini berarti menjadikan pendidikan yang tidak bebas dan hanya membelenggu kaum tertindas yang tidak memiliki kekuatan dan kesempatan untuk mengubah kehidupannya.

Seperti yang dikritik oleh Paulo Freire dimana ia mengencam metode belajar mengajar banking concept of education. Melalui cara seperti ini dapat dijadikan alat menindas kesadaran akan realitas yang sejati dan menyebabkan seseorang menjadi pasif dan menerima begitu saja keberadaannya yang dalam kata lain seperti yang dikatakannya "Education thus become an act of depositing, in which the students are dopositories and the teaher is the depositor" (Freire: 58).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun