"Bu, rempeyek saya juga habis", ujar Olivia  yang membawa 30 bungkus dengan harga Rp.2500,- setiap bungkusnya. Mereka merasa senang dan tidak canggung saat harus menjual barang dagangannya. Ini mendidik anak untuk kuat mental dalam menjajakan dagangannya.
Sedangkan Reni juga membawa sule mengeluhkan dagangannya masih banyak, justru malu dan disembunyikan di kolong meja. Padahal jika dia tidak menyembunyikan dagangannya pasti habis, karena semua guru berkomitmen membeli dagangan anak-anak hingga tak tersisa.
Berikut manfaat diadakan gelar P5 tema kewirausahaan
Satu, penerapan pembelajaran berbasis pengalaman
Seperti ilustrasi di atas bahwa panen karya kali ini adalah menjual produk hasil olahan dari bahan dasar kedelai yang telah diproyeksikan. Sebelumnya sekolah mendatangkan nara sumber produsen tempe untuk memberikan pelatihan secara langsung bagaimana cara membuat tempe.
Pelaksanaan yang berlangsung secara maraton itu berhasil dengan sukses. Anak-anak mempraktikkan secara langsung setiap tahapannya. Mulai dari pemilihan kedelai, mensotir kedelai dengan kualitas yang baik. Kemudian melakukan perendaman selama 24 jam.
Esuk harinya dilakukan pengukusan selama 2 jam. Kemudian peragian dan yang terahir pengemasan. Kegiatan itu berlangsung secara maraton hingga menjadi tempe yang siap diolah. Hasil tempe yang sudah jadi selanjutnya digoreng dan dimakan bersama-sama. Bulan  berikutnya anak diajarkan bagaimana membuat susu kedelai hingga pengemasanya.
Konsep pembelajaran diatas sangat efektif karena anak mengalami proses belajar secara langsung, merefleksikan pengalaman dan menerapkan pengetahuan baru.
Dua, melatih mental anak dalam berbisnis
Pelaksanakan gelar karya dengan tema kewirausahaan secara tidak langsung melatih murid untuk berwirausaha. Dengan demikian mereka mengalami prosesnya walaupun masih dalam tahab belajar. Olahan jajanan yang sudah disiapkan dari rumah dijajakan pada meja yang sudah disiapkan anak-anak sendiri dalam bentuk bazar.
Usai mengambil rapot, bagi wali murid yang berminat dipersilahkan membeli aneka makanan yang siap dijajakan. Dengan demikian anak-anak secara langsung akan melakukan transaksi sebagai penjual. Di situlah mental anak akan teruji.