Tetanggaku mengatakan, "Kalau belum menggosongkan wajan, rasanya belum menjadi Mak-Mak", ini salah satu pembelaan Mak-Mak milineal yang suka lupa saat memanasi masakannya.
Entah berapa kali kejadian itu saya alami, mungkin lebih tiga kali saya mengalami wajan gosong, ompreng melengkung, sublub pesok. Berawal dari rutinitas emak-emak yang akrab dengan dapur. Kejadian kilas baliknya sebagai Berikut.
Pertama, saat memanasi sayur lodeh. Kompor dinyalakan 'ceklek'. Beberapa saat kemudian ada tamu. Otomatis langsung saya tinggal dan menemani tamu di ruang depan.
Beberapa saat kemudian, tamu bilang, ", Bu kok ada bau barang yang terbakar ya", ucapnya di sela-sela jagongan.
"Mungkin tetangga belakang rumah Bu, lagi bakar-bakar", ucapku mengabaikan
Setelah itu perbincangan diteruskan, begitu sayik dan santainya saya menjagongi tamu. Sesaat kemudian tamu bilang lagi. "Bu, kok ada asap dari belakang ya",
"Wah mungkin tetangga lagi bediang Bu", bediang itu membakar damen untuk penghangat sapi, fungsinya untuk menghilangkan nyamuk.
Dua kali tamu tadi mengingatkan, namun saya tetap lupa kalau saya tadi sedang memanasi sayur.
Bahkan, saat suami tidur di kamar, dia terbangun karena mencium bau yang menusuk seperti barang terbakar.
Sontak setelah bangun dan menuju dapur ternyata, sayur tewel dan balungan sapi sudah menjadi abu, dan omprengnya sampai melengkung.
Kedua, Saat itu ada tukang sedang mengecat di rumah. Seperti biasa saya berangkat sekolah pagi jam 07.00 WIB, namun sebelumnya saya membuatkan teh dulu, Â karena tukang tidak minum kopi. Karena hanya ada satu orang maka air di ompreng cukup sedikit saja.
Setelah itu saya buka lemari es, ternyata ada teh pucuk di botol yang masih utuh. Ahirnya teh pucuk saya ambil dan saya hidangkan dengan beberapa jaminan dan snak.
"Pak tukang ini, minumnya ya, saya tinggal dulu ke sekolah", ucapku pada tukang sambil pamit ke sekolah. Pak Tukang mengiyakan dan sayapun berangkat sekolah.
Karena jarak sekolah dan rumah cukup dekat kira-kira 600 m, Saat istirakat pertama saya pulang ingin melihat tukang. Pak Tukang sedang mengecat rumah bagian depan. Sesampai di rumah, saya langsung ke dapur, kaget bukan kepalang ternyata kompor masih menyala dan ompreng saya sudah berubah bentuk.
Lagi-lagi itu karena lupa. Mak-Mak tiada duanya kalau sudah lupa. Sayang ompreng sudah tidak bisa dipakai kembali, hanya penyesalan yang terjadi.
Ketiga, saat saya memanasi sayur garang asem. Ada beberapa ikan yang sengaja saya masak dengan kuah secukupnya.
Sore itu sudah adzan maghrib, seperti biasa saya salat berjamaah di masjid, kebetulan rumah dekat dengan masjid.
'Ceklek' komporpun saya putar, teflon saya angkat diatasnya. Kemudian saya berwudlu, niat dalam hati setelah wudlu kompor akan saya matikan. Namun sayang penyakit lupa datang lagi.
Setelah wudlu saya bergegas mengambil mukena dan pergi ke masjid. Salat berjamaah dengan imam, setelah itu wiridan bersama, hingga diahiri dengan salat bakda maghrib. Saya nikmati perjalanan ibadah seperti biasa tanpa ingat ada kompor menyapa di dapur.
Setelah selesai sayapun pulang, saat masuk rumah, bau sedap tercium oleh hidungku, sontak lari ke dapur, ruangan dapur sudah berkabut, karena asap. Saya terbatuk-batuk sambil mematikan kompor. Ternyata garam asemku sudah menjadi abu, tinggal beberapa ikan yang masih bertahan di Teflon.
Sekali lagi Mak rempong kelupaan mematikan kompor. Lupa, lupa dan lupa itu alasan yang klasik. Pengin marah tapi pada siapa, wong saya sendiri yang salah. Yang ada hanya penyesalan mengapa selalu lupa dan lupa lagi.
Berikut tip yang ingin saya terapkan sebagai bentuk kehati-hatian saya supaya tidak terulang kejadian serupa
Satu, jangan meninggalkan kompor dalam keadaan menyala
Salah satu bentuk ketelodoran saya adalah meninggalkan kompor dalam keadaan menyala. Walaupun hanya sebentar saat menyalakan kompor harus ditunggu hingga selesai. Apapun aktivitasnya, baik itu merebus air, memanasi sayur atau saat menggoreng.
Pada dasarnya gas elpigi gampang panas dan tidak membutuhkan waktu lama dalam penggunaannya, sehingga jika harus menunggu sampai matang atau sampai mendidih tidak harus menunggu lama, untuk itu tunggu kompor dan matikan kembali.
Dua, jangan menduakan pekerjaanÂ
Menjadi Mak-Mak, memang luar biasa jika bekerja pasti dengan nyambi, misalnya masak disambi(baca diselingi)dengan menyapu, masak disambi dengan mengeringkan baju atau yang lain sehingga focus pada dua pekerjaan sekaligus. Itu juga yang sering saya alami, mungkin sebagian besar ibu-ibu juga demikian.
Nah, saat seperti itulah konsentrasi pasti akan terpecah. Banyak kejadian yang sama saat memanasi sayur di tinggal menyapu di halaman depan, sehingga yang terjadi sayur gosong.
Tiga, selalu periksa keadaan selang dan tabung elpigi
Banyak kejadian kebakaran karena percikan api dari selang yang bocor. Sehingga kita harus teliti dan jeli. Terkadang terdengar desisan suara elpiji yang kurang pas saat memasang  regulator yang menghubungkan tabung elpijgi dengan kompor.  Jikapun terjadi kelupaan sampai habis gasnya, tidak menimbulkan kejadian yang berbahaya.
Saya juga pernah mengalaminya, saat lupa dalam waktu yang lama. Masakan hangus, sublub pesok, sehingga mati dengan sendirinya karena gas elpigi habis. Beruntung tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, karena posisi selang aman dan tidak ada kebocoran gas elpigi.
Bapak dan Ibu, lupa hal yang biasa, Lupa memang sifat manusia, namun jangan pelihara sifat itu, bahkan orang bilang kalau saya termasuk orang pelupa, sehingga harus hati-hati dan tidak ceroboh. Tak ada salahnya menjaga supaya tidak lupa, karena itu usaha yang paling baik.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H