Komunikasi yang saya bangun bukan lagi tentang kecemburuan dan kesetiaan, namun lebih kepada finansial atau biaya untuk sekolah anak-anak. Bagaimana mengarahkan anak-anak pada study-nya. Mengawal pendidikan mereka hingga ke perguruan tinggi dan pasca kuliah.
Komitmen
Saat pertama kali memasuki gerbang pernikahan saya juga belum akrab dengan istilah komitmen yang ada saling menghormati, dan memosisikan diri bahwa hidup kita harus selaras, sejalan, karena kita punya pasangan hidup yang harus saling memahami.
Dengan berjalannya waktu komitmen bisa terbangun, jika tidak sepakat kita urungkan, jika tidak sepaham kita abaikan. Mengendalikan ego masing-masing sehingga ada kata 'Ayo'.
Jika ada rumah tangga yang hambar karena kurang cinta kasih misalnya, kita lihat seberapa lama usia pernikahannya. Tentu ada fase-fase tertentu dalam pernikahan.
Pertama, fase romatis
 Saat inilah dunia milik berdua, semua di mata pasangan terasa indah. Tai kucing terasa coklat karena masa di mana lagi mabuk cinta.
Kedua, masa adaptasi.Â
Setelah masa romantic lewat maka kita akan melalui masa adaptasi. Mulai mengetahui selera pasangan, apa yang disuka dan apa yang dia benci.
Masa kedua ini sangat penting untuk dipahami, karena saat kita tahu kekurangan pasangan saat itulah kita harus melengkapi, menerima dan memahami karakternya.
Ketiga, fase tantangan.
Tak ada rumah tangga tanpa masalah, semua menjadi bumbu dalam keluarga, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Masalah dalam rumah tangga selalu berbeda.
Ada yang diuji dengan harta dan ekonomi, dengan anak-anaknya, dengan  pasangannya, bahkan diuji dengan orang tua atau mertua.
Keempat, fase menemukan kembali diri dan pasangan
Setelah masa tantangan berlalu, saatnya menemukan kembali diri dan pasangan kita, saling semeleh dan legowo dengan apa yang sedang terjadi. Bersama-sama muhasabah diri bahwa sesungguhnya segala ujian dan cobaan adalah kehendak Tuhan.