Sebelumnya saya pernah menuliskan tentang bagaimana cara memilih rumah kontrakan. Kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang bagaimana cara dan adat kebiasaan untuk pertama kali menempati rumah kontrakan.
Rumah adalah kebutuhan primer bagi kita setelah sandang dan pangan. Mengingatkan kembali pelajaran PKK zaman dulu, di sana ada pembagian kebutuhan manusia antara lain kebutuhan primer, sekunder dan tersier.
Kebutuhan primer adalah sandang, pangan dan papan. Sedangkan contoh kebutuhan sekunder adalah sepeda, meja kursi dan almari. Dan contoh kebutuhan tersier adalah mobil, kulkas, dan mesin cuci.
Contoh kebutuhan di atas masih saya rekam saat saya duduk di bangku SD sekitar tahun delapan puluhan tiga pada Mata Pelajaran PKK(Pendidikan Kesejahteraan Keluarga).
Pengklasifikasian contoh kebutuhan di atas tentu saat ini sudah tidak relevan lagi, zaman yang semakin komplek kebutuhan tersier mungkin sudah menjadi kebutuhan primer bagi orang- orang tertentu karena kemampuan dan kebutuhannya.
Bagi sebagian orang mobil sudah menjadi kebutuhan utama karena tuntutan pekerjaan, namun bagi yang lain itu masih menjadi kebutuhan tersier yang tidak dibutuhkan.
Rumah menjadi tempat tinggal bagi sebuah keluarga, penting menjadi prioritas. Karena fungsi rumah adalah untuk berlindung dari panasnya sinar matahari dan dinginnya udara malam. Selain itu rumah juga berfungsi untuk menjadikan keluarga Sakinah dan mendapat kenyamanan dan ketenangan di dalamnya.
Fungsi rumahÂ
Rumah menurut KBBI adalah bangunan tempat tinggal. Sedangkan pengertian lain rumah adalah bangunan dari suatu pemukiman yang berfungsi untuk tempat bernaung, melindungi diri, tempat istirahat setelah melakukan aktivitas sehari-hari.
Selain itu rumah juga berfungsi untuk melindungi penghuninya dari kondisi alam seperti hujan, panas dan terik matahari karena rumah tempat berteduh paling nyaman.
Begitu pentingnya fungsi rumah bagi keluarga maka penting pula kita melakukan beberapa hal sebelum menempati rumah baru.
Hal-hal yang perlu dilakukan saat akan menempati rumah baru
Pertama, mencari hari baikÂ
Sebenarnya Islam tidak mengenal hari baik atau hari buruk, karena pada dasarnya semua hari adalah baik. Namun sebagian dari kita, apalagi adat Jawa ada yang mempercayai saat pertama kali mendirikan rumah disarankan mencari hari baik.
Demikian juga saat boyongan atau pertama kali menempatinya. Sebagian dari kita ada yang mencari hari dan pasaran. Misalnya Hari Minggu Kliwon, dianggap sebagai hari yang baik untuk pindah rumah karena akan mendapat keberkahan dan kesuksesan.
Ada juga yang mempercayai hitungan Jawa, saat akan menempati rumah seperti menghitung weton terlebih dahulu, misalnya menghitung neptu dengan menjumlahkan angka pada hari dan nama pasarannya. Misalnya neptunya Senin Wage berarti Senin; 4 dan Wage : 4 jadi =8.
Setelah itu dijumlahkan dengan hari pindahnya misalnya hari Sabtu : 9. Setelah itu dijumlahkan neptu hari lahir dan hari pindah 8 + 9 = 17. Kemudian hasilnya dibagi 4. Maka sisanya itu yang menjadi patokan saat akan pindah rumah.
Mitos orang Jawa hari weton ada 4 yaitu Weton Guru, Weton Ratu, Weton Rogoh dan Weton Sempoyong. Jika angka lebih 1, maka jatuh pada Weton Guru, yang artinya didalam rumah tersebut ada jalan lancarnya rezeki, keselamatan, dan kesejahteraan.
Jika angka lebih 2, maka jatuh pada Weton Ratu, yang artinya rumah akan diberi kelimpahan rezeki, terhindar dari kesialan, dan disegani. Jika angka lebih dari 3, maka jatuh pada Weton Rogoh, yang artinya rumah mudah pencuri masuk, kurang harmonis, dan kurang kebahagiaan.
Sedangkan jika angka lebih dari 4, maka jatuh pada Weton Sempoyong, yang artinya tidak nyaman di rumah, banyak kesusahan, dan terjadi pertengkaran. Keempat mitos ini bisa juga dilihat di primbon Jawa. Selain itu keempat Weton di atas sering saya dengar dari nenek.
Beliau sering menyampaikan hal tersebut, saat beberapa tetangga ada yang minta mencari hari baik saat pindah rumah namun waktu itu saya pun tak pernah peduli dengan apa yang disampaikannya, apalagi saya masih di bangsu Aliyah. Batinku itu hanyalah tahayul orang kuno, termasuk nenek.
Bahkan saya sering meledek nenek dengan mengatakan itu hanyalah primbon Orang Jawa, jadi boleh dipercaya dan boleh juga tidak percaya.
Dan hari ini saya mengalaminya sendiri saat anak sulung mau pindah rumah, apakah saya harus mencari hari baik? Seperti yang saya tuliskan di awal, bahwa semua hari adalah baik itu keyakinan saya. Karena semua urusan rezeki, keselamatan, kesejahteraan dan apapun yang terjadi di dunia semua Allah yang mengatur.
Sehingga saya memilih hari dimana saya dan keluarga mempunyai waktu senggang, atau pas hari libur.
Melakukan slametan
Slametan atau kenduri adalah sebuah kegiatan adat Jawa yang biasa dilakukan dalam berbagai acara misalnya kelahiran bayi, pernikahan atau acara keagamaan. Slametan ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah yang telah diberikan.
Istilah slametan itu sendiri berasal dari salamah yang berasal dari Bahasa Arab, yaitu salamah yang artinya selamat atau bahagia.
Bentuk acaranya bisa bervariasi, kebetulan kemarin saya kemas dengan acara Tahtimul Qur'an (membaca Al-qur'an hingga Hatam). Jadi hari pertama menempati rumah saya undang teman-teman majlis taklim untuk membaca Al-qurn.
Dimulai dari Sabtu pagi, dan berakhir hingga sore. Kami juga mengundang tetangga dekat rumah sekaligus memperkenalkan diri sebagai tetangga baru di sekitar komplek.
Ketiga, menata perabot rumah
Biasanya saat pertama kali menempati rumah ada semangat menata perabot rumah. Maklum ada perasaan senang dan bahagia karena bisa menempati rumah baru. Walaupun bukan milik sendiri namun rasa bahagia tetap ada karena kita mempunyai privasi terhadap rumah yang kita tempati.
Akan didesain seperti apa, penghuni rumah mempunyai kebebasan untuk mengaturnya. Mulai mengatur ruang tamu, ruang keluarga, tempat tidur bahkan dapur semua kita yang menentukan.
Itu juga yang seharian anak sulung lakukan, dia menyewa pick up untuk membawa barang-barang dari kos ke kontrakan baru. Mulai almari, kulkas, spring bed, perabotan dapur dan lain-lain.
Keempat, bangun komunikasi dengan tetangga sekitar
Menjadi anggota baru di tempat yang baru perlu membangun komunikasi yang baik dengan tetangga sekitar. Sebelumnya tentu belum kenal siapa tetangga kanan dan kiri kita.
Untuk itu slametan atau syukuran adalah salah satu cara memperkenalkan diri sekaligus menyambung silaturrahmi.
Pertama-tama kita bisa menyampaikan kepada pemilik rumah terkait niat kita untuk slametan (baca syukuran) sekaligus mengundang tetangga sekitar. Nah serahkan kepadanya siapa-siapa yang perlu diundang, namun jumlah tamu kita yang menentukan.
Dengan acara tersebut kita bisa memperkenalkan diri sekaligus perkenalan dengan tamu yang hadir dan menyampaikan menjadi warga baru di sekitar komplek.
Wasana kataÂ
Rumah selain menjadi pelindung dari panas dan hujan, juga menjadi tempat yang paling nyaman bagi keluarga. Dari rumah itulah kita bisa menjadikan keluarga sakinah mawadah wa rahmah.Â
Menurut ustad Adi Hidayat dari sumber yang saya baca bahwa rumah mempunyai makna sebagai maskan yang berasal dari kata Sakinah yang artinya tenang, tenteram. Diharapkan keluarga yang ada di dalamnya mendapat ketenangan dan ketenteraman.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.
Sumber Artikel :
 "2 Fungsi Rumah Serta Maknanya dalam Al Quran Dijelaskan Ustadz Adi Hidayat"
"Cara Menentukan Hari Baik Pindah Rumah Menurut Primbon Weton Jawa"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H