Â
"Bu, nanti shalat dhuha," tanya Ninik bocah kelas satu
"Iya Mbak," jawab saya agak ragu.
Sebenarnya saya tidak tega untuk mengiyakan, karena saya tahu anak-anak lelah setelah latihan tari untuk kegiatan karnaval. Tapi karena sudah menjadi kebiasaan setiap jam istirahat melaksanakan dhuha berjamaah, ahirnya mulut mungil itupun bersuara.
Agutusan ini memang padat kegiatan, latihan gerak jalan sudah berlangsung selama dua minggu, dilanjutkan latihan gerakan tari untuk persiapan parade karnaval.
Di dalam lomba, biasanya ada tempat-tempat khusus yang menjadi aturan panitia untuk melakukan display. Sehingga kami para guru melatih anak-anak secara maraton.
Nah, di tengah-tengah istirahatnya, Ninik dan teman-temannya yang masih kelas satu sudah baris berjajar untuk antri wudu. Padahal kami dari guru-guru tidak menyuruhnya.
Ada rasa bangga terhadap reaksi anak-anak yang tanpa di suruh telah melakukan pembiasaan ini. Sudah dua tahun ini, SDN Tungglrejo melakukan beberapa pembiasaan terhadap anak-anak. Membangun budaya positif untuk membentuk karakter mereka.
Bentuk pembiasaan bagi anakÂ
Di awal pelajaran 2022/2023 kami dewan guru melalui rapat kepala sekolah mempunyai program keagamaan yang menjadi pembiasaan anak-anak. Hal ini sekaligus membangun school branding lembaga.
Lokasi sekolah tempat saya mengajar berdekatan dengan Madrasah Ibtidaiyah, sehingga secara tidak langsung kami bersaing untuk mendapatkan murid di awal tahun pelajaran. Untuk menarik minat dan perhatian masyarakat sekitar, kami membangun budaya positif yang bisa menjadi branding sekolah.
Pembiasaan yang kami lakukan antara lain:
Satu, mengumandangkan Asmaul Husna
Sebelum jam pembelajaran dimulai anak-anak berkumpul di lapangan sekolah untuk bersama-sama melafalkan asmaul Husna. Mula-mula kami memberi tulisan yang dibagikan kepada semua murid. Seiring dengan berjalannya waktu karena terbiasa membaca akhirnya anak-anak menjadi hafal.
Selanjutnya, setiap ada bel berbunyi tanda masuk anak-anak berkumpul dulu untuk mengumandangkan Asmaul Husna bersama-sama.Â
Dua, membaca sholawat (Mahalul Qiyam)
Asmaul Husna dilakukan setiap Hari Selasa dan Rabu. Sedangkan Hari Kamis mereka mengumandangkan sholawat bersama-sama. Kegiatannya sama dengan Asmaul Husna. Anak-anak dibagikan tulisan dan mereka melafalkan bersama-sama.
Karena sholawat bacaannya panjang, khawatir salah saat melafazdkannya sehingga sampai saat ini anak-anak masih menggunakan teks fotokopi yang kami bagikan. Saat melafadzkan ada beberapa anak yang ditunjuk di depan memimpin membaca sholawat.
Tiga, shalat dhuha berjamaah
Kebetulan murid-murid tempat saya mengajar semua muslim, sehingga kami melatih dan membiasakan mereka dengan program shalat dhuha berjamaah.
Shalat dhuha dilaksanakan setiap hari pada istirahat pertama. Saat bel berbunyi anak-anak keluar untuk mengambil air wudu.
Kami menjadwal siswa kelas 6 yang menjadi imam, mereka akan belajar menjadi imam untuk teman-teman dan adik kelasnya. Alhamdulillah anak-anak merasa senang dan tanpa terbebani melakukan pembiasaan ini.
Seperti ilustrasi di atas, Ninik siswa kelas satu bahkan menanyakan kesiapannya melakukan pembiasaan ini saat istirahat setelah melakukan kegiatan lain.
Empat, senam bersama
Senam bersama dilaksanakan setiap Hari Jum'at dan Sabtu. Seperti pembiasaan lainnya setiap bel berbunyi anak-anak sudah baris rapi merentangkan tangan untuk melakukan senam bersama.
Siswa kelas enam berada di barisan paling depan, karena mereka menjadi contoh adik kelasnya. Supaya tidak jenuh dengan gerakan senam maka kami memberikan pilihan-pilihan senam yang sebelumnya telah dikuasai oleh anak-anak.
Sehingga sebelum senam, biasanya anak-anak sudah reques dengan senam yang mereka inginkan. Ini juga memberikan ruang terhadap anak untuk merdeka belajar, merdeka memilih dan merdeka mengeksplor kemampuannya.
Lima, shalat dhuhur berjamaah
Selain shalat dhuha, juga dilakukan shalat dhuhur berjamaah. Setelah jam pembelajaran selesai anak-anak kembali antre mengambil air wudu untuk melaksanakan shalat dhuhur berjamaah. Setelah selesai selaksanakan shalat anak-anak baru pulang.
Ada mushalla yang masih satu atap dengan sekolah, tanahnya milik SD namun pembangunannya dilakukan bersama-sama dengan masyarakat sekitar, sehingga pihak sekolah dan masyarakat bisa saling berkontribusi.
Saat shalat dhuhur yang menjadi imam adalah penjaga sekolah, kebetulan juga menjadi wali murid di SD sehingga ada kerja sama yang baik antara orang tua, guru dan masyarakat sekitar.
Bagaimana cara melatih kebiasaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dikerjakan dan sebagainya atau pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama.
Adapun menurut wikipedia kebiasaan adalah perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa melalui proses berpikir karena perilaku tersebut adalah respons terhadap sesuatu yang umumnya adalah perbuatan sehari-hari.
Melatih pembiasaan harus dimulai sejak dini. Baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga. Memang pembiasaan akan lebih mudah jika dilakukan di sekolah.
Seperti contoh-contoh pembiasaan yang telah kami lakukan di sekolah. Hal ini mungkin akan sulit jika dilakukan di rumah. Selain harus ada figur dan teladan yang bisa mereka tiru.
Pembiasaan di sekolah lebih mudah dilakukan karena mereka punya aturan, bagiannya apa yang dilakukan dan disampaikan guru bisa di gugu dan ditiru.
Kami yang menyampaikan juga harus melakukan dan mendampingi anak-anak untuk mempraktikkannya, jadi tidak hanya menyuruh saja namun juga ikut membersamainya.
Selain pembiasaan-pembiasaan di atas sebenarnya banyak hal-hal kecil yang perlu ditanamkan pada anak-anak sejak kecil sehingga mereka akan melakukanya hingga dewasa nanti.
Seperti membuang sampah pada tempatnya. Sampah bekas jajanan anak sangat banyak dan bertebaran di mana-mana, namun bisa diatasi jika setiap anak mempunyai kesadaran dan sudah melakukan kebiasan sejak kecil.
Contoh lain, membiasakan anak membaca bismillah sebelum melakukan pekerjaan, dan membaca hamdalah saat menyelesaikannya. Contoh kecil itu jika sudah menjadi kebiasaan sejak dini, maka kelas dewasa mereka akan melakukannya.
Diperkenalkan, dicontohkan, dan dipesankan apa manfaat yang diperoleh dari pembiasaan itu. Maka anak akan menerima dan melakukannya.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda : "Amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang berkelanjutan meskipun sedikit"
Misalnya kebiasaan membaca Al Quran, membaca setiap hari walaupun hanya satu maqro'atau satu halaman, itu lebih baik dan lebih disukai Allah dari pada baca 1 juz, namun hanya sebulan sekali.
Wasana KataÂ
Pembiasaan yang baik dapat dibangun melalui budaya positif yang diterapkan di lingkungan sekolah dan keluarga, Profil Pelajar Pancasila melalui merdeka balajar memberikan ruang bagi guru untuk menumbuhkan sikap-sikap yang mendasari sila-sila Pancasila.
Untuk itu penting bagi guru dan orang tua menanamkan pembiasaan yang baik supaya tumbuh generasi bangsa yang berkarakter.
Salam sehat selalu, semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H