Mohon tunggu...
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri)
Khuriyatul Ainiyah (Bude Ruri) Mohon Tunggu... Guru - Guru SD, Penulis buku

Hidup bermanfaat lebih beruntung

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Sudah Menyalakan Isyarat Lampu tapi Tabrakan Itu Terjadi

2 Agustus 2024   20:34 Diperbarui: 4 Agustus 2024   17:29 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dari : PxHere.com

Hari ini, Kamis, tanggal 1 Agustus WIB saya mendapat tawaran buka bersama dari Bu Nur(nama samaran). Saya mengajak nakdis dan si bungsu ikut serta. Selepas TPA, pukul 17.00 WIB saya segera meluncur menuju rumah makan yang telah kami sepakati.

Setelah tiba di lokasi, sebagian teman Bu Nur yang diundang sudah makan terlebih dahulu, sedang saya dan kedua anak saya sengaja berangkat agak sore supaya tidak lama menunggu maghrib tiba.

Bu Nur yang lebih dulu datang dilokasi telah memesan, gurami bakar, ayam bakar dan cah kangkung sesuai keinginan si Bungsu.

Menyegerakan berbuka adalah kesunahan Nabi, saat mendengar adzan maghrib kami pun segera menyantap gurame dan ayam bakar, tak ketinggalan cah kangkung pelengkap menu sore itu.

"Ma, sebenarnya makanannya enak, tapi entahlah kenapa kok gak nyaman ya", ucap nakdisku sambil melanjutkan makannya.

"Gak tau juga ya, apa karena kita ketinggalan makan, dan merasa ditunggu yang lain ya", jawabku sekenanya.

Perasaan tidak enak, seperti orang gelisah, tapi mengapa dan apa sebabnya kami pun kurang tahu. Setelah menyelesaikan makan kami pun menuju mushalla, yang berada satu area di rumah makan.

Karena sempit, kami pun bergantian dengan yang lain. Walhasil kami menyelesaikan shalat berjamaah dengan tiga tahapan, mengingat lokasi mushalla hanya berkapasitas 4 orang.

Setelah shalat maghrib anak bungsu ingin mampir ke RTH (Ruang Taman Hijau) yang letaknya tidak jauh dari tempat makan. Bu Nur dan suami juga ikut menemani si bungsu ke RTH.

Kami pun menikmati suasana malam di RTH dengan memandang kelap-kelip lampu menerangi taman hijau. Namun tidak kurang dari satu jam kami pun kembali. Saya ingat malam itu adalah malam jumat, rasanya tidak elok berlama-lama di tempat ini.

Segera kami pun pulang, Saya berboncengan dengan nakdis dan si bungsu, sedang Bu Nur berboncengan dengan suami.

Menyusuri jalanan malam memang harus hati-hati, lalu Lalang kendaraan menjadikan nakdis harus pelan, apalagi lampu penerang jalan banyak yang mati, hanya beberapa titik yang menyala.

Setelah 15 menit perjalanan kami pun harus belok menuju rumah. Namun karena jalan raya begitu ramai nakdis pun berhenti, tangan saya pun melambai-lambai memberikan sinyal pada kendaraan yang di belakang.

sumber gambar : Quora.com
sumber gambar : Quora.com

Ada dua truck yang melaju dari belakang sehingga nakdispun menepi berhenti menunggu lajunya kendaraan beroda double tersebut. Bu Nur dan suami yang berada di belakang juga memberikan sinyal untuk berhenti.

Saat kedua kendaraan telah melaju, giliran nakdispun membelokkan motornya, menyeberang dari arah utara belok ke kiri. Namun naas tiba-tiba dari arah utara ada motor yang melaju cepat memotong nakdis, saya dan si bungsu.

BRAK!!

Tabrakan pun terjadi, nakdis terpental hingga keluar casting, si bungsu tersungkur di tengah jalan aspal sedang saya jatuh posisi duduk miring.

Karena jalan tidak ada penerang lampu, sehingga kami pun tidak tampak di jalan, hanya suara brak dan pecahan kaca yang keras terdengar orang yang kebetulan lewat. Karena tepat di depan masjid, jamaah yang akan pergi ke masjid pun berbondong-bondong melihat dan mengerumuni kami dalam posisi kesakitan.

Si bungsu mengaduh menahan tangis, saya hanya bisa melambaikan tangan minta tolong untuk diangkat sedang nakdisku, berusaha bangun tertatih.

Motor segera diangkat dan dipinggirkan, saya, nakdis dan si bungsu juga demikian, kami segera diberi minum air mineral, karena ada mobil yang melaju dari arah berlawanan membunyikan klakson dengan kerasnya mengisyaratkan saya dan si bungsu segera minggir.

Dengan tanggap orang-orang yang ada di sekitar segera menyetop mobil dengan suara hujatan yang kurang pantas pada sopir karena sedang ada evakuasi akibat kecelakaan.

Kami pun segera menepi dan berusaha berdiri menuju rumah Bu Nur yang paling dekat dengan tempat kejadian. Dengan menahan sakit di bagian pantat dan kaki sebelah kanan saya berusaha berjalan dipapah nakdis.

Saya pun minta tolong untuk memanggilkan dukun pijat, saya merasa tidak ada yang fatal sehingga hanya butuh pijat di bagian urat saja.

Saat saya menepi ada anak muda yang berusaha meminta maaf dan menyalami saya, kelihatannya sangat takut, dia ternyata anak yang mengendarai motor tanpa lampu itu.

"Ngapunten gih bu, saya yang salah, ngapunten sakestu Bu, saya yang salah", beberapa kali kalimat itu diucapkan. Saya yang masih kesakitan belum bisa menjawab. Setelah beberapa saat dia berusaha memijit-mijit kakiku.

"Mas, kamu yang nabrak saya",

"Gih Bu",

"Apa kamu gak lihat saya menyalakan lampu isyarat sejak lama, tanganku pun sudah melambai sejak tadi",

Dari kejauhan ada orang dengan suara keras memakinya

"Mas, kamu yang salah, karena motormu gak ada lampunya",

"Gih pak, kulo sing lepat (salah)", dia mengakui kesalahannya.

Ya sudah kita masuk ke rumah Bu Nur, kita bicara baik-baik, supaya tidak ketahuan polisi.

Akhirnya kami pun segera masuk rumah Bu Nur, saya yang kesakitan menunggu dukun pijat, sedangkan motor saya tidak bisa jalan karena kunci tidak bisa digerakkan.

Setelah Mak Lah, dukun ahli urat yang biasa menangani orang keseleo datang saya pun segera di pijat, nakdis, juga bungsuku. Alhamdulillah segera tertolong. 

Tulang pahaku dan pantat terasa kaku dan sakit luar biasa saat dipijat, menahan sakit dan mengaduh adalah pelampiasan untuk mengurangi sakit. 

Selesai diurut, ada perasaan khawatir gak bisa tidur akibat benturan, saya pun ke bidan minta obat anti nyeri, untuk mengurangi rasa sakit ini.

Setelah ada kesepakatan dan berunding dengan yang nabrak, saya ingin motor kembali normal dan bisa berjalan seperti semula. Dia pun menyanggupinya, disamping dia merasa bersalah juga tidak ingin kejadian ini masuk ke ranah hukum.

Malam itu juga kami berdamai, dan esoknya motor saya masuk bengkel untuk diperbaiki.

Saat mengembalikan motor saya pun mengingatkan kepada si pemuda tadi untuk mematuhi berkendara salah satunya menyalakan lampu saat berkendara.

Di dalam berkendara banyak aturan yang harus kita pahami bersama, diantaranya membawa STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), SIM (Surat Izin Mengemudi), mematuhi rambu-rambu lalu lintas, tidak boleh menggunakan ponsel saat berkendara dan lain sebagainya.

Sesuai pengalaman di atas, selain aturan yang ada, berikut hal yang wajib diperhatikan bagi pengendara, antara lain :

gambar dari pixabay
gambar dari pixabay

Melengkapi lampu demi kenyamanan berkendara

Dari ilustrasi di atas, kesalahan ada pada motor pemuda yang nabrak, karena motor melaju dengan kecepatan tinggi sedang lampu motor tidak menyala. Maklum saat di tanya pemuda itu masih duduk di SMA kelas 11.

Anak seusia itu wajar jika berkendara dengan kecepatan tinggi dan mengabaikan onderdil motor, salah satunya adalah lampu. Lampu sangat penting saat malam hari. Dia terlalu berani berkendara sedang motor tidak ada lampu.

"Mas, kenapa lampunya tidak di pasang", tanya suami Bu Nur

"Sudah Pak tapi putus lagi", jawabnya dalam posisi bingung. Jika kejadian itu ketahuan polisi, dia akan kena pasal berlapis, karena banyak aturan yang tidak dipatuhi, misalnya, tidak pakai helm, tidak punya SIM, berkendara dengan kecepatan tinggi, dan yang fatal lampu motor tidak menyala.

Dari kejadian itu dia merugikan orang lain termasuk saya, saya tidak tahu kalau ada motor melaju karena memang tidak tampak apa-apa, tiba-tiba saat saya belok motor sudah menabrak.

Lampu penerang jalan harus menyala

Domisili saya memang di Desa, tapi Desa yang dilewati jalur propinsi sehingga lalu Lalang kendaraan layaknya di kota, truk, tronton, bus antar kota bahkan Bus Jakarta bisa lewat di jalan raya sebelah rumah. Akses jalan ke rumah cukup mudah.

Sayangnya ada lampu jalan yang sudah terpasang kira-kira satu tahun yang lalu namun tidak menyala sampai sekarang. Saat awal pemasangan lampu menyala dengan baik, namun beberapa saat kemudian lampu mati hingga hari ini.

Saat lampu penerang jalan tidak menyala, berkendara pun tidak nyaman, karena sepanjang jalan gelap, satu-satunya penerang adalah lampu motor kita dan lampu kendaraan lain yang sedang melintas.

Tentu ini harus segera ditangani oleh pihak yang berwenang, karena sudah banyak kejadian seperti yang saya alami, saat kejadian di pertigaan faktornya adalah lampu penerang jalan yang mati.

Wajib menyalakan lampu isyarat

Seperti yang telah diatur pada peraturan lalu lintas UUD Nomor 22 tahun 2009 pasal 112 ayat 1 bahwa pengemudi yang belok atau memutar arah wajib memberikan isyarat lampu penunjuk arah atau isyarat tangan.

Seperti ilustrasi di atas saya pun sudah mematuhi aturan itu, menyalakan lampu isyarat, juga melambaikan tangan berulang-ulang mengisyaratkan akan belok, namun nahas ada motor melaju dengan kecepatan tinggi dan saya tidak melihatnya, akhirnya tabrakan pun terjadi.

Begitulah saat manusia telah berikhtiar namun takdir berkata lain, siapapun tidak ingin kejadian tragis itu menimpa.

Beruntung saya, nakdis juga si bungsu, tidak ada luka yang serius, hanya badan terasa sakit karena terpental dan jatuh membanting. Orang Jawa bilang "Blai slamet",

Wasana kata

Hendaklah berhati-hati saat di jalan, mematuhi aturan lalu lintas, menggunakan helm dan menaati batas kecepatan. Apapun yang terjadi kita harus menerimanya dengan lapang hati, Jika sudah berusaha secara maksimal namun Tuhan berkehendak lain, itulah takdir yang harus kita terima.

Rencana Tuhan sangatlan indah, hanya manusia yang kurang bisa membaca atas kejadian yang menimpanya, pandailah bersyukur niscaya Allah akan menambah nikmat yang ada padamu.

Salam sehat selalu, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun